Wacana jembatan 'donat' yang akan dibangun di Dukuh Atas, Jakarta Pusat yang menghubungkan sejumlah moda transportasi umum mendapat respons positif dari warga. Mereka mendukung rencana pembangunan jembatan tersebut.
Dirangkum detikcom, jembatan melingkar seperti donat ini merupakan bagian dari upaya MRT Jakarta mengembangkan konsep transit oriented development (TOD) sehingga moda transportasi massal dapat terkoneksi dan memudahkan akses bagi pejalan kaki. Jembatan donat ini akan menghubungkan KRL, LRT, dan Kereta Bandara di Dukuh Atas.
Direktur MRT Jakarta, Tuhiyat, mengungkapkan ide jembatan cincin donat itu muncul ketika Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung melakukan susur Sungai Ciliwung pada Agustus lalu dan bertanya mengenai empat kuadran yang ada di Dukuh Atas yang belum tersambung seluruhnya. Berbekal dari benchmarking ketika di Yukohama, Jepang, Tuhiyat kemudian menawarkan konsep jembatan cincin donat ini kepada Pramono untuk dibangun di Dukuh Atas.
"Yang terkonek adalah Transporthub dan UOB, karena ada terowongan Kendal, selain itu sudah tidak bisa. 'Bagaimana, MRT punya ide nggak?', kami tawarkan ide itu (cincin donat) yang kita lakukan pada saat itu benchmarking ke Yukohama waktu itu. Yang bentuknya adalah donut ring (cincin donat). Nanti akan di bangun di atas jalan Sudirman-Dukuh Atas gitu ya," kata Tuhiyat saat kelas Fellowship MRT Jakarta di Jakarta Pusat, Kamis (9/10/2025).
Tuhiyat mengatakan rencananya jembatan cincin donat ini memiliki lebar 12 meter, yang 5 meter di antaranya akan digunakan untuk kegiatan komersial dan sisanya sebagai ruang pejalan kaki untuk melintas di sana. Nantinya, jembatan bakal menghubungkan transportasi umum lainnya seperti LRT Jabodebek, KRL dan juga kereta bandara.
"Itu kurang lebih lebarnya sekitar 12 (meter). Kalau Anda tahu dari PIM (Pondok Indah Mal) 2, PIM 1, kalau itu kan paling berapa ya lebarnya, tapi kita akan coba bangun 12 (meter), 7 (meter)-nya untuk traffic public, kemudian 5 (meter)-nya untuk bisnis. Kita bangun yang akan menghubungkan 4 mode, ada KCI, ada LRT Jabodebek, ada MRT, kemudian ada kereta bandara. Sementara LRT Jakarta belum sampai ke situ," ujarnya.
(eva/whn)