Dudung Buka-bukaan soal Copot Baliho HRS dan Hilangnya Patung Soeharto

Round-Up

Dudung Buka-bukaan soal Copot Baliho HRS dan Hilangnya Patung Soeharto

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 01 Okt 2021 05:44 WIB
Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman
Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman (Dok. Kostrad)

"Pancasila pegang teguh, jangan mudah terprovokasi, jangan mudah terpengaruh, saya lihat bangsa kita sudah sangat bagus, dengan program pemerintah yang luar biasa, hanya segelintir orang yang karena ketidakpuasan, yang dulunya tidak ada jabatan kembali, kemudian berbicara di media sosial memprovokasi masyarakat, janganlah seperti itu. dulu pernah menjabat ya sudah, sekarang mari kita serahkan kepada generasi penerus kasihan bangsa ini kalau hanya sekadar kita salah berbicara salah berucap yang dampaknya kepada masyarakat," tuturnya.

Buka-bukaan soal Hilangnya Patung Soeharto

Letjen Dudung juga buka-bukaan soal hilangnya patung Presiden ke-2 RI Soeharto di Markas Kostrad, Jakarta Pusat. Dudung mengatakan dia tak bisa menolak ketika mantan Pangkostrad Letjen TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution meminta patung Soeharto dkk itu dibongkar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dudung mengatakan, hal ini bermula saat AY Nasution menemuinya pada tanggal 30 Agustus 2021. AY Nasution saat itu kata Dudung menyampaikan memiliki unek-unek yang mengganjal. Hal ini terkait patung yang Soeharto dkk yang saat itu berada di Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat.

"Pada tanggal 30 Agustus, 2021, ada Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, mantan pangkostrad ke-34, beliau datang ke tempat saya, 'jadi Pak Dudung Pangkostrad, saya mantan Pangkostrad selama saya dinas di sini sekitar satu tahun, saya ada unek-unek yang sampai saat ini mengganjal dalam hidup saya, salah satunya waktu itu saya membuat patung'," ujar Dudung menirukan pembicaraan AY Nasution padanya.

ADVERTISEMENT

Dudung mengatakan AY Nasution bicara soal hukum membuat patung dalam Islam. Dudung bahkan mengatakan AY Nasution sempat memohon dan hampir mengeluarkan air mata saat berbicara dengannya.

Rombongan mahasiswa mengunjungi ruang diorama patung Soeharto, Sarwo Edhie Wibowo dan AH Nasution di Museum Dharma Bakti, Makostrad, Jakpus. Tampak seorang prajurit TNI memandu rombongan.Rombongan mahasiswa mengunjungi ruang diorama patung Soeharto, Sarwo Edhie Wibowo dan AH Nasution di Museum Dharma Bakti, Makostrad, Jakpus. Tampak seorang prajurit TNI memandu rombongan. (dok. Kostrad)

"'Menurut ajaran agama Islam membuat patung itu diharamkan tidak boleh, oleh karena saya memohon kepada Pak Dudung', beliau tuh sampai hampir meneteskan air mata, 'saya sudah tua Pak Dudung, saya tidak mau nanti meninggal saya masuk neraka, nah yang mengganjal ini Pak Dudung ada patung yang saya buat yang besar-besar itu patung Pak Harto, patung Pak AH Nasution dan Sarwo Edhi, mohon patung itu akan saya tarik dan akan saya musnahkan di museum'," ujar Dudung.

Mendengar permintaan AY Nasution, Dudung mengaku dirinya memanggil Ir Kostrad dan Kaskostrad dan menanyakan pendapat terkait permintaan tersebut. Dudung menilai, karena patung dibuat sendiri oleh AY Nasution, maka dirinya tidak dapat melarang dan akhirnya mengizinkan.

"Mendengar pertanyaan tersebut saya panggil staf saya, ada Irkostrad, ada Kaskostrad karena saya belum pernah melaksanakan tugas di Kostrad sehingga orang-orang lama saya hadirkan, kebetulan Mayjen Ilyas dan Mayjen Ainurahman itu adalah teman seangkatan saya dan lama di Kostrad dan pernah anak buahnya AY Nasution," kata Dudung.

Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya:

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads