Jember -
Pilkada langsung di Kabupaten Jember berjalan sejak tahun 2005. Hingga saat ini, kabupaten berjuluk Kota Tembakau itu sudah mengalami empat kali pilkada langsung.
Ada satu fenomena menarik dalam sejarah perjalanan pilkada langsung di Jember. Pasangan calon (paslon) pemilik nomor urut 01 selalu gagal meraih kemenangan. Apakah ini mitos politik?
Pilkada 2005
Dimulai pada 2005, di mana Pilkada Jember kala itu diikuti tiga pasang calon kepala daerah. Pemilik nomor urut 01 saat itu adalah pasangan Samsul Hadi Siswoyo-Baharuddin Nur. Samsul merupakan calon petahana karena sebelumnya dia menjabat sebagai Bupati Jember. Sedangkan pasangannya, Baharuddin Nur saat itu menjabat Ketua DPC PPP Jember.
Penantangnya, ada MZA Djalal berpasangan dengan Kusen Andalas yang memiliki nomor urut 02. Serta pasangan Mahmud Sardjujono-Hariyanto yang memegang nomor urut 03.
Hasil Pilkada 2005 itu, MZA Djalal yang berpasangan dengan ketua DPC PDIP Jember saat itu, Kusen Andalas, meraih suara terbanyak. Pasangan nomor urut 02 ini mengungguli dua paslon lainnya.
"Saat itu yang menang adalah pasangan dengan nomor urut 02, Djalal-Kusen dengan perolehan 608.053 suara. Sedangkan paslon nomor urut 01 perolehannya 290.092 suara. Untuk nomor urut 03 mendapat 140.302 suara," kata mantan Komisioner KPU Jember, Ketty Trisetyo Rini, Senin (21/12/2020).
Pilkada 2010
Pada Pilkada 2010, nomor urut 01 dipegang oleh pasangan Mohammad Soleh-Dedy Iskandar. Pasangan ini maju lewat jalur independen atau perseorangan. Pasangan ini berkontestasi bersama tiga paslon lainnya, termasuk pasangan petahana MZA Djalal-Kusen Andalas yang memegang nomor urut 04.
Kendati pemegang nomor urut 01, pasangan Mohammad Soleh-Dedy Iskandar justru berada di urutan terakhir dalam perolehan suara, pasangan ini meraup 40.912 suara atau 4,21 persen.
Pilkada 2010 ini dimenangkan pasangan petahana Djalal-Kusen. Paslon nomor urut 04 itu meraih 567.864 suara atau 58,37 persen.
"Pada Pilkada 2010 kebetulan saya masih menjadi Komisioner KPU Jember. Saat itu pemenangnya nomor urut 04 yakni pasangan petahana. Paslon nomor urut 01 perolehannya ada di urutan terakhir," terang Ketty.
Simak juga video 'Bawaslu: Penghitungan Suara Pilkada 2020 Masih Banyak Manual':
[Gambas:Video 20detik]
Bagaimana dengan pilkada tahun 2015, ini penjelasannya
Pilkada 2015
Lima tahun berselang, yakni pada 2015, Pilkada Jember hanya diikuti dua paslon. Mereka adalah Sugiarto-Dwi Koryanto di nomor urut 01, dan pasangan Faida-Abdul Muqiet Arief di nomor urut 02.
Di atas kertas, paslon nomor urut 01 lebih diunggulkan daripada nomor urut 02. Posisi Cabup Sugiarto yang merupakan mantan Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Jember dinilai memiliki kans kuat meraih kemenangan. Apalagi pasangan nomor urut 01 ini mendapat dukungan dari mantan Bupati Jember MZA Djalal.
Belum lagi dukungan jumlah partai yang jauh lebih banyak dibanding pasangan nomor urut 02.
Namun fakta di lapangan berkata lain. Paslon nomor urut 01 harus mengakui keunggulan lawannya. Sugiarto-Dwi Koryanto kalah dari Faida-Muqit, paslon pemegang nomor urut 02.
Hasil rekapitulasi KPU Jember menunjukkan, nomor urut 01 memperoleh 452.085 suara atau 46,24 persen. Sementara Faida - Muqit meraih 525.519 suara atau 53,76 persen.
"Pada Pilkada 2015, Paslon nomor urut 01 kalah dari 02. Selisihnya 7,52%," kata Komisioner KPU Jember Ahmad Hanafi.
Hasil Pilkada ini kembali menunjukkan paslon dengan nomor urut 01 gagal meraih kemenangan. Meski sebelumnya lebih diunggulkan dengan berbagai macam pertimbangan logika.
Piengundian nomor urut di pilbup Jember 2020 diikuti 3 paslon/ Foto: Yakub Mulyono |
Pilkada 2020
Selanjutnya adalah Pilkada yang baru saja digelar pada 9 Desember lalu. Pada Pilkada kali ini nomor urut 01 dipegang oleh Faida yang merupakan petahana. Faida maju berpasangan dengan Cawabup Dwi Arya Nugraha Oktavianto atau yang karib disapa Vian.
Sementara rivalnya, ada Hendy Siswanto-M.Balya Firjaun Barlaman di nomor urut 02. Dan pemegang nomor urut 03 ada pasangan Abdussalam-Ifan Ariadna Wijaya.
Hasil survei sejumlah lembaga, nomor urut 01 masih unggul dari dua paslon lainnya. Kendati masing-masing lembaga itu menunjukkan hasil selisih yang berbeda antarpaslon. Namun secara umum, sang pemilik nomor urut 01, Faida-Vian masih diunggulkan.
Lagi-lagi fakta menunjukkan hasil yang berbeda. Faida-Vian kalah dari pemilik nomor urut 02, Hendy-Firjaun. Selisihnya pun cukup lebar, yakni 15,33%.
Hasil rekapitulasi KPU menunjukkan, Faida-Vian memperoleh 328.729 suara. Sedangkan Hendy-Firjaun memperoleh 489.794 suara. Sedangkan Abdussalam-Ifan Ariadna meraih 232.648 suara.
"Peraih suara terbanyak adalah nomor urut 02. Kemudian diikuti paslon nomor urut 01, selanjutnya nomor urut 03," kata Hanafi.
Kok bisa 01 selalu kalah?
Komisioner KPU Jember Ahmad Hanafi mengakui, sepanjang 4 kali Pilkada langsung di Jember, paslon nomor urut 01 memang belum pernah meraih suara terbanyak. Padahal nomor urut 01 termasuk nomor yang cukup favorit.
"Kalau dari sisi deret hitung, kan nomor satu selalu disebut pertama kali. Jadi ya memang masuk nomor favorit lah," kata Hanafi.
Kendati demikian, nomor urut bukanlah faktor yang signifikan dijadikan parameter dalam Pilkada. Karena faktor utama kemenangan di Pilkada adalah bagaimana paslon mampu meyakinkan dan meraih simpati masyarakat.
"Jadi, menang atau kalah di Pilkada menurut saya bukan karena faktor nomor urut, tapi yang terutama adalah ke strategi kampanye. Apakah mampu membuat masyarakat percaya dan mau memilih paslon tersebut," pungkas Hanafi.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini