Strategi 'Artsy' Badrus Jualan Lukisan Seikhlasnya, Laku Berapa Rupiah?

Inspirasi

Strategi 'Artsy' Badrus Jualan Lukisan Seikhlasnya, Laku Berapa Rupiah?

Annisa Rizky Fadhila - detikNews
Minggu, 27 Mar 2022 13:23 WIB
Badrus pelukis jalanan. (Annisa Rizky Fadhila/detikcom)
Badrus pelukis jalanan. (Annisa Rizky Fadhila/detikcom)
Jakarta -

Badrus si pelukis jalanan punya strategi 'nyeni' alias 'artsy' supaya karyanya laku. Dia memasang harga seikhlasnya untuk semua lukisannya. Dengan strategi yang tak biasa ini, berapa rupiah yang didapat Badrus?

Menggunakan sepeda motor tua, Badrus berpindah-pindah lokasi untuk mencari pembeli. Cara 'pameran lukisan keliling' ini dilakukannya lantaran cara menjajakan lukisan secara menetap tidaklah membuahkan hasil yang cukup.

Dia biasa berkeliling dari rumahnya di belakang Pasar Sumber Artha, Kota Bekasi, kemudian menuju dekat Mitra10 Kalimalang, atau menggelar lukisannya di sudut Mega Mall Bekasi. detikcom menyertai Badrus yang kebetulan sedang menggelar lukisannya di pinggir jalan seberang Polsek Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (22/3).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenakan kaus abu-abu dan peci hitam, dia memarkirkan sepeda motor bebeknya di tepi jalan. Badrus lebih dulu memajang lukisannya sebelum ada pembeli yang datang. Dia ditemani putra ke-6 dari 7 bersaudara, kelas 2 SD, namanya Huda (8).

Badrus pelukis jalanan. (Annisa Rizky Fadhila/detikcom)Badrus pelukis jalanan. (Annisa Rizky Fadhila/detikcom)

Saat berjualan, Badrus membawa anak laki-lakinya yang berusia 6 tahun. Anak laki-lakinya itu merupakan anak keenam dari 7 bersaudara. Hidup dari lukisan adalah jalan hidupnya. Dia memang suka berkesenian dari muda.

ADVERTISEMENT

"Seni itu adalah keindahan. Seni juga bisa menghidupi. Buktinya dari saya punya anak satu sampai sekarang, saya bisa hidup dari seni," kata Badrus.

Badrus pelukis jalanan. (Rengga Sancaya/detikcom)Badrus pelukis jalanan. (Rengga Sancaya/detikcom)

Muhammad Badrus, nama lengkap pria 55 tahun ini, sebenarnya adalah sarjana llusan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta (sekarang UIN Sunan Kalijaga). Namun, dia tidak menjadi guru melainkan menjadi pelukis.

Lukisannya beraneka ragam. Dia menyebut alirannya sebagai abstrak-ekspresionisme dan juga gaya kontemporer. Objek lukisannya beragam, ada yang bertema penari, bunga-bunga, wajah, hingga kaligrafi. Semua karyanya dijual dengan harga seikhlasnya.

Strategi 'harga seikhlasnya'

Pilihan Badrus untuk mematok harga seikhlasnya adalah strategi mengatasi sepinya pembeli. Awalnya, dia memasang harga untuk tiap lukisannya. Tak ada pembeli yang tertarik. Pernah saat belum berkeliling, dia mendapatkan pemasukan kurang dari Rp 500 ribu dalam tiga bulan berturut-turut.

"Akhirnya aku pakai tulisan 'harga selera pembeli', tapi nggak kena juga," kata Badrus.

Kata 'harga selera pembeli' ternyata belum mampu menarik orang untuk menebus karyanya. Akhirnya, kalimat itu diganti dengan 'Dijual Seikhlasnya'. Mulailah satu hingga dua orang mendekati lukisannya.

"Jadi orang beli karena ada tulisan 'seikhlasnya'. Tapi ya tidak menutup kemungkinan karena orang memang tertarik karena lukisannya," ujarnya.

Badrus pelukis jalanan. (Rengga Sancaya/detikcom)Badrus pelukis jalanan. (Rengga Sancaya/detikcom)

Pertengahan 2020, Badrus sempat viral di media sosial karena strategi berjualan lukisan keliling dengan harga seikhlasnya. Saat itu, banyak orang yang membeli lukisannya atau bahkan memberi uang bantuan.

"Tapi kalau sampai sekarang sudah agak menurun penjualannya," kata dia.

