Heboh Rumah di Ponorogo Dirobohkan Karena Kasus Perselingkuhan
Sepanjang 2020, ada dua peristiwa perobohan rumah dengan menggunakan alat berat karena perselingkuhan. Kejadian itu pun viral di media sosial. Pertama, pria bernama Hendrik terpaksa merobohkan rumah yang baru dibangunnya dengan hasil merantau di luar negeri. Itu lantaran istrinya, Nila selingkuh.
Kedua, pria bernama Soiran ketahuan selingkuh. Akhirnya istrinya, Soini memilih merobohkan rumah yang sudah dibangun dari hasil merantau dari luar negeri pula.
Hendri memilih merobohkan rumah yang baru dibangun selama 5 tahun, dengan hasil kerja merantau di Korea. Bangunan seluas 98 meter persegi yang ditaksir mencapai Rp 75 juta itu pun lenyap usai dirobohkan dengan menggunakan alat berat suruhan Hendri. Kades Pengkol, Kecamatan Kauman, Sunoto menjelaskan, pihaknya sudah melakukan mediasi agar rumah tersebut diwariskan kepada kedua anaknya.
"Kalau dari pihak desa inginnya masalah rumah dan tanah itu dihibahkan ke kedua anak mereka, tapi dari pihak Hendri tidak mau. Malah anaknya ikut neneknya," tutur Sunoto kepada detikcom.
Menurutnya, sebelum rumah dihancurkan dan diputus bercerai, Hendri yang saat ini masih bekerja di Korea merasa sakit hati cintanya dikhianati Nila. Padahal pasutri ini sudah 15 tahun menjalani rumah tangga dan memiliki dua orang anak. Justru Nila lebih memilih tinggal bersama pria selingkuhannya.
Sementara pasutri Soini dan Soiran warga Desa Krebet, Kecamatan Jambon sempat membuat heboh dunia maya karena kisahnya. Keduanya sepakat merobohkan rumah hasil jerih payah Soini bekerja di luar negeri, usai Soiran ketahuan selingkuh. Kepala Desa Krebet, Jemiran pun menjelaskan secara gamblang permasalahan pasutri ini. Awalnya sang suami, Soiran ketahuan selingkuh saat istrinya bekerja sebagai TKW di Taiwan.
"Istrinya pun tidak terima dan akhirnya memilih merobohkan bangunan rumah dengan alat berat, ini sudah jadi kesepakatan mereka berdua," ujar Kades Krebet, Jemiran.
Jemiran mengatakan sebelum keputusan perobohan ini diambil, pihaknya sudah melakukan mediasi sebanyak tiga kali tapi hasilnya nihil. "Karena rumah ini dibangun di atas tanah Soiran tapi yang membangun Soini hasil kerja di Taiwan selama 10 tahun," kata Jemiran.
Rumah yang ditaksir senilai Rp 350 juta itu pun akhirnya rata dengan tanah. Padahal pihak desa sebelumnya sudah meminta agar rumah tersebut diwariskan kepada anak semata wayang mereka. Namun usaha itu gagal.