Pangkalan Militer Direbut, Junta Myanmar Lancarkan Serangan Udara

Pangkalan Militer Direbut, Junta Myanmar Lancarkan Serangan Udara

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Minggu, 28 Mar 2021 11:30 WIB
Kudeta Myanmar: Kerajaan bisnis misterius dan menggurita yang mendanai militer
Ilustrasi Militer Myanmar (Foto: BBC World)
Jakarta -

Para pemberontak di Myanmar Timur mengklaim bahwa junta militer telah melancarkan serangan udara ke wilayah mereka pada Sabtu (27/3) malam waktu setempat, beberapa jam setelah kelompok pemberontak merebut pangkalan militer.

Seperti dilansir AFP, Minggu (28/3/2021) serangan tersebut menandai serangan udara pertama terhadap Brigade Kelima Persatuan Nasional Karen (KNU), salah satu kelompok bersenjata terbesar di negara itu, sejak militer merebut kekuasaan pada kudeta 1 Februari.

Diperkirakan sepertiga wilayah Myanmar - sebagian besar di wilayah perbatasannya - dikuasai oleh banyak kelompok pemberontak, beberapa di antaranya memiliki milisi sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui pada Sabtu (27/3) pagi waktu setempat, KNU menyerbu pangkalan militer di tenggara negara bagian Karen. Melalui unggahan di Facebook, kelompok itu memperlihatkan sejumlah pistol dan senjata otomatis.

"Sekitar pukul 19.30, jet tempur menukik ke markas distrik Hpa-pun yang dikuasai KNU dan menembaki penduduk desa," kata Kepala Urusan Luar Negeri KNU, Padoh Saw Taw Nee.

ADVERTISEMENT

"Kami belum bisa menghubungi distrik itu," lanjutnya.

Di sekitar area penyerangan, ada sejumlah fasilitas umum, seperti sekolah menengah atas, perguruan tinggi dan sebuah kamp pelatihan medis.

Junta tidak segera berkomentar dan tidak ada konfirmasi resmi tentang adanya korban jiwa akibat serangan tersebut.

Simak Video: Hari Berdarah Kudeta Myanmar, 50 Orang Tewas Sehari!

[Gambas:Video 20detik]



Kepala kelompok hak etnis, Organisasi Wanita Karen, mengatakan dia kehilangan kontak dengan distrik itu setelah jet pertama kali terlihat sekitar pukul 17.00 waktu setempat.

"Orang-orang khawatir dan takut saat itu," kata Naw K'nyaw Paw kepada AFP, menjelaskan bahwa negara bagian Karen tidak pernah mengalami serangan udara selama bertahun-tahun.

Dia menambahkan serangan itu kemungkinan akan meningkatkan ketakutan akan perang saudara yang akan datang, yang dapat memicu eksodus ke negara tetangga Thailand.

Sementara itu, Padoh Saw Taw Nee mengatakan dia sudah memperkirakan terkait pembalasan, sebagian besar karena kecaman KNU terhadap junta dan perlindungan ratusan pengunjuk rasa anti-kudeta di wilayah mereka.

"Kami sudah memahami bahwa mereka akan membalas dendam dengan satu atau lain cara," katanya kepada AFP.

Kelompok itu merilis surat terbuka kepada pemimpin junta Min Aung Hlaing minggu ini, menolak untuk bertemu dengannya sampai militer setuju untuk "menarik diri dari keterlibatan aktif dalam politik".

Setelah pertumpahan darah hari Sabtu (27/3), Padoh Saw Taw Nee mengatakan jumlah pembangkang yang melarikan diri - semula diperkirakan mencapai 7.000 pada akhir April - kemungkinan akan lebih besar.

Menolak bahwa pihaknya berencana melakukan serangan kepada junta, Padoh Saw Taw Nee hanya mengatakan, "jika (junta) terus melakukan seperti ini, orang akan memiliki hak untuk membela diri dan melindungi diri mereka sendiri."

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads