Iran Bilang Tak Lagi Memperkaya Uranium Usai Fasilitas Nuklir Dibom

Iran Bilang Tak Lagi Memperkaya Uranium Usai Fasilitas Nuklir Dibom

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 17 Nov 2025 13:03 WIB
Iranian Foreign Minister Abbas Araqchi arrives to Lebanon to meet with Lebanese officials, at Beirut international airport, Lebanon, June 3, 2025. REUTERS/Mohamed Azakir/File photo Purchase Licensing Rights
Menlu Iran Abbas Araghchi (dok. REUTERS/Mohamed Azakir/File Photo)
Teheran -

Iran menegaskan pihaknya tidak lagi melakukan pengayaan uranium di lokasi mana pun di wilayahnya. Penegasan ini disampaikan Teheran setelah fasilitas-fasilitas nuklirnya dibom saat perang melawan Israel berkecamuk pada Juni lalu.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi, seperti dilansir Associated Press, Senin (17/11/2025), menyampaikan penegasan itu ketika menjawab pertanyaan dari jurnalis Associated Press yang sedang berkunjung ke Iran.

"Tidak ada pengayaan nuklir yang tidak dideklarasikan di Iran. Semua fasilitas kami berada di bawah perlindungan dan pemantauan (Badan Tenaga Atom Internasional atau IAEA)," kata Araghchi dalam pernyataan pada Minggu (16/11) waktu setempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada pengayaan (uranium) saat ini karena fasilitas-fasilitas kami -- fasilitas pengayaan kami -- telah diserang," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Pernyataan Araghchi itu menjadi tanggapan paling langsung dari pemerintah Iran terkait program nuklir negara tersebut menyusul rentetan pengeboman oleh Israel dan Amerika Serikat (AS) terhadap situs-situs pengayaan uranium Teheran pada pertengahan Juni lalu.

Ketika ditanya apa yang diperlukan agar Iran bersedia melanjutkan negosiasi dengan AS dan negara-negara lainnya, Araghchi mengatakan bahwa pesan Iran tentang program nuklirnya tetap "jelas".

"Hak Iran untuk melakukan pengayaan, untuk penggunaan teknologi nuklir secara damai, termasuk pengayaan (uranium), tidak dapat disangkal," ujarnya.

"Kami memiliki hak ini adan kami terus mempraktikkannya dan kami berharap masyarakat internasional, termasuk Amerika Serikat, mengakui hak-hak kami dan memahami bahwa ini merupakan hak Iran yang tidak dapat dicabut dan kami tidak akan pernah melepaskan hak-hak kami," tegas Araghchi dalam pernyataannya.

Iran berada dalam situasi sulit usai perang melawan Israel yang berlangsung selama 12 hari pada Juni lalu. Pada saat itu, Tel Aviv melancarkan gelombang pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Teheran, menargetkan fasilitas-fasilitas nuklir dan militer Iran, serta area permukiman.

Rentetan serangan Israel itu menewaskan lebih dari 1.000 orang di berbagai wilayah Iran, termasuk menewaskan para ilmuwan nuklir Teheran. Iran membalas dengan melancarkan rentetan serangan rudal balistik dan drone yang ditargetkan ke kota-kota Israel.

Araghchi mengatakan pada Juli lalu, setelah AS mengumumkan penghentian pertempuran antara Teheran dan Tel Aviv, bahwa kerusakan di Iran "serius dan parah".

Serangan-serangan Israel disebut telah menghancurkan sistem pertahanan udara Iran, yang berpotensi membuka peluang bagi serangan udara lainnya saat ketegangan masih tinggi terkait program nuklir Teheran. Sementara itu, tekanan ekonomi dan perubahan sosial terus menantang teokrasi Syiah Iran.

Simak juga Video Pentagon Klaim Fasilitas Nuklir Iran Hancur Total: Mundur 2 Tahun

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads