Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menegaskan pihaknya tidak lagi terikat pada komitmen masa lalu untuk menahan diri dalam mengerahkan pasukan di Eropa bagian timur. Penegasan itu disampaikan menanggapi kritikan Rusia terhadap apa yang diyakini sebagai rencana ekspansi NATO ke arah timur Eropa.
Seperti dilansir AFP, Senin (20/5/2022), Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Mircea Geoana menuturkan kepada AFP bahwa Moskow sendiri telah 'membatalkan isi' Undang-undang (UU) Pembentukan NATO-Rusia, dengan menyerang Ukraina dan menghentikan dialog dengan aliansi pertahanan tersebut.
Di bawah UU Pembentukan tahun 1997, yang dimaksudkan untuk mengatur ulang hubungan antara Rusia dan NATO, kedua pihak sepakat bekerja sama untuk 'mencegah setiap potensi penumpukan kekuatan konvensional yang mengancam di wilayah Eropa yang disepakati, mencakup Eropa Tengah dan Timur'.
"Mereka mengambil keputusan, mereka membuat kewajiban di sana untuk tidak menyerang tetangga, yang telah mereka lakukan, dan untuk berkonsultasi secara rutin dengan NATO, yang tidak mereka lakukan," tegas Geoana dalam pernyataannya di ibu kota Vilnius, Lithuania.
"Jadi saya pikir sebenarnya undang-undang pembentukan ini pada dasarnya tidak berfungsi karena Rusia," imbuhnya.
Rusia, sebut Geoana, telah secara efektif menjauh dari ketentuan kesepakatan tahun 1997 itu.
"Sekarang kita tidak memiliki batasan untuk mengerahkan postur yang kuat di sayap timur dan untuk memastikan bahwa setiap inci persegi wilayah NATO dilindungi oleh Pasal 5 dan sekutu-sekutu kita," tegasnya.
Pasal 5 NATO merujuk pada pertahanan kolektif, yang menyatakan bahwa serangan terhadap satu anggota merupakan serangan terhadap semuanya.
(nvc/ita)