Seperti dilansir AFP, Kamis (18/2/2021), dakwaan AS menyebut tiga pejabat Korut yang disebut sebagai 'peretas' itu melakukan pencurian siber dari bank-bank dan ATM di berbagai negara, juga merampok perusahaan mata uang digital dan mencuri mata uang digital dari berbagai target di banyak negara.
Untuk perampokan perusahaan mata uang digital, peretas Korut disebutkan menargetkan perusahaan pertukaran mata uang digital di Slovenia dan Indonesia. Secara khusus untuk Indonesia, Departemen Kehakiman AS menyebut peretas Korut mencuri US$ 24,9 juta (sekitar Rp 350 miliar) pada tahun 2018 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menargetkan ratusan perusahaan cryptocurrency dan melakukan pencurian cyrptocurrency senilai puluhan juta dolar (AS), termasuk US$ 75 juta dari sebuah perusahaan cryptocurrency Slovenia pada Desember 2017; US$ 24,9 juta dari sebuah perusahaan cryptocurrency Indonesia pada September 2018," sebut Departemen Kehakiman AS dalam keterangan persnya.
- Sempat Disetop Trump, AS Akan Bayar Rp 2,8 T ke WHO
Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan membayar lebih dari US$ 200 juta (Rp 2,8 triliun) kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada akhir bulan mendatang. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Rabu (17/2) waktu setempat untuk membatalkan rencana penghentian pendanaan oleh mantan presiden Donald Trump.
Seperti dilansir AFP, Kamis (18/2/2021) jumlah tersebut merupakan komitmen yang telah dibuat AS kepada WHO, yang menjadi negara pendonor terbesar bagi badan kesehatan PBB itu.
"Ini adalah langkah kunci dalam memenuhi kewajiban keuangan kami sebagai anggota WHO. Ini juga mencerminkan komitmen baru kami untuk memastikan WHO memiliki dukungan yang dibutuhkannya untuk memimpin tanggapan global terhadap pandemi," kata Blinken pada sesi virtual Dewan Keamanan PBB saat membahas COVID-19.
- Usai Kecelakaan Sriwijaya Air, Boeing Ingatkan Pilot Pantau Kondisi Pesawat
Boeing mengeluarkan buletin teknis kepada maskapai-maskapai penerbangan agar memastikan pilot mereka memantau kondisi pesawat dan jalur penerbangan dengan cermat, guna mencegah kehilangan kendali saat terbang.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (18/2/2021) buletin bertanggal 15 Februari itu dikeluarkan setelah Indonesia mengeluarkan laporan awal kecelakaan Sriwijaya Air seri 737-500 yang menewaskan 62 orang pada 9 Januari lalu.
Buletin tersebut tidak secara eksplisit menyinggung soal kecelakaan Sriwijaya dan mencakup semua model Boeing modern.
(ita/ita)