Guru Prancis Dipenggal, Macron Desak Putin Tingkatkan Kerjasama Antiteror

Guru Prancis Dipenggal, Macron Desak Putin Tingkatkan Kerjasama Antiteror

Rita Uli Hutapea - detikNews
Rabu, 21 Okt 2020 12:50 WIB
FILE - In this Tuesday, Jan. 24, 2017 file photo, French presidential candidate and former French Economy Minister Emmanuel Macron speaks during a press conference at the Government House, in downtown Beirut, Lebanon. French President Emmanuel Macron is traveling to Lebanon on Thursday Aug. 6, 2020, to offer support for the country after the massive, deadly explosion in Beirut. Lebanon is a former French protectorate and the countries retain close political and economic ties.  (AP Photo/Bilal Hussein, File)
Presiden Prancis Emmanuel Macron (Foto: AP Photo/Bilal Hussein, File)
Jakarta -

Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk meningkatkan kerja sama guna memerangi terorisme dan imigran ilegal. Hal ini disampaikan Macron menyusul pemenggalan seorang guru Prancis oleh seorang pemuda dari wilayah Chechnya, Rusia yang didominasi warga muslim.

Sementara itu, Putin menyatakan belasungkawa atas pemenggalan mengerikan terhadap guru Samuel Paty di dekat sekolah tempat dia bekerja di pinggiran barat laut Paris tersebut. Kantor kepresidenan Rusia atau Kremlin mengatakan bahwa Putin menyebut peristiwa itu sebagai "pembunuhan biadab".

"Dalam konteks ini, kedua pihak menegaskan kembali kepentingan bersama mereka dalam mengintensifkan upaya bersama untuk memerangi terorisme dan penyebaran ideologi ekstremis," demikian pernyataan Kremlin seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (21/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Macron berbicara dengan Putin melalui telepon dan mengatakan dia ingin melihat "peningkatan kerja sama Prancis-Rusia dalam perang melawan terorisme dan imigrasi ilegal", kata kepresidenan Prancis, tanpa memberikan rincian.

Sebelumnya, Kedutaan Besar Rusia di Paris menekankan bahwa penyerang Chechnya yang berusia 18 tahun, Abdullakh Anzorov - yang dibunuh oleh polisi setelah pemenggalan itu - tidak memiliki hubungan dengan Moskow sejak 2008.

ADVERTISEMENT

Kasus Guru Dipenggal, Presiden Prancis Akan Lawan Ekstremisme Islam:

[Gambas:Video 20detik]



"Kejahatan ini tidak ada hubungannya dengan Rusia karena orang ini telah tinggal di Prancis selama 12 tahun terakhir," kata juru bicara Kedutaan Rusia Sergei Parinov kepada kantor berita Rusia, TASS.

Anzarov tiba di Prancis pada usia enam tahun bersama keluarganya sebagai pengungsi, sehingga secara otomatis kehilangan kewarganegaraan Rusia-nya.

Tokoh berpengaruh Chechnya, Ramzan Kadyrov telah mengutuk serangan itu dan menyatakan belasungkawa kepada keluarga Paty, tapi dia juga mendesak Prancis untuk tidak "memprovokasi" Muslim.

Kadyrov mengatakan orang-orang Chechnya tidak ada hubungannya dengan serangan itu, seraya menekankan bahwa Anzorov dibesarkan di Prancis dan hanya mengunjungi Chechnya sekali - ketika dia berusia dua tahun.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads