Sosok

Manipulasi Kenyataan ala Seno Gumira Ajidarma

Brillyan Vandy Yansa - detikNews
Senin, 04 Mar 2024 13:00 WIB
Jakarta -

Bagi Seno, sebuah peristiwa bisa menjadi bursa seni yang diwujudkannya dengan tulisan. Meski demikian pada setiap karya yang ia lahirkan, Seno menolak untuk menyanding-nyandingkan buah pikirannya dengan peristiwa nyata. Seno lebih memilih untuk menjaga imajinasi para peminat tulisannya dengan tidak membubuhkan informasi yang dekat dengan kenyataan.

Seno mengatakan, ia lebih suka memberikan kode-kode khusus bagi para pembacanya. Menurutnya, hal itu akan membuat sebuah karya sastra lebih menarik selama pembaca bisa menghayatinya. Seperti halnya dengan saat ini, Seno mengungkapkan bahwa 'Iblis Tidak Pernah Mati' sangat tepat untuk dicetak dan diterbitkan kembali.

Buku kumpulan cerpen itu pertama kali dicetak pada tahun 1999. Dibagi menjadi empat bagian, setiap cerpen yang ditulis menggambarkan beberapa rangkaian peristiwa historis Indonesia. Seno mengakui, Iblis tidak Pernah Mati merefleksikan peristiwa kerusuhan tahun 1998, hingga konflik horizontal di Sampit.

"Sebetulnya, judulnya sudah saya tulis. Tahun '99. Pada masa euforia reformasi. Judul buku itu, 'Iblis Tidak Pernah Mati'. Kata teman-teman, itu cocok dicetak ulang hari ini," ungkap Seno kepada tim Sosok detikcom.

Sebelum mengakhiri kalimatnya, Seno mengatakan bahwa dirinya sedang menyusun ide lain. Meski menolak memberikan bocoran tentang karya yang akan ia terbitkan, Seno mengakui bahwa kreasinya ini merupakan buah dari hatinya yang terusik.

Seno memang sering menulis dari berbagai hal yang menghantui pikirannya. Sebagai manusia yang lahir dan besar di masa Orde Baru, Seno mengakui bahwa inderanya terlatih untuk membaca situasi dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu, produk-produk sastra Seno selalu dilekatkan dengan kritik-kritik sosial oleh sebagian orang. Meski demikian, ia menolak hal itu.

"Ya manusia masa cuman satu sisi, satu dimensi aja? Kan nggak. Ya itu berbagai sisi lah. Gini, saya itu menulisnya apapun yang lewat dalam hidup saya, gitu. Yang lewat daun, saya tulis daun, gitu kan. Yang lewat bunga, ya bunga. Yang lewat darah, ya tulis darah! Jadi gitu. Ya memang itu bagian dari apapun yang kita jalani," tuturnya.

Pengalaman menarik bukan berarti mendapati peristiwa yang menyenangkan. Hal ini ia katakan saat berusaha mengingat kembali situasi yang paling besar memberi inspirasinya untuk menulis.

Seno mengaku, ia pernah terusik oleh sebuah pengalaman yang tidak bisa ia lupakan. Dua belas tahun terusik oleh kenangan masa lalunya, ia pun merasa harus menuangkannya ke dalam sebuah tulisan. Menurutnya, 3 pekan di Pyongyang adalah hari-hari yang paling mengusik pikirannya selama ia menjadi seorang sastrawan.

"Ya di situ lah saya ngeliat bagaimana penguasa itu bener-bener negara ya turut campur ke dalam isi kepala setiap orang. Dan dia harus memastikannya. Itu saya terganggu bener gitu, ya. Padahal, seharusnya saya kan terbiasa dengan orde baru gitu ya. Wah dengan ini saya sangat tidak terbiasa!"

Puluhan tahun menjadi seorang wartawan membuat Seno lebih jeli. Ia pun lebih terlatih untuk menempatkan dirinya ke dalam berbagai sudut pandang. Maka untuk menyalin sebuah kenyataan ke dalam kumpulan kode-kode frasa, bukanlah hal yang sulit untuknya.

Meski Seno mengaku bahwa gaya ini lazim dilakukan oleh para penulis, dirinya menolak untuk menyatukan antara kenyataan dengan cerita rekaan para pengarang. Sebab, menurutnya ada garis batas yang memisahkan keduanya.

"Jangan realisme dijadikan ukuran. Kalau realisme, dia menggambarkan kenyataan, tidak. Malah realisme itu bisa menjadi manipulasi kenyataan. Seperti kenyataan, padahal tidak," tutur Seno.

Perkara karya yang ingin dituliskan berdasarkan situasi saat ini, Ia tidak mau banyak memberikan informasi. Hanya ada satu petunjuk yang ia berikan. Seno mengatakan, dirinya terusik dengan peristiwa politik belakangan ini. Soal bentuk tulisan yang akan ia buat, ia masih ingin merahasiakannya.

"Ya itu nanti," pungkas Seno.




(vys/vys)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork