Konon, pepohonan kota dapat mengurangi angka kriminalitas. Benarkah demikian? Menurut salah satu penelitian, jumlah pepohonan bertolak belakang dengan jumlah kriminalitas.
Austin Troy, Morgan Grove, dan Jarlath O'Neil Dunne pernah menerbitkan penelitian soal hubungan jumlah pohon dan tingkat kriminalitas di kawasan Baltimore, Amerika Serikat (AS), diterbitkan di jurnal Landscape and Urban Planning 106 (2012). Baltimore City punya angka perampokan yang tinggi dibanding wilayah-wilayah lain di AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara umum sebagian peneliti mengemukakan, jumlah tutupan pohon suatu kota bisa digunakan pelaku kejahatan untuk bersembunyi, mengintai sasaran kejahatan, dan menjadi lokasi pemerkosaan. Di sisi lain, sebagian peneliti mengemukakan jumlah tumbuhan bisa berkaitan dengan menurunnya tingkat kriminalitas.
Austin dkk menemukan korelasi antara jumlah tutupan pohon dan tingkat kriminalitas. Dalam model pertama, dia menghitung persentase area yang ditutupi oleh kanopi, baik area publik maupun privat. Hasilnya, peningkatan 10% tingkat tutupan pohon diikuti dengan 11,8% penurunan tingkat kriminalitas. Bila dispesifikkan lagi hanya untuk area publik (tanpa area privat), tingkat magnitudonya lebih besar sampai 40%.
"Ini berarti menanam pepohonan di lahan publik bisa membuahkan reduksi tingkat kriminalitas yang lebih tinggi ketimbang penanaman pohon di lahan pribadi," tulis Troy dkk.
Untuk mendapatkan kesimpulan ini, mereka menggunakan data kriminalitas dari 2007 hingga 2010. Kriminalitas di kawasan itu berupa perampokan, penodongan, pencurian, penembakan, hingga pembunuhan. Data kanopi pepohonan yang mereka gunakan juga merupakan data dari 2007 hingga 2010.
Meski penelitian ini berhasil menemukan perbandingan data tingkat kriminalitas dan tingkat tutupan pohon, namun penelitian ini belum dengan tegas mengatakan bahwa banyaknya pepohonan menyebabkan penurunan angka kriminalitas.
"Hasil ini tidak membuktikan kausalitas (sebab-akibat), namun mengemukakan suatu kebutuhan kuat terhadap riset selanjutnya untuk menentukan peran vegetasi terhadap kriminalitas," tulis Troy dkk.
Riset serupa juga dilakukan oleh peneliti dari Temple University di kota lain di AS, yakni di Philadelphia, pada 2013, di jurnal yang sama. Hasilnya juga sama, bahwa kehadiran rumput, tumbuhan, dan semak belukar terkait dengan tingkat kriminalitas yang rendah, terutama perampokan dan penyerangan.
Peneliti menduga hal ini disebabkan karena tumbuhan-tumbuhan yang teratur mendorong interaksi sosial masyarakat di lahan terbuka. Dengan kondisi itu, pengawasan masyarakat terhadap lingkungan juga menjadi lebih meningkat. Di sisi lain, efek menenangkan dari tetumbuhan juga turut mengurangi prekursor psikologis terhadap aksi kekerasan.
Pada 2017, penelitian serupa dilakukan lagi. Michelle C Kondo dkk menulis laporan penelitian 'Hubungan antara Pepohonan Kota dan Tingkat Serangan Bersenjata Api', diterbitkan Oxford University Press atas nama John Hopkins Bloomberg School of Public Health.
"Ruang hijau dan tumbuhan dapat berperan melindungi kota dari kejahatan," demikian tulis Michelle C Kondo dkk.
![]() |
Penelitian selama 2008-2011 ini menghimpun informasi dan mewawancarai penduduk usia 10 hingga 24 tahun di Philadelphia, Pennsylvania, AS. Mereka yang diwawancarai termasuk 135 pasien yang ditembak senjata api dan 274 anggota masyarakat kelompok kontrol. Mereka semua adalah warga etnis Afro-Amerika berjenis kelamin laki-laki.
Dalam riset yang didanai Layanan Kehutanan AS ini, peneliti menjelaskan faktor kesehatan mental juga berpengaruh. Paparan ke lahan hijau atau kurangnya paparan terhadapnya bisa berakibat terhadap kriminalitas atau kekerasan.
Kelelahan mental dan stres juga diasosiasikan dengan hidup di masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga memunculkan kurangnya perhatian, menurunnya kendali diri, dan sifat lekas marah. Semua itu bisa mengakibatkan perilaku agresif dan kekerasan.
Di sisi lain, orang yang hidup di lingkungan hijau dilaporkan punya agresi psikologis dan perilaku kekerasan yang lebih rendah. Akses terhadap pemandangan hijau berkaitan dengan kesehatan mental yang membaik, memitigasi stres, kelelahan mental, keresahan, dan depresi di lingkungan urban.
Warga yang hidup di lingkungan padat pada dasarnya mengalami kegerahan yang bisa memicu ketidaknyamanan. Ada hubungan antara temperatur dan tindak kekerasan serta perilaku agresif. Suhu yang lebih sejuk akibat pepohonan juga mempengaruhi psikologi penduduk.
![]() |
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini