×
Ad

Ngeri! Tiap Hari, 137 Perempuan-Anak Tewas Dibunuh Pasangan atau Keluarga

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Rabu, 26 Nov 2025 11:09 WIB
Jakarta -

Pada tahun 2024, sebanyak 83.000 perempuan dan anak perempuan dibunuh secara sengaja di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 60 persen – atau 50.000 jiwa – tewas di tangan pasangan intim atau anggota keluarga mereka sendiri, setara satu korban setiap 10 menit, atau rata-rata 137 perempuan per hari. Demikian laporan teranyar badan PBB urusan perempuan UN Women.

Sebagai perbandingan, 11 persen pembunuhan terhadap laki-laki dilakukan oleh pasangan atau keluarga.

Kekerasan yang terus berkembang, termasuk di ranah digital

"Femisida tidak terjadi begitu saja. Ia biasanya berada dalam rangkaian kekerasan yang berawal dari perilaku mengontrol, ancaman, hingga pelecehan – termasuk yang terjadi secara daring," ujar Direktur Divisi Kebijakan UN Women, Sarah Hendriks,

Femisida adalah pembunuhan terhadap perempuan atau anak perempuan karena mereka berjenis kelamin perempuan. Istilah ini merujuk pada bentuk paling ekstrem dari kekerasan berbasis gender, termasuk pembunuhan yang dilakukan oleh pasangan intim, anggota keluarga, atau pihak lain, yang bermotivasi pada ketidaksetaraan gender, kontrol, diskriminasi, atau kebencian terhadap perempuan.

Sarah menekankan bahwa kampanye PBB 16 Days tahun ini menyoroti bagaimana kekerasan digital juga dapat merembes ke kehidupan nyata dan dalam kasus terburuk berujung pada kematian. "Setiap perempuan dan anak perempuan berhak aman di setiap ruang hidupnya. Itu berarti sistem harus mampu melakukan intervensi dini."

Rumah: Tempat yang masih berisiko mematikan

Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif UNODC, John Brandolino menambahkan bahwa rumah masih menjadi tempat yang berbahaya bagi banyak perempuan. "Laporan femisida 2025 mengingatkan kita bahwa strategi pencegahan dan respons keadilan pidana harus diperkuat, termasuk memahami kondisi yang memungkinkan terjadinya kekerasan ekstrem ini," paparnya.

Laporan tersebut mencatat femisida terjadi di seluruh kawasan dunia. Perkiraan tingkat femisida oleh pasangan atau keluarga menunjukkan: Afrika: 3 per 100.000 perempuan dan anak perempuan, disusul Amerika: 1,5 per 100 ribu perempuan, Oseania: 1,4/100.000 perempuan, Asia: 0,7 per 100 ribu perempuan dan Eropa: 0,5/100 ribu perempuan.

Angka femisida di luar lingkungan rumah tangga juga ada, tetapi keterbatasan data membuat gambaran keseluruhan sulit ditentukan.

Upaya perbaikan data dan pencatatan

Untuk mengatasi kekosongan informasi, UN Women dan badan PBB untuk urusan narkoba UNODC bekerja sama dengan berbagai negara menerapkan statistical framework 2022 guna memperbaiki cara identifikasi, pencatatan, dan klasifikasi pembunuhan berunsur gender.

Peningkatan kualitas data dinilai sangat penting agar dunia dapat mengukur skala dan dampak femisida secara akurat, merancang respons yang efektif, serta memastikan akses pada keadilan bagi para korban.

Women's Global Leadership Institute meluncurkan kampanye 16 hari untuk menyoroti kebutuhan menghapus kekerasan berbasis gender, yang kini berlangsung setiap tahun dari 25 November hingga 10 Desember, yang menandai Hari Hak Asasi Manusia. Upaya ini meletakkan dasar untuk kampanye berikutnya, termasuk inisiatif UN Women "Orange the World" yang diluncurkan pada tahun 2014.

DW ajak karyawan dan publik bersatu lawan kekerasan terhadap perempuan

Deutsche Welle (DW) ikut ambil bagian dalam kampanye global Orange the World untuk menentang segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan. Tahun ini, DW mengundang para karyawan untuk ikut ambil bagian melalui rekaman video singkat di "DW Orange Bench" atau bangku oranye sebagai bentuk komitmen bersama.

DW mengajak semua karyawan, mengenakan warna oranye—warna simbol kampanye global ini—dan menampilkan pesan dukungan melalui papan yang telah disediakan. Peserta juga dipersilakan menulis pernyataan sendiri, dalam bahasa apa pun, atau cukup duduk sebentar di bangku oranye untuk direkam. "Karena kita ingin menunjukkan sikap yang jelas menentang kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan," demikian pesan panitia kegiatan.

Sebagai bentuk dukungan visual, DW kembali mengibarkan bendera bergambar tangan oranye di depan gedung. Selain itu, mulai 25 November 2025, gedung penyiaran DW akan diterangi cahaya oranye setiap malam selama 16 hari—mencerminkan semangat kampanye global 16 Days of Activism.

Wakil kepala bidang kesetaraan perempuan DW, Brenda Haas menyebutkan bagi DW penting untuk memperingati hari kekerasan terhadap perempuan di kantor-kantor. "Termasuk kekerasan psikologis. Semua tindakan yang membuat perempuan merasa tidak nyaman, dan tidak ada persetujuan atas tindakan terhadap mereka, baik secara fisik, verbal maupun via online, ini juga termasuk kekerasan karena berdampak bagi mereka, membuat mereka merasa tidak nyaman, mempertanyakan mengapa menjadi target? Kekerasan bisa berbagai bentuk termasuk kekerasan psikologis," tandasnya.

Brenda yang berasal dari Malaysia mengungkapkan kekerasan masih terjadi hingga kini, karena ada pengaruhnya dari budaya patriarkis termasuk pengaruh pendidikan. "Saya merasa beruntung karena lahir di keluarga beranak tiga perempuan sehingga tak pernah merasakan dibedakan antara saudara. Namun kawan-kawan saya yang punya saudara laki-laki banyak bercerita perbedaan perlakuan orang tua pada mereka. Alasannya hanya karena kamu anak perempuan. Saya rasa pendidikan harus dimulai dari rumah, di mana semua merasakan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tidak boleh diperlakukan berbeda berdasarkan gender."

Melalui aksi bersama, DW berharap dapat meningkatkan kesadaran, memperkuat solidaritas, dan mendorong perubahan nyata demi dunia yang aman bagi perempuan dan anak perempuan—baik di kehidupan nyata maupun di ruang digital.

*Editor: Yuniman Farid

width="1" height="1" />




(ita/ita)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork