Kepala kelompok hak etnis, Organisasi Wanita Karen, mengatakan dia kehilangan kontak dengan distrik itu setelah jet pertama kali terlihat sekitar pukul 17.00 waktu setempat.
"Orang-orang khawatir dan takut saat itu," kata Naw K'nyaw Paw kepada AFP, menjelaskan bahwa negara bagian Karen tidak pernah mengalami serangan udara selama bertahun-tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan serangan itu kemungkinan akan meningkatkan ketakutan akan perang saudara yang akan datang, yang dapat memicu eksodus ke negara tetangga Thailand.
Sementara itu, Padoh Saw Taw Nee mengatakan dia sudah memperkirakan terkait pembalasan, sebagian besar karena kecaman KNU terhadap junta dan perlindungan ratusan pengunjuk rasa anti-kudeta di wilayah mereka.
"Kami sudah memahami bahwa mereka akan membalas dendam dengan satu atau lain cara," katanya kepada AFP.
Kelompok itu merilis surat terbuka kepada pemimpin junta Min Aung Hlaing minggu ini, menolak untuk bertemu dengannya sampai militer setuju untuk "menarik diri dari keterlibatan aktif dalam politik".
Setelah pertumpahan darah hari Sabtu (27/3), Padoh Saw Taw Nee mengatakan jumlah pembangkang yang melarikan diri - semula diperkirakan mencapai 7.000 pada akhir April - kemungkinan akan lebih besar.
Menolak bahwa pihaknya berencana melakukan serangan kepada junta, Padoh Saw Taw Nee hanya mengatakan, "jika (junta) terus melakukan seperti ini, orang akan memiliki hak untuk membela diri dan melindungi diri mereka sendiri."
(izt/dhn)