INTERMESO

Lebak, Kampung Seribu Jembatan Gantung

Jembatan gantung merupakan sarana vital bagi warga Lebak. Namun setengah dari seribuan jembatan gantung di Lebak kondisinya darurat.

Foto: Ibad Durohman/detikX

Kamis, 8 Juni 2017

Jembatan gantung yang terbentang kurang-lebih 50 meter di atas Kali Cikoret itu terlihat sudah sangat uzur. Bangunannya reyot. Rasa khawatir langsung muncul ketika hendak mencoba menyeberangi jembatan tersebut.

Jembatan gantung di Kampung Bojong RT 02 RW 02 Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Cibeber, Lebak, itu merupakan sarana vital bagi warga setempat. Warga biasa melintasi jembatan itu untuk pergi bekerja, belanja ke pasar, ke sekolah, dan lain-lain.

Apabila melewati jalan biasa, warga mesti menempuh rute memutar yang jauhnya berkali-kali lipat. Medan jalannya pun sangat licin bila musim hujan tiba. Aspal terkelupas di sana-sini.

Maka mereka pun secara swadaya membangun jembatan gantung untuk bisa memperpendek jarak dan mengirit biaya. Di setiap ujung jembatan ditaruh kotak untuk menampung sumbangan sukarela perawatan jembatan.

Namun hasilnya tidak cukup untuk menjaga jembatan itu tetap kokoh. Setahun ini, jembatan gantung itu mulai rusak. Papan pijakan dari kayu selebar 1 meter banyak yang keropos. Satu tali sling jembatan itu juga putus.

Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya ketika menjamu tim detikXpedition, awal April 2017.
Foto: Agung Pambudhy/detikcom


Makanya Lebak itu yang terekspos selalu jembatannya, kan, he-he-he…. Nah, antarkampung antardesa dilalui jembatan, sehingga ada 1.088 jembatan gantung di Lebak.”

Ade Supardi, ketua RW setempat, yang kebetulan bertemu-sapa dengan tim detikXpedition Banten Selatan, mengungkapkan warga sudah mengadukan masalah jembatan gantung tersebut ke pihak desa. Namun hingga kini mereka belum memperoleh respons.

“Kalau diperhatikan, tiangnya juga sudah berkarat. Saya sudah minta bantuan ke siapa saja. Sudah mengadu ke desa, tapi belum ada respons sampai sekarang,” kata Supardi.

Di Sukamulya, setidaknya ada dua jembatan gantung lagi selain di Kampung Bojong. Satu jembatan berasal dari bantuan partai politik, satunya lagi dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero. Beruntung, saat ini kondisi kedua jembatan itu masih layak.

Kami lalu teringat obrolan dengan Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya di pendapa kantor Bupati Lebak di Rangkasbitung pada awal April 2017. Iti menceritakan, di wilayahnya ada 1.088 jembatan gantung. Yang memprihatinkan, lebih dari setengahnya memerlukan perhatian khusus.

Mengapa di Lebak banyak jembatan gantung? Iti menuturkan Lebak dialiri oleh empat sungai besar, antara lain Cisawarna, Ciburian, dan Ciujung. Dari empat sungai itu, terdapat 1.200-an anak sungai yang memisahkan kampung-kampung di Lebak.


Jembatan gantung di Kelurahan Sukamulya yang masih lumayan bagus kondisinya.
Foto: Ibad Durohman/detikX

“Makanya Lebak itu yang terekspos selalu jembatannya, kan, he-he-he…. Nah, antarkampung antardesa dilalui jembatan, sehingga ada 1.088 jembatan gantung di Lebak,” ujar Iti.

Pada 2012, sempat heboh berita anak-anak sekolah Lebak yang bergelantungan di jembatan gantung yang nyaris putus. Media di luar negeri bahkan menyebut peristiwa itu mirip dengan adegan di film Indiana Jones.

Lebak pun mendunia lantaran jembatan gantungnya. Bantuan berdatangan. Seorang relawan dari Swiss, Toni Rutiman, blusukan ke kampung-kampung di Lebak untuk membangun jembatan karena prihatin terhadap anak-anak sekolah Indonesia yang harus melintasi jembatan.

Ia mengumpulkan bahan-bahan jembatan gantung di negerinya. Selain itu, ia minta pipa-pipa sebagai material jembatan kepada sebuah perusahaan di Jerman yang ia kenal pemiliknya. Alhasil, ia membangun 61 jembatan gantung di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Lebak.

Ade Supardi, Ketua RW 03 Desa Sukamulya
Foto: Ibad Durohman/detikX

Selain dari luar negeri, bantuan datang dari berbagai pihak di dalam negeri. Iti bilang pihaknya memang mengandalkan bantuan dari luar untuk menangani infrastruktur jembatan gantung di Lebak. Kemampuan finansial daerah Lebak tidak cukup untuk membereskan masalah jembatan gantung.

“Dalam satu tahun kami baru mampu mengalokasikan 10-12 unit jembatan gantung kalau dari APBD. Makanya kami juga berupaya mensinergikan dengan CSR dan sebagainya. Tetapi di sini, karena sedikit daerah hijau, tidak ada perusahaan di sini. Lebih ke sektor andalannya adalah pertanian,” tutur Iti.

Bila digabung, dana dari APBD dan bantuan pihak lain sejak 2012, sudah ada 274 unit jembatan gantung yang diperbaiki. Masih tersisa lagi 351 jembatan gantung yang kondisinya darurat. Jembatan gantung mudah rusak karena jembatan hasil swadaya masyarakat itu tidak memenuhi kualifikasi teknis.

“Seperti yang saya sampaikan, 10-12 unit itu kami coba strukturisasi lagi agar sesuai dengan spesifikasi teknis kita. Kalau itu mengandalkan ABPD, 20 tahun ke depan juga belum tentu selesai. Ini untuk jembatan saja,” ucap Iti sambil menghela napas.

Simak terus kisah perjalanan detikXpedition lainnya di sini:


Reporter: Ibad Durohman
Penulis/Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

Rubrik Intermeso mengupas sosok atau peristiwa bersejarah yang terkait dengan kekinian.

SHARE