Banten adalah provinsi yang berbatasan langsung dengan ibu kota negara. Bandara dan pelabuhan terbesar ada di sini. Namun, cerita tentang ketertinggalan tak pernah lekang dari Banten, khususnya bagian selatan. Padahal daerah itu kaya potensi sumber daya alam. Budaya masyarakatnya juga unik. Ikuti perjalanan tim detikXpedition memotret realitas kehidupan masyarakat Banten.
Ridwan Setiawan atau Iwan “Podol” adalah seorang pakar badak. Sampai-sampai dijuluki Podol, yang berarti kotoran makhluk hidup karena sering meneliti kotoran badak.
Hamparan pasir putih banyak terdapat di Kecamatan Cimanggu, Pandeglang, Banten, namun susah dinikmati karena jalanan yang jelek. Bahkan pantai ini sudah dimiliki pengusaha dari Jakarta.
Aermokla merupakan kampung yang berada di wilayah TNUK. Lokasi itu dulu menjadi tepat bersembunyi pemberontak yang berujung pada pembantaian.
Tapi, dalam perkembangan ilmu pengetahuan, justru jangan seperti kasus harimau Jawa. Kita belum melakukan apa-apa, tahu-tahu punah,
Badak Jawa antara lain menyukai tanaman putat, bayur, bisoro, dan cijahe. Puluhan hektare lahan di Ujung Kulon kini ditanami tumbuh-tumbuhan pakan itu untuk menjaga keberlangsungan badak.
Camera trap dipasang untuk memonitor badak Jawa dan populasinya. Obyek lain, mulai macan kumbang hingga perambah hutan, pun ikut “tertangkap”.
Bau khas tubuh badak tercium oleh kami. Artinya, badak berada tidak jauh dari kami. Tim pun diminta waspada bila badak tiba-tiba muncul dari rerimbunan.
Jejak badak Jawa berupa kotoran kami temukan. Telapak kaki badak juga masih terlihat jelas di area yang ditumbuhi bisoro, pohon makanan favorit mereka..
Dua badak Jawa ditengarai berkelana ke kawasan dekat perkampungan di Cegog. Kami pun masuk ke hutan Ujung Kulon untuk melacak jejaknya..
Untuk mengirim satu tiang listrik di Desa Sukamulya, dibutuhkan waktu seharian. Medan jalan yang berat dan jembatan gantung menjadi rintangan.
Untuk mencapai lokasi kerusakan jaringan listrik di pedalaman Banten, terkadang petugas harus berjalan kaki dalam jarak yang jauh.
Kini mereka bisa menonton televisi tanpa harus berjalan kaki. Azan pun terdengar dari pengeras suara masjid
Jembatan gantung merupakan sarana vital bagi warga Lebak. Namun setengah dari seribuan jembatan gantung di Lebak kondisinya darurat.
Orang Baduy bertekad mempertahankan adatnya. Mereka tetap patuh walaupun berada di luar tiga kampung Baduy Dalam.
Generasi Baduy satu per satu hengkang. Tanah ulayat tak lagi cukup untuk digarap.
Ketekunan Bidan Eros Rosita mampu membuka kesadaran kesehatan masyarakat Baduy. Mereka kini mau menerima pelayanan medis.
Warga Kampung Sepang, kini terkucil. Bertahan karena ganti rugi yang diberikan, menurut mereka, tidak rasional.
Batu Kalimaya sempat menjadi primadona. Harganya bisa menembus ratusan juta rupiah
Rasa ingin tahu warga Baduy Dalam terhadap dunia luar sangat besar. Perubahan mengintip kehidupan mereka.
Angklung buhun bukan hanya pemanja telinga manusia. Makhluk lain, dari siluman sampai Dewi Sri, mendekat jika alat musik itu dimainkan.
Jalanan terjal dan berlumpur terhampar hingga Baduy Dalam. Bentang perbukitan melindungi mereka dari modernisasi.
Menggali batu sejak 1950-an. Pernah berada di lubang tambang tiga hari tiga malam. Saripin sampai saat ini masih pemegang rekor pemilik lubang terdalam di tambang Kalimaya.
Untuk membuat lubang tambang batu akik Kalimaya, dibutuhkan biaya Rp 30 juta. Penambang mesti bertaruh dengan hujan, yang airnya menutup lubang batu Kalimaya.
Warga Legon Pakis seakan-akan terisolasi. Mereka kesulitan keluar dari kampung karena tak mudahnya angkutan dan mahalnya biaya transportasi menuju kota terdekat.
Legon Pakis merupakan sebuah kampung di ujung barat Pulau Jawa. Jaraknya sekitar 239 kilometer dari Ibu Kota Jakarta. Kondisi jalan Provinsi Banten yang rusak parah membuat perjalanan ekspedisi ini cukup berat namun menantang.