Kelompok Hamas berupaya menegaskan kembali posisinya di Jalur Gaza sejak gencatan senjata diberlakukan pada Jumat (10/10) lalu. Para petempur Hamas dilaporkan menewaskan sedikitnya 33 orang, yang diklaim sebagai anggota "geng", di wilayah Jalur Gaza sejak gencatan senjata dimulai.
Langkah Hamas ini tampaknya mendapatkan persetujuan Amerika Serikat (AS) untuk sementara waktu demi mengawasi wilayah yang hancur tersebut.
Setelah gencatan senjata mulai berlaku, kepala kantor media pemerintah Hamas di Gaza, Ismail Al-Tawabta, mengatakan kepada Reuters bahwa kelompoknya tidak akan membiarkan adanya kekosongan keamanan dan akan menjaga keamanan publik serta properti di Jalur Gaza.
Diungkapkan dua sumber keamanan Gaza, seperti dilansir Reuters, Selasa (14/10/2025), Hamas mengirimkan kembali pasukannya ke jalanan Gaza sejak gencatan senjata dimulai. Mereka bergerak secara hati-hati mengantisipasi jika gencatan senjata tiba-tiba kolaps.
Sumber dari kalangan pejabat keamanan di Gaza menuturkan bahwa sejak gencatan senjata berlangsung, pasukan Hamas telah menewaskan sedikitnya 32 orang yang merupakan anggota "geng yang berafiliasi dengan sebuah keluarga di Kota Gaza". Disebutkan bahwa enam petempur Hamas juga tewas.
Pada Senin (13/10), sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan beberapa pria bersenjata, yang memakai ikat kepala hijau mirip yang dipakai Hamas, melepaskan tembakan dengan senapan mesin ke arah tujuh orang yang berlutut di jalan.
Postingan itu menyebut video direkam di Gaza pada Senin (13/10). Warga sipil yang menyaksikan hal tersebut meneriakkan "Allahu Akbar" dan menyebut mereka yang ditembak sebagai "kolaborator".
Reuters tidak dapat memverifikasi peristiwa dalam video tersebut, baik tanggal atau lokasinya. Belum ada tanggapan langsung dari Hamas.
(nvc/ita)