Beragam kejadian berlangsung di Jabar hari ini. Mulai ancaman siaga banjir dari BMKG Bandung, hingga analisa pengamat soal Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno untuk 2024.
Berikut rangkuman Jabar hari ini:
Deretan Karangan Bunga Dukungan Untuk GAR ITB
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa pekan ke belakang, komunitas alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menyebut dirinya Gerakan Anti Radikalisme (GAR) menjadi sorotan para aktivis dan tokoh tanah air.
Bukan tanpa sebab, sebagian besar menanggapi persoalan laporan GAR ITB kepada KASN terkait dugaan pelanggaran disiplin, kode etik, dan kode perilaku salah satu tokoh Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yakni Din Syamsuddin.
Atas kejadian tersebut, para alumni universitas di Jawa Barat yang terhimpun dari berbagai komunitas memberikan dukungan kepada GAR ITB melalui karangan bunga.
Karangan bunga tersebut dipajang tepat di depan gedung Majelis Wali Amanat (MWA) ITB, Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung. Berdasarkan informasi, pengiriman bunga sudah ada sejak Kamis lalu (18/2) dan akan dipajang selama tiga hari ke depan.
Terlihat pula beberapa pengirim diantaranya dari Gerakan Kebangsaan Bandung, Keluarga Alumni IPB (KamIPB), Tim Bersih-bersih Kampus Universitas Indonesia, Alumni Institut Teknologi Indonesia, dan Alumni Unpad 4 NKRI. Tulisan yang tercantum dalam karangan bunga salah satunya 'Kami Mendukung GAR ITB Jaga NKRI & Pancasila,' beberapa lainnya pun dengan berhubungan dengan kampus ITB.
Salah satu perwakilan pendukung GAR dari Universitas Indonesia, sekaligus Dosen Ilmu Politik FISIP UI Reni Suwarno mengatakan, dukungan dari berbagai komunitas civitas academica kepada GAR yang notabene sebagai alumni ITB tersebut mencerminkan situasi kampus yang kurang nyaman.
"GAR ITB menjadi pelopor untuk gerakan yang bertujuan ingin mengembalikan marwah akademik di kampus. Salah satunya dengan mengingatkan bahwa ASN terikat oleh UU dan berbagai peraturan yang berlaku," ucap Reni saat dihubungi detikcom, Selasa (23/2/2021).
Menurutnya, sikap yang dilakukan GAR terbilang wajar karena sebelum diangkat sebagai pegawai kepemerintahan (ASN/PNS) yang bersangkutan akan menandatangani surat perjanjian dan disumpah. "Bila ternyata ditemukan bukti indikasi ada ASN yang melanggar UU maka wajar sebagai warga negara yg bertanggung jawab kita menyampaikan bukti tersebut kepada pihak yg berwenang untuk diproses sesuai dengan perundangan yg berlaku," ucapnya.
Reni bersama dengan komunitas alumni universitas lain memberikan dukungan kepada GAR. "Dukungan yang diberikan sangat banyak, bentuknya beragam, diantaranya dalam bentuk statement dukungan dan papan bunga. Online diskusi dan Webinar untuk menjelaskan gerakan yang ingin mengembalikan marwah akademis di kampus-kampus Indonesia," sambungnya.
Dia juga turut menanggapi kasus yang akhir-akhir ini menjadi sorotan yaitu pelaporan Din Syamsuddin kepada KASN atas dugaan pelanggaran disiplin ASN. Reni mengatakan, secara ideal bila ditemukan pelanggaran Undang-undang, yang bersangkutan dapat mengikuti semua proses dan prosedur.
"Menerima sanksi sesuai hukum yang berlaku. Bila ini yang dilakukan, saya rasa, (Din Syamsuddin) bisa menjadi pahlawan ASN karena telah memberikan suri tauladan yang baik untuk semua ASN di negeri ini, termasuk saya," pungkasnya.
Simak video 'Prakiraan Cuaca BMKG: Waspada Hujan Bedurasi Lama!':
Heboh 'Kolam' Ikan di Stadion GBLA
Video menampilkan tembok pembatas antara lapang dan tribun penonton di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, ditanami ikan viral di media sosial. Video itu diunggah akun media sosial Twitter @hooliganbdg.
Saat dikonfirmasi, Pengelola Stadion GBLA Acep Wahyu membenarkan hal tersebut. Namun saat ini ikan tersebut sudah dipindahkan ke kolam besar.
"Kalau kolam ikan tidak ada, cuman itu ada genangan air, di sekitar GBLA ada kolam, digunakan acara penyebaran benih ikan pas Oktober. Lalu ikan itu di ke kolam besarkan," kata Acep via sambungan telepon, Selasa (23/2/2021).
Acep memastikan sudah tidak ada benih ikan di dalam stadion yang ada di tembok pembatas antara lapang dan tribun. "Tidak ada, sudah dipindahkan ke kolam besar. Pas acara itu, ditanami ikan, dipindahkan dulu ke situ, kalau di ke kolam besarkan bisa dimakan sama ikan berukuran besar. Sekarang udah tidak ada," ujar Acep.
Ia menjelaskan benih ikan kecil itu sudah dipindahkan dua hari lalu. "Dua hari ke belakang, sudah dipindahkan. Itu ikan kecil, kemarin juga sudah dibereskan dan sudah dipindahkan ke kolam yang besar," ucapnya.
"Itu bukan kolam, kemarin kan curah hujan gede, jadi di situ (disimpan) sekarang udah enggak ada," ucap Acep menambahkan.
11 Kelurahan di Cirebon Zona Merah
Kota Cirebon menjadi satu-satunya daerah di Jawa Barat yang berstatus zona merah atau berisiko tinggi penyebaran COVID-19. Dari 22 kelurahan yang ada di Kota Cirebon, 11 di antaranya berstatus zona merah.
Sekda Kota Cirebon Agus Mulyadi mengaku saat ini pihaknya masih melaksanakan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro hingga tingkat RT dan RW. Agus tak menampik hasil evaluasi periode 8-15 Februari Kota Cirebon masuk zona merah. Namun, Agus mengaku belum menerima laporan evaluasi zona risiko periode 15-21 Februari.
"Periode kemarin memang merah. PPKM mikro ini kita sudah bangun pos jaga di RT dan RW, sesuai aturan kementerian kita lakukan sampai 8 Maret," kata Agus kepada awak media di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPPPD) Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (23/2/2021).
Agus mengatakan menurut parameter yang lama terkait pemetaan zona merah di Kota Cirebon, sebelumnya hanya satu kelurahan yang berada di zona hijau, dari 22 kelurahan yang ada di Kota Cirebon. Sisanya masuk dalam zona merah. Namun, menurut Agus, dari hasil evaluasi dengan paramater yang baru, antara lain jumlah kasus, penanganan, konfirmasi kontak erat dan jumlah ruangan isolasi, hanya ada 11 kelurahan yang berzona merah.
"Sekarang ada 11 kelurahan merah, enam oranye, empat kuning dan satu hijau. Kalau status (Kota Cirebon) sekarang saya belum mendapatkan laporan," kata Agus.
Agus mengaku tengah mengupayakan agar Kota Cirebon kembali ke zona hijau. Ia mendorong memaksimalkan penanganan di tingkat RT dan RW. Kebijakan penyesuaian anggaran atau refocusing akan dialokasikan untuk membantu penanganan di tingkat TT dan RW.
"Kalau relokasi dana untuk kelurahan ini tidak bisa digeser, kita bisa gunakan belanja tak terduga (BTT)," kata Agus.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menilai penerapan PPKM di sejumlah daerah di Jabar berdampak positif. Selain menurunkan okupansi rumah sakit, PPKM juga berpengaruh terhadap zona merah di Jabar.
"Khusus untuk perkembangan COVID-19, pertama kesimpulan PPKM itu terjadi banyak penurunan, yang paling signifikan adalah dari keterisian rumah sakit yang sempat 80-an persen per minggu ini tinggal 58 persen," ucap Kang Emil sapaan akrabnya di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Senin (22/2/2021).
Kang Emil mengatakan PPKM juga berpengaruh terhadap zona merah di Jabar. Menurut dia, zona merah di Jabar kini masih berada di satu daerah yakni Kota Cirebon.
"Ini juga sebuah progres yang mudah-mudahan membaik, yaitu Kota Cirebon sedang akan kita teliti dan mudah-mudahan ada satu atau dua minggu ke depan kita sudah bisa lepas dari zona merah, itu salah satu dampak positif dari PPKM yang serentak terkoordinasi di pulau Jawa dan Bali," tuturnya.
Imbauan BMKG Bandung 24-25 Februari 2021 Siaga Banjir
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengimbau agar warga Jawa Barat siaga atau waspada banjir pada 24 dan 25 Februari 2021. Puncak musim hujan di Jabar diprediksi terjadi pada Februari 2021.
BMKG mencatat, berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak (IBF), untuk dampak banjir hingga banjir bandang ini berpotensi terjadi di 18 kabupaten/kota dan berlaku pada 24-25 Februari 2021.
Berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak (IBF), pada 24 Februari terdapat 15 daerah yang berpotensi terjadi banjir. 15 daerah itu meliputi Kabupaten Sukabumi (siaga), Kota Sukabumi (siaga), Kabupaten Cianjur (siaga), Kota Bogor (waspada), Kabupaten Bogor (waspada), Kota Bandung (waspada), Kabupaten Bandung (waspada), Kabupaten Bandung Barat (waspada), dan Kota Cimahi (waspada), Karawang (waspada), Majalengka (waspada), Kota Bekasi (waspada), Kabupaten Bekasi (waspada), Kota Depok (waspada), Kabupaten Garut (waspada).
