Kemarau Datang, Kekeringan Terbilang

Kemarau Datang, Kekeringan Terbilang

Muchus Budi R. - detikNews
Selasa, 14 Agu 2018 08:47 WIB
Warga mengais sisa air dari dasar sungai mengering di Grobogan. (Foto: Akrom Hazami/detikcom)
Yogyakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menyebut 1.163 desa di daerah tersebut berpotensi mengalami kekeringan parah tahun ini. Sejumlah kawasan kini telah mengalami kesulitan mendapatkan air baku untuk konsumsi maupun kebutuhan primer lainnya.

Belum genap dua bulan musim kemarau, teriakan krisis air sudah melanda di sejumlah daerah. Padahal kawasan Pantura dan Jawa Tengah bagian timur diprediksi akan mengalami kekeringan lebih panjang dibanding daerah lain pada musim kemarau tahun ini. Kondisi tersebut akan terjadi hingga awal bulan Oktober mendatang.

"Beberapa tempat mungkin masih ada air di musim kemarau, tapi beberapa sudah kekurangan. Di Jawa Tengah, daerah Pantura dan Jateng bagian Timur termasuk kawasan yang mengalami kekeringan lebih panjang," jelas Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, Minggu (8/7) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


1.163 desa kekeringan di Jateng tersebut merata di sebagian besar kabupaten/kota di Jateng. Di Blora tercatat 146 desa mengalami kekeringan. Di Kebumen terpantau ada 64 desa, di Purworejo terdapat 56 desa, sedangkan di Banyumas tercatat 16 desa. Belum lagi di Wonogiri yang merupakan daerah langganan kekeringan setiap tahunnya.

Di Grobogan, krisis air bersih memang sering melanda setiap kemarau. Baru 2 bulan tak turun hujan, warga sudah harus menggali dasar sungai yang mengering untuk mendapatkan sisa-sisa air di dalam tanah.

Warga di Desa Talun dan Ngrandah di Kecamatan Toroh misalnya, warga harus mencari sisa air itu di dasar sungai yang mengering. Dari lubang resapan yang disebut belik, mereka bergantian mengambil air bersih dengan pelan. Sebab jika tak hati-hati, dapatnya air keruh.


Warga di Desa Tedunan Kidul, Kecamatan Wedung, Demak, sudah hampir tiga bulan kekurangan air bersih. Selama ini, mereka harus membeli air untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk kebutuhan air bersih setidaknya warga yang sebagian besar nelayan ini harus mengeluarkan biaya Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu per bulan.

Sedangkan warga Dusun Belo, Desa Rembes, Kecamatan Bringin di Kabupaten Semarang, hanya bisa memanfaatkan air sungai untuk mandi dan mencuci pakaian selama musim kemarau. Tak bisa diperkirakan hingga kapan sisa-sisa air di dasar sungai itu akan bisa membantu mereka.

Di Desa Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, cadangan air embung sudah tandas. Puluhan hektar lahan pertanian tidak bisa ditanami dan lahan dibiarkan kering. Warga yang semula mengolah lahan pertanian, kemudian merantau bekerja serabutan di luar daerah.

Gubernur Ganjar mengaku sudah siap menghadapi masalah itu. Dia mengklaim sudah melakukan rapat sebelum musim kemarau tiba. Seluruh kekuatan BPBD dengan segala peralatan, logistik sudah disiapkan.

"Kita mendeteksi di wilayah utara timur, daerah Grobogan itu. Selatan itu, kayak yang di Wonogiri, Banyumas di Punggungan, daerah-daerah gunung ini sepanjang Banyumas sampai Kedu itu juga ada. Saya, maaf tidak hapal per desanya, tapi sudah punya datanya," kata dia.

"Sekarang tinggal bekerja. Maka saya meminta kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala desa, camat, semualah, aparat pemerintah kalau menemukan daerah yang butuh pertolongan segera laporkan kepada kita," kata dia lagi.


Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kondisi serupa dialami warga. BMKG memprakirakan musim kemarau di DIY berlangsung hingga bulan September mendatang. Di sejumlah titik berpotensi terjadi kekeringan ekstrem.

"Puncak musim kemarau di wilayah DIY diprakirakan bulan Agustus-September dasarian II. Tapi masing-masing daerah berbeda, tergantung wilayahnya ada yang puncaknya Agustus dasarian II (11-20 Agustus), hingga September dasarian II terutama di sebagian Kabupaten Gunungkidul," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiyono.


Kabupaten Kulon Progo masih menetapkan status tanggap darurat kekeringan. Sekitar 3 juta liter air bersih sudah disalurkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga di 8 kecamatan terdampak.

"Droping air untuk 8 kecamatan terdampak kekeringan sudah sekitar 600an tanki, sejak bulan Juni lalu sampai pertengahan Agustus ini. Setiap tanki kapasitasnya sekitar 5.000 liter air bersih, jadi sudah sekitar 3 juta liter air bersih yang disalurkan ke warga," kata Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo, Ariadi.

Berdasarkan data dari BPBD, dari 8 kecamatan yang mengalami kekeringan itu berdampak terhadap 3.016 kepala keluarga yang tersebar di 117 pedukuhan di 23 desa. Sejauh ini droping air dilakukan sebanyak 6 truk tanki per hari. Setiap truk dalam sehari bisa droping hingga 3-4 kali.



Tonton juga video: 'Suhu Panas dan Hujan Es Intai Indonesia'

[Gambas:Video 20detik]

(mbr/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads