Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi, mengakui bahwa rentetan pengeboman Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah fasilitas nuklir Teheran, bulan lalu, menyebabkan kerusakan "serius" yang telah menghentikan kemampuan pengayaan uranium negara tersebut untuk sementara waktu.
"Fasilitas kami telah rusak -- rusak parah," kata Araghchi dalam wawancara dengan media AS Fox News, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (22/7/2025).
Ditegaskan oleh Aragchi bahwa Iran tidak berniat menghentikan program pengayaan nuklirnya meskipun terjadi kerusakan.
"Program ini dihentikan karena, ya, kerusakannya serius dan para. Namun, jelas kami tidak dapat menghentikan pengayaan (uranium) karena itu adalah pencapaian para ilmuwan kami sendiri. Dan sekarang, lebih dari itu, ini adalah masalah kebanggaan nasional," ujar Araghchi dalam wawancara tersebut.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan Iran merupakan satu-satunya negara non-nuklir yang saat ini memperkaya uranium hingga 60 persen. Angka ini hanya selangkah lagi dari pengayaan uranium 90 persen yang dibutuhkan untuk memproduksi senjata nuklir
Negara-negara Barat telah sejak lama menuduh Teheran diam-diam berupaya mengembangkan senjata nuklir.
Otoritas Iran telah berulang kali membantah tuduhan tersebut, dan bersikeras menyatakan program nuklirnya semata-mata untuk tujuan sipil seperti produksi energi.
Simak juga Video Trump Mau Cabut Sanksi AS ke Iran, Ini Syaratnya
(nvc/ita)