Sedangkan untuk keesokan harinya, 25 Februari BMKG Bandung melaporkan ada tiga daerah yang terdampak yakni Bogor (siaga), Indramayu (siaga) dan Subang bagian utara (siaga). Sementara kota dan kabupaten lainnya berstatus waspada, kecuali Kabupaten Sukabumi.
Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan kondisi tersebut dikarenakan adanya perlambatan massa udara di sebagian besar wilayah Jawa Barat dan belokan angin (shearline) di Jawa Barat bagian barat. "Selain itu pengaruh Monsun Asia di wilayah Jawa Barat masih kuat, berdampak pada masih kuatnya aktivitas konvektif di pesisir Utara hingga Timur Laut, dan Tenggara Jawa Barat yang dapat merambat ke wilayah Tengah Jawa Barat, terpantau juga terdapat pusat tekanan rendah di utara Australia," ujar Rahayu dalam keterangan resminya, Senin (23/2/2021).
Rahayu mengatakan kondisi dinamika atmosfer lokal yang tidak stabil dan masih tingginya kelembapan relatif (RH masih berkisar antara 80%-100% terutama pada siang hingga malam hari) juga disertai dengan kondisi atmosferik regional di atas berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Jawa Barat, terutama di wilayah Pesisir Utara dan Tenggara Jawa Barat.
"Serta meningkatkan juga potensi terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir/kilat dan angin kencang pada siang hingga malam hari dan berpotensi terjadi ringan pada dini hari," kata Rahayu.
Pihaknya pun mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan oleh kondisi cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.
"Bagi yang sedang dalam perjalanan di jalan raya apabila terjadi cuaca ekstrem seperti hujan deras disertai petir, diharap segera menepi dan masuk ke gedung, hindari berlindung di bawah pohon besar pada kondisi demikian, menjauhi tebing jika berada di wilayah yang berbukit. Ketika terjadi hujan yang ekstrem atau pun hujan sedang dengan durasi lama harap menjauhi aliran sungai yang berpeluang meluap," kata Rahayu.
Plus Minus Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno di Pilpres 2024
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil saling membuka peluang untuk berdampingan menuju Pilpres 2024. Lalu bagaimana plus dan minus kedua tokoh ini jika berpasangan di Pilpres nanti?
Pakar Politik dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Karim Suryadi menilai baik Sandiaga maupun Kang Emil memiliki basis dukungan yang beririsan dan cenderung sama. Ceruk dukungan dari keduanya berasal dari kalangan pemilih muda, di perkotaan, cerdas, ekonomi menengah ke atas.
"Lalu apa keunggulannya? mereka akan memelihara passion dan chemistry," kata Karim saat dihubungi detikcom, Senin (23/2/2021).
"Tapi kelemahannya mereka tidak memiliki basis dukungan yang luas, ya karena datang dari kubu yang sama, akan sulit untuk meraih pemilih dari segmen yang berbeda. Itu menurut saya, itu plus minusnya, kalau dilihat dari pengalaman politik, walau Sandiaga Uno pernah nyalon sebagai wapres, tapi posisi RK sebagai gubernur akan menjadi nilai tambah untuk menjadi RI 1, tapi lagi-lagi komposisi menentukan basis dukungan itu digabungkan," kata Karim melanjutkan.
Idealnya, kata Karim, pasangan calon presiden dan wakil presiden harus berasal dari sisi ideologis dan kelompok yang berbeda. Laiknya saat ini sosok nasionalis Joko Widodo yang bersanding dengan sosok religius Ma'ruf Amin. Sosok keduanya pun relatif muda, dan dikhawatirkan muncul matahari kembar.
"Bagusnya itu kan utara dan satu selatan, satu barat, satu timur dari sisi geografis. Dari sisi ideologis, Kang Emil dan Sandi ini sama-sama nasionalis-religius, berada pada irisan tengah. Kemudian dari sisi usia sama, akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan mereka yang mapan dari segi usia dan ekonomi, kesan anak muda yang progresif pada sisi lain akan dibaca sebagai ancaman keamanan yang bersangkutan, padahal pemilih dari segmen ini masih banyak," katanya.
Menurutnya, sekarang masih terlalu dini untuk mengorek-ngorek kans dan elektabilitas dari tokoh untuk maju ke Pilpres 2024. Pasalnya, saat ini suasana politik dan pemerintahan masih sangat cair. "Saya yakin partai politik pun belum ke sana, belum mencari figur, mereka masih memikirkan selamat, apalagi belakangan elektabilitas parpol menurun kecuali yang di luar pemerintahan," ujarnya.