Jumat Curhat detikPagi

Kapolres Ungkap Karakter Tawuran di Jakut, Lakukan 3 Langkah Intervensi

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Jumat, 17 Nov 2023 12:27 WIB
Jumat Curhat detikPagi bersama Kapolres Jakut Kombes Gidion (Foto: Herianto Batubara/detikcom)
Jakarta -

Kapolres Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan menceritakan anehnya karakter tawuran di Jakut. Ada tiga langkah yang dilakukan kepolisian untuk mencegah tawuran itu.

"Karakter tawuran di Jakarta Utara itu agak aneh dan mengalami transformasi. Pertama saya datang awal-awal tawuran itu menggunakan celurit, celuritnya panjang-panjang, lebih tinggi dari pada gapura 17 Agustus, yang disita panjang banget," kata Kombes Gidion dalam program Jumat Curhat detikPagi, Jumat (17/11/2023).

"Kedua karakter di Cilincing, kalau tawuran kan terjadi di jalan, di Cilincing enggak, terjadinya di atas air, itu namanya kolam retensi, tanggul itu, kemudian di sana itu ada laut, di situlah," imbuhnya.

Guna mencegah terjadinya tawuran itu, Polres Jakarta Utara dan jajaran melakukan tiga langkah intervensi. Pertama adalah intervensi primer, pendekatan pencegahan.

"Makanya kita melakukan tiga intervensi yang pertama disebut sebagai intervensi primer, kita memetakan, mendalami betul, mengelola anak-anak sebelum mereka bertindak. Pendekatannya ke sekolah, kemudian kita kumpulkan guru BP, guru BK kalau sekarang. Kita ngobrol sama guru BK, apa kesulitannya untuk anak-anak. Jadi mengelola anak-anak sebelum dia berniat dan mengembalikan kepada karakter-karakter lewat sekolah, keluarga," tutur dia.

Kedua, Polres Jakarta Utara melakukan intervensi sekunder. Intervensi ini dilakukan kepada anak-anak yang berpotensi terlibat tawuran dan melakukan kenakalan remaja.

"Kita lakukan intervensi yang lebih keras lagi, dengan cara-cara preventif, bisa patroli, bisa razia sekolah, bisa masang spanduk di sekolah, pokoknya kalau terlibat tawuran nggak kita kasih SKCK, kita gandeng juga pemkot, nggak usah kita kasih Kartu Jakarta Pintar, cabut, dia subsidinya nggak dapat, itu mudah-mudahan akan memberikan efek jera," sebut dia.

Selanjutnya, Polres Jakut melakukan intervensi tersier. Polisi akan melakukan upaya yang lebih represif.

"Yang ketiga intervensi tersier, ini sudah terjadi di atas permukaan, yang tadi tawuran, sudah membawa parang. Satu-satunya cara dengan represif, bahkan represif yang paling keras kita lakukan, kita mengidentifikasi, mohon maaf meskipun banyak orang protes kenapa yang disebut Kampung Bahari terus, tapi memang data yang ada nggak bisa dipungkiri Kampung Bahari, ada Gang Macan, ada satu lagi tempat di Koja itu kita identifikasi anak-anak ketua kelasnya di situ nih, kita lakukan intervensi pagi hari, kita melakukan penyitaan terhadap sajam, dan dapat, bahkan di beberapa tempat ada ganja 5 kg. Kemudian mereka ada pakai senapan yang dipakai panah, cara mereka untuk melakukan petugas ketika kita melakukan represif," tutur Gidion.

Polisi juga melakukan pencegahan dan penindakan di media sosial. Sebab, kata Gidion, ajakan tawuran dan jual beli senjata tajam biasanya dilakukan di media sosial.

"Kemudian kita melakukan intervensi yang lain. Karena memang tawuran ini banyak dikumpulkan di media sosial, kita admin medsos yang khusus tawuran kita lakukan penindakan juga. Termasuk hilirisasi penjual, celurit dari mana tadi itu, kita sudah melakukan penangkapan ke pabriknya, itu bikin dari plat baja itu digambar sendiri, kemudian dibuat dan dijual e-commerce, penjualan online, kita tangkap anak yang jual online," sebut dia.

Selain itu, polisi juga melakukan kegiatan patroli. Gidion menyebut Polres Jakarta Utara memiliki mobil Satgas Antitawuran yang akan melakukan patroli.

"Makanya kita bikin mobil hitam semua Satgas Antitawuran, berseliweran itu orang kan mikir dan saya juga aneh kok mikir mereka. Artinya ada orang yang siap melakukan lebih smart lagi menghadapi anak-anak itu. Di sini sudah saya saksikan sudah turun bahkan zero tawuran," pungkasnya.




(lir/fjp)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork