Wawan juga menyoroti pola pendaftaran satu calon yang melamar ke banyak partai. Sehingga proses kandidasi sudah berlangsung sejak proses mendekati parpol.
"Jadi yang unik seorang calon yang kuat akan melamar ke banyak partai dan partai yang dilamar itu tidak peduli ideologinya apa. Yang terjadi kemudian semua memberikan rekomendasi sehingga memenangkan pertarungan," terang Wawan yang juga mengajar Kajian Politik Indonesia itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wawan pun melihat menumpuknya dukungan partai pada salah satu pasangan bisa menjadi strategi untuk persiapan Pilpres 2024. Namun, dia melihat dalam konteks ini, ada dua kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang.
"Mungkin sedikit agak jauh (jika melihat untuk Pilpres) dalam arti kita perlu melihat konteks masing-masing daerah kekuatannya seperti apa. Ini ada kebutuhan elektoral jangka pendek bagaimana parpol bisa mengklaim menang di sekian Pilkada dan sekaligus menguasai suatu daerah secara politik," ungkapnya.
"Kemudian jangka panjang memang nantinya Pilpres, tapi seorang bupati atau gubernur diusung oleh banyak partai kan nggak ada jaminan yang bersangkutan mendukung semua partai. Jadi ini hanya membuat klaim saja," jelas Wawan.
Untuk diketahui, ada lima daerah di Jawa Tengah yang diisi oleh calon tunggal di Pilkada 2020 yakni Semarang, Wonosobo, Sragen, Kebumen dan Grobogan. Mayoritas calon tunggal ini merupakan petahana di masing-masing daerah.
Di Semarang paslon yang maju merupakan petahana Hendrar Prihadi-Hevearita Gunaryanti Rahayu (Hendi-Ita), Wonosobo pasangan Ketua dan Wakil Ketua DPRD Wonosobo Afif Nurhidayat-Muhammad Albar, dan bupati petahana Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati-Suroto. Kemudian Wabup petahana Kebumen Arif Sugiyanto-Ristawati Purwaningsih, dan Bupati Petahana Grobogan Sri Sumarni-Bambang Pujiyanto.
(ams/mbr)