Gunung Raung Erupsi di Awal 2021 Disusul Status Waspada Selama 7 Bulan

Kaleidoskop 2021

Gunung Raung Erupsi di Awal 2021 Disusul Status Waspada Selama 7 Bulan

Ardian Fanani - detikNews
Jumat, 31 Des 2021 14:22 WIB
Gunung Raung erupsi hingga saat ini. Pantauan dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung, asap dari gunung setinggi 3.332 mdpl itu membumbung hingga 2.000 meter.
Gunung Raung erupsi/Foto file: Ardian Fanani
Banyuwangi -

Gunung Raung erupsi di awal 2021. Waktu itu, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung, Mukijo mengatakan, Raung mengalami erupsi kecil.

"Iya, ada peningkatan kegempaan mulai tadi malam. Erupsi kecil tadi pagi," ujarnya kepada detikcom, Kamis (21/1/2021).

Asap kawah bertekanan lemah, teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang dan tinggi 100-400 meter di atas puncak kawah. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga mencatat, itu kategori erupsi kecil. Status Gunung Raung masih level I (normal).

Gunung Raung terakhir mengalami erupsi pada Kamis (16/7/2020). Saat itu asap cokelat terlihat jelas keluar dari puncak kawah. Pada Jumat (17/7/2020) pukul 14.00 WIB, status Gunung Raung resmi dinaikkan PVMBG dari level I (normal) menjadi level II (waspada).

PVMBG kemudian terus melakukan evaluasi terhadap status Gunung Raung. Lalu terhitung pada 27 November 2020, gunung purba tersebut turun statusnya dari Level II (waspada) ke level I (normal).

Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung mengamati adanya suara gemuruh dalam aktivitas vulkanik yang terjadi. Gemuruh terdengar jelas sekira pukul 07.00 hingga pukul 11.00 WIB, Rabu (27/1/2021). Interval suara gemuruh terjadi antara 10 menit hingga 30 menit.

"Suara gemuruh terdengar pagi ini. Mulai jam 7 pagi hingga 11 siang. Untuk selanjutnya masih belum terdengar hingga saat ini," ujar Mukijo waktu itu.

Gemuruh tersebut, kata Mukijo, karena aktivitas vulkanis yang terjadi di dalam kaldera. Apalagi kaldera gunung setinggi 3.332 mdpl itu memiliki diameter 2 kilometer. Sehingga suara terdengar menggelegar. Sementara cahaya api terpantau dari asap yang membumbung setinggi 500 meter dari puncak gunung.

"Secara umum kondisi Raung masih waspada. Asap kelabu sudah tidak teramati sejak 2 hati terakhir. Dan pada tanggal 24 hingga saat ini masih terlihat cahaya api dari pantulan asap," tambahnya.

Tidak adanya asap kelabu, kata Mukijo, karena material berupa pijar sudah menemukan jalan keluar. Letusan dengan tipe strombolian melemparkan material di dalam kaldera.

Letusan ini mirip dengan erupsi pada tahun 2020 lalu. Belum sampai puncaknya seperti tahun 2015 lalu.

"Untuk lava sampai saat ini belum keluar seperti tahun 2015 lalu. Masih seperti tahun 2020," tambahnya.

Pada Februari 2021, erupsi Gunung Raung terus meningkat. Pengamatan dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung, asap dari aktivitas vulkanik Gunung yang berada di perbatasan Banyuwangi, Jember dan Bondowoso terlihat membumbung tinggi hingga 2.500 meter di atas puncak. Asap terbawa angin hingga ke Bali.

Imbasnya, hujan abu terjadi di Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Bondowoso. Hujan abu sangat mengganggu pengendara.

Petugas PPGA Raung, Burhan Alethea membenarkan hal tersebut. Gunung terlihat jelas mengeluarkan asap kelabu hingga hitam dengan intensitas sedang hingga pekat.

"Pukul 08.19 WIB, teramati asap kelabu hingga hitam intensitas tebal dengan tinggi 2.500 meter," ujarnya kepada wartawan, Selasa (9/2/2021).

Sementara arah angin condong ke arah timur. Abu kemungkinan akan jatuh di sebagian kawasan Banyuwangi dan bandara. Selain itu, pantulan cahaya api muncul dari gunung setinggi 3.332 mdpl itu.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memantau langsung aktivitas vulkanik Gunung Raung. Letusan saat itu, dinilai masih di bawah letusan pada erupsi di tahun 2015.

Subkoordinator Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Nia Haerani membenarkan adanya peningkatan aktivitas di Gunung Raung. Peningkatan aktivitas tampak dari munculnya gempa microtremor menerus yang amplitudonya menunjukkan tren peningkatan dari hari ke hari.

"Ini terlihat meningkat dibandingkan hari-hari selanjutnya. Tapi energinya masih di bawah 2015 lalu," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/2/2021).

Peningkatan energi terlihat pada adanya gempa microtremor yang amplitudonya terus meningkat. Gempa tremor tersebut muncul akibat adanya kenaikan material vulkanik ke permukaan. Material vulkanik berupa gas, cairan lava, dan batuan yang muncul dipermukaan.

"Material-material tersebut keluar dari cinder cone. Cinder cone merupakan gundukan kerucut yang terbentuk akibat letusan sebelumnya. Ada di dasar kawah itu. Kemungkinan hasil erupsi pada 2015 lalu," tambahnya.

Pihaknya, waktu itu belum bisa mengamati aktivitas vulkanik di dalam kaldera. Tetapi pihaknya menduga ada pengisian material vulkanik di kaldera sehingga volume material di dasar kaldera bertambah.

"Yang bisa kita amati adalah juga tampak dari munculnya bias kemerahan di puncak Raung. Bias kemerahan itu muncul akibat material pijar yang keluar dari cinder cone. Material pijar tersebut memantulkan cahaya kemerahan ke awan atau asap di atas puncak gunung," tambahnya.

Gunung Raung merupakan gunung bertipe strato kaldera setinggi 3.332 meter di atas permukaan laut, di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jember. Sejak 21 Januari 2021, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status Gunung Raung dari Normal (level I) menjadi Waspada (level II).

PPGA Raung juga mengirimkan VONA untuk penerbangan di Bandara di sekitar Gunung Raung. Salah satunya yakni Bandara Banyuwangi, untuk menentukan kebijakan dalam operasional penerbangan.

"Kita kirimkan VONA untuk penerbangan. Masih Yellow," ujarnya waktu itu.

Sementara itu, berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, jika dilihat dari prakiraan sebaran abu vulkanik yaitu VAAC (Volcanic Ash Advisory Center) Darwin, prakiraan angin mengarah ke timur dengan kecepatan 20 knot.

Imbas dari erupsi Gunung Raung, beberapa penerbangan di Bandara Banyuwangi ditutup sementara. Bandara paling ujung timur Pulau Jawa ini menutup layanan penerbangan lebih dari 10 hari waktu itu, menyusul keluarnya Notam penutupan sementara bandara.

"Notam dikeluarkan karena masih ada sebaran abu vulkanik di sekitar Gunung Raung," ujar Andry Lesmana, Humas PT Angkasa Pura II KC Bandara Banyuwangi kepada detikcom waktu itu.

Penutupan sementara ini dilakukan setelah dilakukan observasi dan koordinasi dengan pemangku kebijakan penerbangan di Bandara Banyuwangi. Selain itu juga dikomunikasikan dengan otoritas bandara III di Surabaya. Imbas penutupan sementara itu, sebanyak 8 penerbangan dibatalkan.

Tak hanya itu, ratusan ternak milik warga Banyuwangi sakit terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Raung. Pemilik ternak mengaku, hewan ternaknya mengalami penurunan nafsu makan lantaran abu vulkanik yang menempel pada rumput pakannya.

Atas permasalahan ini, Dinas Pertanian Banyuwangi langsung turun ke bawah untuk melakukan pemeriksaan kesehatan hewan ternak warga, di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Kamis (25/2/2021). Dalam kegiatan ini ada sekitar 64 ekor sapi yang mendapat tindakan dari Dinas Pertanian Banyuwangi. Selebihnya ada beberapa ternak kambing.

Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Disperta Banyuwangi, drh Nanang Sugiharto mengatakan, abu vulkanik yang menempel pada rerumputan memang bisa mengganggu kesehatan jika dikonsumsi hewan ternak.

"Dinas Pertanian Banyuwangi melakukan langkah preventif untuk ternak warga. Kebetulan kemarin ada erupsi Gunung Raung yang turun. Dan ternak ini makannya rumput sehingga menimbulkan kolik abdomen," kata Nanang kepada wartawan.

Kondisi itu, kata Nanang, yang menjadi fokus agar peternak tidak lantas merugi. Secara data dampak erupsi Gunung Raung bagi ternak memang belum begitu terasa. Namun, dinas melakukan langkah antisipasi lebih dini.

"Dampaknya memang tidak begitu nampak. Tapi kami mengimbau kepada warga agar makanan ternak rumput ini yang terkena abu agar dibersihkan atau dicuci. Ini untuk meminimalisir adanya kejadian yang menimbulkan penyakit,"

"Dampak yang terasa yaitu hanya menimbulkan penyakit individu saja, kita lakukan preventif khususnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon ini yang paling parah," jelasnya.

Data dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA), Rabu (24/3/2021) erupsi Gunung Raung terpantau menurun. Hal ini terlihat dari kepulan asap yang muncul di atas puncak mencapai 500 meter.

"Aktivitas fluktuatif. Kemarin sempat naik tapi kecil," ujar Burhan Alethea, petugas PPGA Raung kepada wartawan.

Gunung jelas teramati hingga tertutup kabut. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang dan tinggi 500 meter di atas puncak kawah. "Asap tidak menerus ke arah selatan," tambahnya.

Setelah 7 bulan lebih berstatus waspada (level II), Gunung Raung akhirnya turun status menjadi normal (level I). Bersamaan perubahan status ini, pendakian gunung setinggi 3.332 mdpl tersebut bisa dilakukan.

Perubahan status tersebut dikeluarkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM RI melalui laporan elektronik dengan nomor 268.Lap/GL.03/BGV/2021 tertanggal 9 Agustus 2021.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung, Mukijo membenarkan penurunan status gunung yang berada di perbatasan Banyuwangi, Jember dan Bondowoso ini.

"Iya benar sesuai dengan surat yang sudah dikirimkan Kementrian ESDM," ujarnya kepada detikcom, Senin (9/8/2021).

Mukijo menambahkan, sejak Februari 2021 aktivitas vulkanik Gunung Raung secara berangsur mengalami penurunan. Embusan gas dan erupsi efusif maupun eksplosif tidak lagi teramati.

Berdasarkan pengamatan dari periode 1 Juli hingga 8 Agustus, Gunung Raung sudah tidak lagi menunjukkan gejala peningkatan aktivitas. Secara visual, asap kawah sudah tidak terdapat dan cinderung tertutup awan.

Pengamatan energi seismik melalui grafik RSAM menunjukkan pola menurun hingga 8 Agustus 2021 ini. Pengukuran deformasi melalui tiltmeter menunjukkan pola deflasi.

Dengan penurunan status, tambah Mukijo, aktivitas pendakian pun diperbolehkan. Namun wisatawan direkomendasikan tidak turun ke dasar kawah atau mendekati kawah yang ada di puncak. Pendaki diminta agar tidak mendirikan tenda di sekitar puncak atau bibir kawah.

"Boleh ada pendakian. Tapi ada pembatasan untuk menghindari potensi bahaya gas-gas vulkanik yang dapat membahayakan jiwa manusia," jelas Mukijo.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.