Warga yang menanti kejelasan hunian di Kampung Susun Bayam masih bertahan tinggal di tenda dekat Jakarta International Stadium (JIS). Setidaknya ada 11 keluarga yang masih tinggal di tenda tersebut.
"Masih ada 11 (KK), dengan sekitar 20 orang," kata Koordinator Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) Minawati kepada wartawan di kawasan JIS, Jumat (22/9/2023).
Sementara itu, Minawati mengatakan, bila warga yang masih bertahan harus pindah, warga ingin ada perjanjian tertulis antara warga dan pemerintah.
"Gini, kemarin kita sudah sepakat sama lurah di sini. Tidak ada pembongkaran sebelum ada solusi di antara dua belah pihak. Kalau dilanggar, kita tetap ada perlawanan, apa pun itu, walaupun harus bentrok dengan aparat. Karena kita sudah pegang janji ya. Tidak ada pembongkaran sebelum ada solusinya," ujarnya.
Pihaknya juga akan berdiskusi dengan warga lainnya soal pemindahan sementara ke Rusun Nagrak. Sebab, banyak pertimbangan yang harus dipikirkan, termasuk soal jarak sekolah anak-anaknya.
"Kita harus diskusi dulu. Kalau mereka (pemerintah) mau, saya mau ada perjanjian hitam di atas putih. Bagaimana soal transportasinya, karena anak-anak sekolah. Semuanya harus diomongin secara baik-baik. Jangan cuma asal oke saja terus sudah, ditinggal. Intinya (tinggal di Rusun Nagrak) itu hanya sementara, kita masih mau tinggal di Susun Bayam karena kita berhak di sini," ungkapnya
Minawati mengaku perjanjian tidak adanya pembongkaran itu sebelumnya sudah dibicarakan antara warga dengan Lurah Papanggo Tomi Haryono. Namun baru sekedar omongan saja.
"Nggak, cuma omongan doang. Salahnya tidak ada (perjanjian tertulis) itu. Tapi dia sudah oke, tidak akan ada pembongkaran," imbuhnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Utara (Pemkot Jakut) menawarkan dua opsi hunian bagi warga eks Kampung Bayam yang masih bertahan di tenda pengungsian, yaitu tinggal di Rusun Muara Angke, Penjaringan atau Rusun Nagrak, Cilincing. Pihak Kelurahan Papanggo juga mengajak perwakilan survei ke dua lokasi itu.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
(aud/aud)