Miris 2 Pembunuhan Brutal di Prancis

Round-Up

Miris 2 Pembunuhan Brutal di Prancis

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 31 Okt 2020 07:37 WIB
Aksi penusukan terjadi di sebuah gereja di Kota Nice, Prancis, menewaskan tiga orang. Aksi itu terjadi di area gereja basilika Notre-Dame.
Aksi penusukan terjadi di sebuah gereja di Kota Nice, Prancis, menewaskan tiga orang. Aksi itu terjadi di area gereja basilika Notre-Dame. (Foto: AP Photo/Daniel Cole)
Jakarta -

Dua kasus pembunuhan brutal terjadi di Prancis. Kasus pertama pemenggalan seorang pria di pinggiran kota Paris dan yang kedua penusukan di kota Nice.

Serangan pemenggalan terhadap pria di Paris itu terjadi pada Jumat (16/10) waktu setempat. Serangan terjadi sekitar pukul 5 sore di dekat sebuah sekolah di Conflans Saint-Honorine, pinggiran barat Ibu Kota Prancis.

Jaksa penuntut mengatakan mereka memperlakukan insiden ini sebagai "pembunuhan yang terkait dengan organisasi teroris,".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setibanya polisi di lokasi kejadian, mereka menemukan seorang yang tewas, sekitar 200 meter dari tersangka penyerangan. Polisi melihat tersangka penyerangan bersenjatakan senjata seperti pisau.

Polisi kemudian melepaskan tembakan dan tersangka mengalami luka parah. Ternyata korban merupakan seorang guru sejarah di Prancis yang baru-baru ini memperlihatkan kartun Nabi Muhammad SAW di kelasnya. Nama sang guru itu Samuel Paty.

ADVERTISEMENT

Pelaku meninggal dunia karena luka parah akibat penembakan. Penyerang juga disebut meneriakkan 'Allahu Akbar' saat berhadapan dengan polisi. Polisi menyebut seruan itu sering diucapkan dalam serangan jihadis.

Pelaku disebut sebagai seorang remaja berusia 18 tahun yang lahir di Moskow dan berasal dari wilayah Chechnya, Rusia. Demikian diungkapkan sumber pengadilan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (17/10/2020).

Dalam kasus ini, sembilan orang ditangkap. Para penyelidik mencoba untuk memastikan apakah penyerang, yang ditembak mati oleh polisi, bertindak sendiri atau memiliki kaki tangan.

Empat siswa sekolah termasuk di antara 15 orang yang ditahan di Prancis setelah Paty dipenggal. Tahanan lain mencakup empat anggota keluarga si pembunuh, seorang orang tua murid di sekolah, dan seorang radikal Islam yang terkenal.

Samuel Paty, seorang guru sejarah di Prancis yang tewas dipenggal oleh seorang pemuda berusia 18 tahun, akan mendapatkan penghargaan tertinggi dari pemerintah Prancis.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (20/10/2020), Menteri Pendidikan Prancis, Jean-Michel Blanquer, menuturkan kepada televisi setempat BFM TV, bahwa penghargaan tertinggi di Prancis, yakni Legion d'Honneur, akan diberikan kepada Paty secara anumerta.

Blanquer juga mengumumkan bahwa Paty akan diberi tanda jasa 'Ordre des Plames academiques' yang merupakan penghargaan khusus untuk akademisi Prancis.

Selang sepekan insiden penusukan terjadi di sebuah gereja di Kota Nice. Tiga orang tewas dan beberapa orang lain terluka. Salah satu korabn dilaporkan tewas dipenggal.

Pembunuhan itu terjadi pada pukul 09.00 Kamis (29/10) waktu setempat di dalam gereja basilika Notre-Dame di pusat kota Nice. Penyerang telah ditangkap polisi.

Wali Kota Nice, Christian Estrosi, mengatakan seperti dilansir media The Guardian, Kamis (29/10/2020), penyerang meneriakkan "Allahu Akbar" beberapa kali saat dia ditangkap dan diborgol oleh polisi.

Estrosi mengatakan seorang wanita telah dipenggal tetapi dia tidak memiliki rincian bagaimana dua orang lainnya dibunuh.

"Ada dua orang yang terbunuh di dalam gereja... dan orang ketiga yang berada di bar yang menghadap gereja tempat dia berlindung," demikian ditulis Estrosi dalam akun Twitter.

Presiden Prancis Emmanuel Macron angkat bicara soal serangan penusukan itu. Macron bersumpah Prancis tidak akan menyerah setelah insiden penyerangan yang disebutnya sebagai 'serangan teroris Islam'.

Dilansir dari AFP, Kamis (29/10/2020), Macron bersumpah bahwa "Prancis tidak akan menyerah pada nilai-nilai kami". Macron menyampaikan duka cita kepada umat Katolik di Prancis setelah kejadian penusukan itu. Ia juga mendesak orang-orang dari semua agama untuk bersatu dan tidak "menyerah pada semangat perpecahan".

Dalam insiden ini, seorang pria berusia 47 tahun ditahan oleh otoritas Prancis. Pria ini dicurigai sempat melakukan kontak dengan pelaku penusukan brutal tersebut.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (30/10/2020), pria 47 tahun itu ditahan pada Kamis malam. Identitasnya tidak diungkap ke publik. Pria tersebut ditahan karena sempat melakukan kontak dengan pelaku penusukan di Nice.

Ketua jaksa anti-terorisme Prancis, Jean-Francois Ricard, mengungkapkan pelaku penusukan di Nice merupakan seorang imigran asal Tunisia, yang tiba di Italia, tepatnya di Pulau Lampedusa di Mediterania pada 20 September lalu dan pergi ke Paris pada 9 Oktober.

Ricard menyebut pelaku tiba di kota Nice pada Kamis (30/10) pagi, dengan kereta api. Pelaku kini dilaporkan dalam kondisi kritis di rumah sakit setempat setelah ditembak polisi yang tiba di lokasi kejadian.

Buntut penusukan ini keamanan diperketat di tempat-tempat ibadah dan sekolah di seluruh Prancis menyusul dua serangan serupa dalam dua minggu ini.

Otoritas Prancis tengah menyelidiki penyerangan brutal ini sebagai tindak pembunuhan dan percobaan pembunuhan terkait organisasi teroris -- istilah umum di Prancis untuk menyebut kejahatan terorisme. Pelaku penyerangan diketahui tidak masuk radar intelijen Prancis sebelumnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads