Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut negaranya mendapatkan dukungan Amerika Serikat (AS) untuk mencapai target menghancurkan Hamas dan memulangkan para sandera dari Jalur Gaza.
Namun Netanyahu mengakui Israel dan AS berbeda pendapat soal apa yang mungkin terjadi setelah perang berakhir di Jalur Gaza.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (13/12/2023), Netanyahu mengatakan pada Selasa (12/12) waktu setempat bahwa setelah melakukan percakapan dengan Presiden AS Joe Biden, terdapat "ketidaksepakatan" antara dirinya dan sang Presiden AS soal "hari-hari setelah Hamas" di Jalur Gaza.
Netanyahu menyatakan harapan bahwa "kami akan mencapai kesepakatan di sini", yang merujuk pada dirinya dan Biden.
Namun demikian, dia juga menegaskan dirinya tidak "akan mengulangi kesalahan Oslo" -- merujuk pada perjanjian damai tahun 1993 yang ditandatangani di AS.
Dalam pernyataannya, Netanyahu menegaskan kembali penolakan yang pernah disampaikan sebelumnya, terhadap kembalinya pemerintahan Otoritas Palestina yang didukung Barat di bawah Presiden Mahmoud Abbas ke Jalur Gaza.
Ditegaskan Netanyahu bahwa Jalur Gaza tidak akan pernah dikuasai oleh Hamas atau pun Fatah. Diketahui bahwa Fatah merupakan faksi yang menguasai Otoritas Palestina yang dipimpin Abbas di Tepi Barat.
"Saya ingin memperjelas posisi saya: Saya tidak akan membiarkan Israel mengulangi kesalahan Oslo," ucap Netanyahu, tanpa menjelaskan lebih lanjut soal kesalahan apa yang dimaksud dirinya.
Simak Video 'Lawan Sikap AS, Ini 153 Negara yang Desak Gencatan Senjata di Gaza':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(nvc/idh)