Laku berapa?

Badrus bercerita, dia mendapat bayaran yang beragam dari masyarakat. Bahkan, lukisannya pernah dibayar Rp 5 ribu saja oleh salah satu pembeli. Itu adalah rekor harga penjualan paling murah yang selama ini dia pernah dapatkan.

"Rp 10 ribu sampai Rp 5 ribu pernah," kata dia.

Kerugian di satu lukisan akan ditutup oleh keuntungan di lukisannya yang lain. Untuk rekor termahal, lukisannya pernah laku jutaan rupiah.

"Lukisan yang terjual dengan harga tinggi itu tentang bahtera Nuh, kapal Nabi Nuh. Ukurannya sekitar 60x80. Sama kaligrafi pernah ada yang beli itu Rp 3 juta, terus kisaran Rp 2 juta tentang gajah, Surah Al-Fiil," ujarnya. Setelah itu, pemasukannya belum naik lagi.

Pria paruh baya itu enggan mengeluh meski pemasukannya tak menentu. Dia tetap berusaha agar mendapatkan pembeli memenuhi kebutuhan anak juga istrinya.

Meski dibayar se-ikhlasnya, Badrus mengaku hal itu tak membuatnya rugi. Sebab, seorang seniman punya cara untuk menyiasati penghasilannya.

"Kalau rugi sih nggak. Namanya seniman ya gimana. Sekarang bayangkan, kalau misalnya modal saya melukis kisaran Rp 40 ribu, orang beli cuma Rp 10 ribu kalau dihitung ya rugi. Cuma ya istilahnya untuk memperkenalkan seni ke masyarakat memang nggak mudah ya," kata Badrus kepada detikcom.

Badrus pelukis jalanan. (Rengga Sancaya/detikcom)Badrus pelukis jalanan. (Rengga Sancaya/detikcom)

Dia meyakini setiap seni memiliki arti. Bayaran rendah yang dia terima pun bakal tertutup dengan pembeli yang lain.

Oleh sebabnya, pria asal Salatiga ini enggan mematok harga demi memperkenalkan seni kepada masyarakat luas.

Untuk bertahan hidup, Badrus hanya mengandalkan pemasukan dari hasil jualan lukisan. Hasil kerja istrinya yang ikut orang menjaga toko di mal juga turut menghidupi keluarga.

Meski dibayar seikhlasanya, Badrus mampu membayar kebutuhan sekolah anak hingga membayar kontrakan yang ia tempati, di belakang Pasar Sumber Artha, Kota Bekasi. Untuk kontrakan, per bulannya Badrus harus menyisihkan Rp 770.000. Sementara untuk kebutuhan lainnya, ia sesuaikan dengan kondisi dan pemasukan.

Badrus punya prinsip dalam menjalani hidup. Menurutnya, kunci bertahan hidup harus semangat dan punya tekad kuat. Pria berusia 55 tahun itu enggan pusing terkait rezeki yang telah dititipkan kepadanya.

"Cuma usaha dan semangat aja. Buktinya selama 3 tahun saya bisa bertahan dengan bayaran se-ikhlasnya, sampai sekarang yo masih bisa hidup. Kuncinya ya semangat aja sama yakin, kalau rezeki, setiap manusia kan ada rejekinya," kata Badrus.

Selain untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, Badrus juga harus mencukupi kebutuhannya untuk menghasilkan lukisan. Untuk membeli peralatan melukis, dalam sebulan pengeluarannya tak menentu. Hal itu tergantung dari bahan dan alat yang dia gunakan.

"Kalau untuk cat itu saya pakai variatif, kan ada cat mahal dan ada cat murah. Saya masih pakai cat murah, jadi saya kombinasikan dari cat kayu, cat minyak," katanya.

Badrus mengaku biasanya dia mengeluarkan Rp 300 ribu untuk menghasilkan beberapa lukisan. Namun, pernah juga dia terpaksa nombok akibat pemasukan yang relatif rendah.

Selain berjualan keliling, Badrus juga memamerkan lukisannya di lantai 3 Mega Mall Bekasi. Di sana, lukisan berukuran 50x80 ia pajang demi menarik minat pembeli.

Dia sebut sudut mal itu sebagai galeri, sudah dia tempati sejak tiga bulan terakhir. Sama halnya dengan berjualan keliling, Badrus tak mematok harga jual di galerinya.

Simak juga 'Adi, Penyandang Down Syndrome Kolektor Medali':

[Gambas:Video 20detik]



(azl/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads