Dikabarkan Dijual, Lantigiang Dilindungi-Ada di Atol Terbesar Ke-3 di Dunia

Dikabarkan Dijual, Lantigiang Dilindungi-Ada di Atol Terbesar Ke-3 di Dunia

Noval Dhwinuari Antony - detikNews
Rabu, 03 Feb 2021 16:07 WIB
Pulau Lantigiang di kawasan Taman Nasional Takabonerate, Selayar (dok. Humas Pemprov Sulsel).
Pulau Lantigiang di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, Selayar (Foto: dok. Humas Pemprov Sulsel)
Selayar -

Pulau Lantigiang di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel), disebut Gubernur Nurdin Abdullah masih alami dan tidak tersentuh oleh manusia dan berada di atol terbesar ketiga di dunia. Ternyata Pulau Lantigiang tempat bertelur penyu yang dilindungi.

Menurut Kepala Balai Taman Nasional Taka Bonerate Faat Rudhianto, Pulau Lantigiang memiliki luas sekitar 5,6 hektare. Pulau ini didominasi oleh tumbuhan jenis cemara laut, santigi pasir, dan ketapang.

"Tempat bertelur satwa luar dilindungi jenis penyu," ujar Faat dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom dari Humas Pemprov Sulsel, Senin (3/2/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pulau Lantigiang dan pulau-pulau di sekitarnya juga tampak indah karena berada di kawasan cincin karang atau atol terbesar ketiga di dunia. Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyebut kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, termasuk Pulau Lantigiang di dalamnya, merupakan kawasan strategis.

"Memang atol terbesar ketiga dunia itu ada di Taka Bonerate. Kita butuh akses menuju ke Taman Nasional, ini luar biasa keindahan taman nasional kita," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Meski akan menjadikan Taman Nasional Taka Bonerate sebagai kawasan tujuan destinasi wisata di Sulsel, Nurdin menegaskan Pulau Lantigiang dan kawasan lainnya tetap harus dijaga.

"Taman Nasional Taka Bonerate ini adalah kawasan strategis yang tentu perlu kita lindungi dari berbagai upaya-upaya yang bikin merusak," imbuhnya.

Nurdin, yang sempat meninjau Pulau Lantigiang, menyebut pulau tersebut masih alami dan belum tersentuh oleh manusia. Dia membantah ada warga yang mengklaim memiliki pulau tersebut karena warisan nenek moyang dan pernah menanam pohon kelapa.

"Di sana masih alami, tidak ada sentuhan manusia. Kalau ada yang mengatakan mereka tinggal di situ turun-temurun, (punya) pohon kelapa, dan sebagainya, itu nggak ada," katanya.

Pulau Lantigiang heboh setelah dikabarkan dijual warga seharga Rp 900 juta. Simak polemik jual-beli Pulau Lantigiang di halaman selanjutnya.

Tonton Video: Kapolda Sulsel Kirim Tim Usut Kasus Jual Beli Pulau Lantigiang Selayar

[Gambas:Video 20detik]



Seorang warga Selayar, Syamsul Alam, mengklaim memiliki Pulau Lantigiang karena pulau tersebut merupakan warisan nenek moyang, meski tidak memiliki dokumen kepemilikan. Tak hanya itu, Syamsul mengklaim memiliki Pulau Lantigiang karena menanam pohon kelapa.

"(Dasar klaim Syamsul Alam) katanya warisan dari neneknya. (Dokumen) tidak ada, kan tanah di sini tidak ada surat. Klaim saja," ujar Kasat Reskrim Polres Panakkukang Iptu Syaifuddin kepada detikcom, Selasa (2/2).

Syamsul mengklaim menanam pohon kelapa di Pulau Lantigiang pada 2019. Namun Syamsul diduga hanya asal klaim karena tidak punya dasar yang kuat.

"Berbohong dia bahwa ini dia katakan bahwa ini tanahnya. Hanya mengaku-ngaku saja, tidak ada surat, harusnya kan minimal PBB-nya, pajak, nggak ada pajak," kata Syaifuddin.

Dikabarkan pulau tersebut dijual seharga Rp 900 juta. Syamsul disebut sudah menerima uang muka sebesar Rp 10 juta.

Polres Selayar akan menjadwalkan kembali pemeriksaan terhadap Syamsul Alam dan keponakannya bernama Kasman. Selain itu, polisi akan meminta keterangan terhadap wanita Asdianti sebagai pembeli.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads