Amerika Serikat (AS) dilaporkan mengancam akan mengurangi aktivitas berbagi intelijen dan memangkas pasokan senjata untuk Ukraina, demi menekan negara itu menyetujui rencana perdamaian dengan Rusia, yang telah disetujui Presiden Donald Trump.
Ancaman AS untuk mengurangi aktivitas berbagi intelijen dan memangkas pasokan senjata untuk Kyiv itu, seperti dilansir Reuters, Sabtu (22/11/2205), diungkapkan oleh dua sumber yang memahami masalah tersebut. Sejauh ini, belum ada respons langsung dari otoritas AS terhadap laporan media tersebut.
Washington mengajukan rencana perdamaian berisi 28 poin kepada Ukraina, yang isinya tampak mendukung banyak tuntutan Rusia dalam perang, termasuk agar Kyiv menyerahkan sebagian wilayah timurnya, mengurangi jumlah personel militer, dan dilarang bergabung dengan aliansi NATO.
Dituturkan salah satu sumber yang dikutip Reuters itu bahwa Ukraina berada di bawah tekanan yang lebih besar dari AS dibandingkan selama diskusi perdamaian sebelumnya. Disebutkan juga oleh sumber itu bahwa Washington ingin Kyiv menandatangani kerangka kerja perjanjian itu paling lambat Kamis (27/11) pekan depan.
Delegasi pejabat senior militer AS telah melakukan pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kyiv pada Kamis (20/11) waktu setempat. Duta Besar AS untuk Ukraina dan kepala urusan publik militer yang ikut serta dalam delegasi itu menyebut pertemuan itu sebagai "keberhasilan".
Disebutkan juga bahwa Washington mengupayakan "jadwal waktu yang agresif" untuk penandatanganan dokumen antara AS dan Ukraina.
Zelensky pada awalnya memberikan respons yang terkesan berhati-hati agar tidak menyinggung AS atau Trump, dengan mengatakan bahwa Ukraina "menghargai upaya Amerika Serikat, Presiden Trump, dan timnya yang bertujuan untuk mengakhiri perang ini", dan menyatakan siap berdiskusi dengan Washington.
Namun dalam pidato pada Jumat (21/11), Zelensky menolak rencana damai usulan AS, yang disebutnya memberikan "pilihan yang sangat sulit" bagi Ukraina. Dia menyebut rencana perdamaian berisi 28 poin itu membuat Ukraina harus memilih untuk kehilangan martabat atau berisiko kehilangan dukungan dari sekutu utamanya, AS.
(nvc/idh)