"Sekarang jumlahnya 116.216 jiwa (terdampak kekeringan), bertambah," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Edy Basuki saat dihubungi wartawan, Minggu (5/8/2018).
Adapun 11 kecamatan yang terdampak kekeringan yakni di Kecamatan Girisubo, Nglipar, Paliyan, Panggang, Purwosari, Rongkop, Tanjungsari, Tepus, Ngawen, Ponjong, dan Gedangsari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun jumlah warga terdampak kekeringan bertambah, hingga kini BPBD belum menetapkan status tanggap darurat. Alasannya karena jumlah anggaran droping air bersih di BPBD Gunungkidul masih banyak.
"Anggaran BPBD (Gunungkidul) untuk droping air tahun ini baru terpakai sekitar Rp 250 juta, dari total anggaran sekitar Rp 600 an juta," jelasnya.
Baca juga: Tiga Kabupaten di DIY Terdampak Kekeringan |
Untuk mengatasi kekeringan di Gunungkidul, lanjutnya, BPBD hampir setiap hari melakukan droping air bersih menggunakan 6 tangki. Sedikitnya BPBD mampu menyalurkan 24 tangki atau sekitar 5 ribu liter air bersih per harinya.
"Anggaran droping air bersih yang dialokasikan pemerintah kecamatan juga masih ada. Biasanya juga banyak bantuan dari pihak ketiga ke warga saat kesulitan air bersih," ujarnya.
Camat Nglipar, Witanto, menambahkan karena kesulitan air bersih kini sejumlah warganya terpaksa membeli air ke pihak swasta. Rata-rata warganya harus mengeluarkan antara Rp 125 ribu sampai Rp 150 ribu untuk membeli air bersih per tangkinya.
"Untuk mengatasi kekeringan ini kami telah mengajukan (permohonan) ke provinsi terkait pembangunan sumur bor untuk mengatasi kekeringan," tutupnya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini