Ada Korban Anggota Kopassus, Ini Jejak Yulianto Si Pembunuh Berseri 7 Nyawa

Ada Korban Anggota Kopassus, Ini Jejak Yulianto Si Pembunuh Berseri 7 Nyawa

Andi Saputra - detikNews
Rabu, 14 Apr 2021 12:30 WIB
Close up of Hand with knife following young terrified man ,Bandit is holding a knife in hand. Threat Concept
Foto: Getty Images/iStockphoto/chingyunsong
Jakarta -

Hukuman mati terhadap Yulianto kini berkekuatan hukum tetap dan tidak bisa ditawar lagi. Sebab, Mahkamah Agung (MA) menolak permohonan peninjauan kembali (PK) tukang pijit yang menghabisi 7 nyawa secara berseri itu. Sepanjang pemeriksaan, Yulianto tenang dan tetap tertawa seakan tidak ada beban.

Berdasarkan catatan detikcom, Rabu (14/4/2021), kasus pembunuhan yang terbongkar pada pertengahan 2010 itu membuat geger warga Jawa Tengah. Bagaimana tidak, Yulianto, yang memiliki badan kecil, tega menghabisi nyawa 7 korbannya. Salah satu korbannya adalah anggota Grup 2 Kopassus Kandangmenjangan, Kopda Santoso.

Hingga persidangan selesai, pembunuhan yang bisa dibuktikan secara hukum ada 3 korban. Yaitu Sugiyo (dibunuh pada 2005), Suhardi (dibunuh pada 2005), dan Santoso (dibunuh pada 2010).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suhardi, warga Dusun Kragilan, Desa Pucangan, Kartosuro, Sukoharjo, merupakan perajin rotan dan mapan. Namun ia tergiur mengikuti ritual di Gua Cermai, Bantul, guna mencari harta karun. Adik kandung Suhardi, Yuliati, masih ingat beberapa hari sebelum Suhardi menghilang memang sering membicarakan tentang perburuan harta karun. Padahal sebetulnya saat itu usaha kerajinan rotan yang ditekuninya juga sudah berjalan dengan baik.

Bahkan hari terakhir ketika akan pergi dan tak pernah kembali hingga saat ini, Suhardi berpamitan kepada Yuliati akan mencari harta karun di dekat pesisir laut selatan. Dia berjanji akan melunasi semua utangnya dan juga utang-utang yang ditanggung Yuliati jika harta karun itu telah didapatkan.

ADVERTISEMENT

"Saya ingat saya itu dia mengenakan jaket warna hijau motif bergaris, membawa karung. Dari rumah dia sendirian. Saat itu dia mengatakan akan pergi tiga hari hingga dua pekan," ujar Yuliati kepada wartawan di Polres Sukoharjo pada 2010.

Tapi hari berganti bulan dan bulan berganti tahun, Suhardi tidak pernah kembali. Bak petir menyambar, keluarga mendengar Suhardi menjadi salah satu korban kebiadaban Yulianto.

Bagaimana Yulianto membunuh Santoso? Baca halaman selanjutnya.

Tonton juga Video: Pembunuh Berantai Habisi 2 Wanita di Bogor Ditangkap, Ini Motifnya

[Gambas:Video 20detik]



Kebiadaban Yuliato terus diulang hingga pembunuhan ketujuh, yaitu Kopda Santoso. Kala itu, Kopda Santoso datang ke Yulianto mau pijat badan. Saat pijat itu, Yulianto dan Santoso terlibat percakapan yang membuat Yulianto tersinggung.

Yulianto kemudian membuat ramuan jamu dan menyerahkan ke Kopda Santoso untuk diminum. Ternyata minuman itu sudah dicampur kecubung sehingga Kopda Santoso pusing dan sempoyongan. Yulianto mencekik Kopda Santoso hingga meninggal. Jenazah Kopda Santoso kemudian dikubur di dapur rumahnya.

Kematian Kopda Santoso membongkar kedok Yulianto. Sejumlah rekannya di kesatuan mencari rekannya dan berinisiatif mendatangi Yulianto untuk menanyakan keberadaan Santoso.

Setelah sempat berkelit, akhirnya Yulianto mengakui telah menghabisi Santoso. Selanjutnya kasus tersebut diserahkan kepada polisi.

Pembunuhan itu membuat geger. Bagaimana Yulianto di mata warga sekitar? Simak di halaman selanjutnya.

Terungkapnya jejak Yulianto membuat geger Jateng, terutama tetangganya. Warga Desa Pucangan menyatakan lebih mengenal Yulianto sebagai gembala kambing yang suka melakukan ritual klenik. Dia juga dikenal tertutup dan tak jarang menyakiti anak-istrinya.

Warga di Kragilan, Pucangan, Kartosuro, Sukoharjo, tersentak ketika mengetahui bahwa Yulianto disangka membunuh orang, yang merupakan pasien pijatnya. Apalagi diketahui jasad korbannya dikubur di pekarangan rumahnya.

Warga mengetahui Yulianto hanya bisa memijat asal-asalan saja, tapi tidak punya keahlian mengobati penyakit melalui sarana pemijatan. Selama ini warga mengenalinya sebagai gembala kambing. Karena itulah rumah Yulianto berdekatan dengan kandang kambing-kambing yang digembalakannya.

"Selain itu memang dia dikenal sering melakukan ritual untuk memperoleh ilmu tertentu. Bahkan ada yang pernah menyebut bahwa dia sedang memperdalam ilmu untuk mencari harta karun, tapi kami juga tidak percaya karena hidupnya juga selalu dalam kondisi pas-pasan," ujar salah seorang tetangga, Siswanto.

Selain membunuh 3 nyawa di atas, Yulianto juga membunuh banyak nyawa lainnya. Siapa saja? Baca halaman selanjutnya.

Saat diinterogasi polisi, Yulianto mengakui ia membunuh lebih banyak lagi. Saat diperiksa penyidik, Yulianto mengakui sudah mulai membunuh orang, yaitu warga Pacitan, SR, yang berusia 25 tahun pada 2002. Jasadnya dikubur Yulianto di sebuah lokasi di Pacitan.

Korban lainnya diyakini adalah warga RT 3 RW 1 Desa Manjung, Sawit, Boyolali, Parwoto (52). Korban yang menderita stroke itu awalnya meminta untuk dipijit. Tetapi saat pulang, Parwoto diberi minuman hingga meninggal dunia.

Ada juga kekasihnya yang dihabisi di kawasan Gunung Merapi. Polisi kemudian menelusuri jejak pembunuhan itu bersama Yulianto. Dalam penelusuran lokasi di Gunung Merapi, sepanjang perjalanan Yulianto juga bicara enteng. Ia menceritakan kenapa korban dibawa ke tempat tersebut dan menunjukkan lokasi pembunuhan.

Namun jejak makam kekasihnya sudah tidak bisa terlacak karena pembunuhan dilakukan 19 tahun sebelumnya. Apalagi, selama 19 tahun, kawasan Gunung Merapi sudah banyak berubah karena sudah mengalami tiga kali letusan.

Yulianto juga mengaku membunuh korban di kawasan Parangtritis. Tapi usaha mencari makam korban sia-sia karena jejaknya hilang dimakan waktu.

Lalu bagaimana perilaku Yulianto?

Pelaku pembunuhan berantai di Sukoharjo, Jateng, Yulianto, seperti tak punya beban meski menghabisi banyak nyawa. Bahkan, ia masih suka ketawa-ketiwi.

"Tak ada perubahan apa pun. Hingga saat ini, ia masih ketawa-ketawa," kata Kapolres Sukoharjo AKBP Suharyono kala itu.

Suharyono menjelaskan, saking santainya, interogasi dilakukan seperti ngobrol. Yulianto mengakui banyak hal, tapi belum tentu pengakuannya benar.

"Ia baru mengaku setelah ada bukti. Misalnya, ia mengaku telah membunuh korban kedua dan seterusnya, setelah pihak keluarga melaporkan ke polisi," Suharyono.

Dengan kejahatan Yulianto, bagaimana proses hukum yang ia jalani? Simak di halaman selanjutnya.

Pria kelahiran 28 Juli 1973 itu akhirnya diproses secara hukum dan diadili di Pengadilan Negeri (PN) Sukoharjo.

Pada 20 April 2011, PN Sukoharjo menjatuhkan hukuman mati kepada Yulianto. Selama sidang pembacaan vonis yang dipimpin Dwi Yanto, Yulianto terlihat tegang dan sesekali mengusap air mata. Ruang sidang dipadati keluarga korban dan terdakwa maupun teman-teman korban.

Hukuman mati itu dikuatkan Pengadilan Tinggi (PT) Semarang pada 5 Juli 2011. Kasasi yang diajukan Yulianto juga tidak membuahkan hasil. Ketua majelis Prof Velerina JL Kriekhoff dengan anggota Prof Rehngena Purba dan Zaharudin Utama menolak permohonan kasasi itu.

Upaya hukum terakhir dilayangkan ke MA, yaitu peninjauan kembali (PK). Tapi apa kata majelis?

"Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana Yulianto bin Wir Sentono tersebut," kata ketua majelis Sri Murwahyuni dengan anggota Eddy Army dan Gazalba Saleh yang tertuang dalam salinan putusan sebagaimana dilansir website MA, Rabu (14/5/2021).

Halaman 2 dari 5
(asp/mae)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads