Untuk kebutuhan air bersih setidaknya warga yang sebagian besar nelayan ini harus mengeluarkan biaya Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu per bulan.
Ketua RT 1 RW 3 Desa Tedunan Kidul, Jumari menuturkan bahwa warga sudah mengeluhkan kekerungan air tersebut sejak lama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumari menjelaskan warga sebenarnya sudah pernah mengajukan saluran air PDAM. Namun hingga saat ini belum terealisasi.
"Katanya akan ada saluran PDAM tapi sampai sekarang belum ada," keluh dia.
Ria Rumlihah (35) salah seorang warga Tedunan Kidul menambahkan selama musim kemarau air bersih sulit dicari dan air di sumur warga bau dan asin.
"Biasanya pakai sumur, tapi kalau kemarau rasanya asin dan bau," katanya.
Disampaikannya, tahun ini belum pernah ada bantuan air bersih dari pemerintah setempat.
"Tahun ini belum, tapi tahun sebelumnya pernah ada tapi airnya tidak bisa dikonsumsi. Hanya bisa buat cuci piring dan baju," paparnya.
Sementara itu, Abdul Wachid anggota DPR RI saat meninjau lokasi dan menyalurkan bantuan air bersih di Desa Tedunan menuturkan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah setempat berkait bantuan air bersih.
"Kami akan mendorong supaya pemerintah dapat memberikan bantuan. Soal air yang tidak layak konsumsi akan kami cek. Kasihan warga," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, pihaknya sekaligus menyalurkan bantuan air bersih 7.000 liter.
"Hari ini di Tedunan Kidul kami bantu 7000 liter. Dan ada tempat lain, karena sehari kami salurkan 21.000 liter di wilayah Demak, Jepara dan Kudus," tutur Wachid. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini