Mulai dari hari itu, update Corona yang disampaikan Yurianto dilakukan di kantor BNPB. Tiap sore selalu muncul di kanal YouTube BNPB menyampaikan perkembangan harian kasus COVID-19 di Tanah Air.
Di awal kasus COVID-19 muncul di Indonesia, Yuri menyampaikan detail kasus per kasus dengan menyebutkan jenisnya seperti penularan dari kasus awal atau kasus impor yang diistilahkan imported case. Saat itu penambahan kasus masih dalam hitungan jari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun berkala kasus meningkat sehingga setelahnya Yuri hanya langsung menyebutkan jumlah penambahan kasus tanpa menyampaikan detail kasus per kasus.
Per 14 April 2020, Yuri mulai menyebutkan mengenai data orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan yang saat itu disingkat menjadi ODP-PDP. Orang dengan kategori itu saat itu belum pasti positif COVID-19.
Tidak hanya itu, ada perubahan istilah-istilah. Sebelumnya setidaknya ada 3 istilah yang lekat dengan COVID-19 yaitu ODP, PDP, dan OTG. ODP merupakan orang dalam pemantauan, PDP adalah pasien dalam pengawasan, dan OTG adalah orang tanpa gejala.
Namun melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang diteken Menkes Terawan pada 13 Juli 2020 mengubah istilah itu. Istilah mengenai penanganan Corona diganti dengan kasus suspek, kasus probable, hingga kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik).
Sejak melaporkan data kematian Corona dalam setiap harinya, Yuri berbagi cerita dirinya kerap dijuluki 'pembawa berita kematian'.
Yuri mengatakan dijuluki pembawa berita kematian karena kerap melaporkan angka tinggi kematian Corona.
"Apa sih yang dibutuhkan masyarakat dalam menangani Corona? Bukan saya pelesetkan, saya omongkan dengan data yang saya miliki sehingga di awal-awal dengan 15 menit saya menerangkan, 10 menit untuk edukasi, dan 5 menit terakhir untuk umumkan data," kisah Yuri di acara launching buku 'Menghadang Corona' di ruang Fraksi PAN, Gedung DPR, Jakarta, pada Jumat (10/7).
"Yang selalu dipakai semua adalah tontonan 5 menit terakhir, sehingga Achmad Yurianto pembawa berita kematian. Sepuluh menitnya (edukasi Corona) hilang," imbuhnya sambil disambut tawa hadirin.
Yuri mengaku sudah berupaya agar tidak dijuluki 'pembawa berita kematian'. Namun gagal.
"Sampai saya akali yang 5 menit saya pindah-pindahin, saya potong-potong, data positif tak tambahin edukasi. Begitu saya ngomong di YouTube, dirangkai lagi jadi itu (data kematian). Jadi inilah yang kemudian saya berterima kasih mendapat julukan pembawa berita kematian," ungkap Yuri.
Yuri mengaku beruntung setelah dr Reisa Broto Asmoro ditunjuk sebagai tim komunikasi di Gugus Tugas membantu dia. Menurutnya, semenjak dr Reisa tampil pembawaan informasi Corona sudah tidak menakutkan lagi.
"Begitu partner saya ditunjuk oleh Kementerian Komunikasi, muncul Reisa, saya minta untuk edukasi baru berubah pandangan bahwa COVID tidak menakutkan lagi. Tidak menakutkan lagi COVID, yang baca COVID maksudnya," tutur Yuri sambil disambut tawa.'
Hari terus berganti, genap 140 hari Yuri menjadi jubir pemerintah. Yuri purnatugas sebagai jubir yang setiap hari menyampaikan data harian COVID mulai 20 Juli 2020.
Yuri kini fokus menjalankan tugas baru sebagai Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI. Dia menyebut tugasnya sebagai Dirjen P2P Kemenkes RI juga tak akan jauh-jauh dari penanganan Corona.
"Saya Dirjen P2P," ujar Yurianto lewat pesan singkat kepada detikcom, Selasa (21/7/2020).