Pilu 1 Perempuan Tewas Dibunuh Orang Dekat Tiap 10 Menit

Pilu 1 Perempuan Tewas Dibunuh Orang Dekat Tiap 10 Menit

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 25 Nov 2025 15:03 WIB
Ilustrasi KDRT
Ilustrasi (dok. Getty Images/iStockphoto/JOHNGOMEZPIX)
Wina -

Laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut bahwa setiap 10 menit, satu perempuan di suatu tempat di dunia ini tewas dibunuh oleh orang dekatnya. Angka itu menunjukkan kurangnya kemajuan dalam upaya melawan femisida atau pembunuhan yang secara khusus menargetkan perempuan.

Data tersebut, seperti dilansir AFP, Selasa (25/11/2025), tertuang dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan bersama dengan UN Women dalam rangka memperingatkan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.

Disebutkan dalam laporan tersebut bahwa sekitar 50.000 perempuan dan anak perempuan dibunuh oleh pasangan intim atau anggota keluarga mereka sepanjang tahun 2024 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laporan itu juga menyatakan bahwa 60 persen perempuan di seluruh dunia dibunuh oleh pasangan atau kerabatnya, seperti ayah, ibu, paman, dan saudara laki-laki. Sebagai perbandingan, sebanyak 11 persen laki-laki tewas dibunuh oleh orang dekat mereka.

ADVERTISEMENT

Angka 50.000 perempuan yang menjadi korban pembunuhan orang terdekat itu didasarkan pada data dari 117 negara. Dengan demikian, menurut laporan PBB, itu berarti sama dengan 137 perempuan per hari, atau sekitar satu perempuan setiap 10 menit, yang dibunuh orang dekat mereka.

Totalnya sedikit lebih rendah dari angka yang dilaporkan pada tahun 2023 lalu, meskipun tidak menunjukkan penurunan aktual, menurut laporan tersebut, karena sebagian besar berasal dari perbedaan ketersediaan data dari satu negara dengan negara-negara lainnya.

Kasus femisida, menurut laporan PBB itu, terus merenggut puluhan ribu nyawa perempuan dan anak perempuan setiap tahun, tanpa ada tanda-tanda perbaikan.

"Rumah terus menjadi tempat paling berbahaya bagi perempuan dan anak perempuan dalam risiko pembunuhan," sebut laporan PBB itu.

Laporan tersebut juga menyebutkan tidak ada wilayah di dunia yang bebas dari kasus femisida, tetapi Afrika kembali mencatat jumlah tertinggi tahun lalu dengan sekitar 22.000 kasus.

"Femisida tidak terjadi secara terpisah. Femisida seringkali berada dalam rangkaian kekerasan yang dapat dimulai dengan perilaku mengendalikan, ancaman, dan pelecehan -- termasuk online," sebut Direktur Divisi Kebijakan pada UN Women, Sarah Hendricks, dalam pernyataannya.

Lebih lanjut, laporan itu menyatakan bahwa perkembangan teknologi telah memperparah beberapa bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, serta menciptakan bentuk-bentuk kekerasan lainnya, seperti menyebarkan foto tanpa izin, doxxing, dan video deepfake.

"Kita membutuhkan penerapan undang-undang yang mengakui bagaimana kekerasan terwujud dalam kehidupan perempuan dan anak perempuan, baik online maupun offline, dan meminta pertanggungjawaban para pelaku jauh sebelum menjadi fatal," kata Hendricks.

Lihat juga Video: Kisah Tragis Dea Tewas Dibunuh ART, Sempat Lapor Polisi soal Ancaman

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads