Selayar dan Penemuan Seaglider serta Sejarah Panjang Jalur Dagang

Round-Up

Selayar dan Penemuan Seaglider serta Sejarah Panjang Jalur Dagang

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 05 Jan 2021 08:00 WIB
Drone laut misterius di Selayar, Sulawesi Selatan, yang ditemukan nelayan merupakan alat bernama seaglider. Hal itu disampaikan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono dalam jumpa pers di Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) TNI AL, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1/2021).
Foto: Seaglider yang ditemukan di Selayar, Sulsel. (Pradita Utama)
Jakarta -

Perairan Selayar di Sulawesi Selatan (Sulsel) sedang hangat menjadi perbincangan di Tanah Air, bahkan dunia internasional. Itu terjadi karena penemuan drone laut atau seaglider yang belum diketahui dari mana rimbanya.

Seaglider misterius ditemukan oleh nelayan bernama Saeruddin (60) pada 26 Desember 2020, di wilayah perairan Kecamatan Pasimarannu, Selayar, atau tepatnya di perairan Pulau Bonerate. Saeruddin menarik seaglider itu menggunakan tali dan membawa ke daratan.

Usai berhasil di angkat, Saeruddin melihat ada sejumlah benda yang terpasang di dua titik. Menurutnya, kondisi benda-benda itu aktif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya, TNI belum menjelaskan apa sebetulnya benda yang ditemukan Saeruddin itu. Orang-orang menyebutnya benda seperti rudal.

Hingga kemudian Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memerintah Komandan Rayon Militer (Danramil) Pasimarannu, Kepulauan Selayar, Kapten Inf Syamsuddin untuk menyerahkan benda mirip rudal itu ke TNI AL.

ADVERTISEMENT

"Perintah langsung Panglima TNI melalui Lantamal (VI Makassar) dan Lantamal langsung jemput ke sini. Kita tidak tahu apakah langsung dibawa ke Jakarta atau ke Makassar, atau ke Surabaya atau di mana, jadi kita nggak tahu," terang Kolonel Syamsuddin, Selasa (29/12/2020).

TNI AL sendiri mengambil seaglider tersebut di hari yang usai ditemukan. Tak tanggung-tanggung, kapal perang milik TNI AL dikerahkan untuk mengambil benda tersebut.

Selang satu minggu usai ditemukan, tepatnya kemarin, 4 Januari 2021, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) mengumumkan hasil penyelidikan sementara. KSAL Laksamana TNI Yudo Margono menyebut benda mirip rudal yang ditemukan di Selayar adalah seaglider.

"Pada pagi hari ini saya akan menyampaikan tentang alat atau seaglider yang kemarin ditemukan nelayan dari Desa Majapahit, Selayar, yang mana dari temuan tersebut saya bawa ke Hidrosal karena ini lembaga yang kompeten untuk meneliti adanya peralatan tersebut jadi supaya lebih real adanya sehingga alat tersebut kita bawa ke sini," kata Laksamana TNI Yudo Margono dalam konferensi pers 'Penemuan Sea Glider' di Pushidrosal Ancol, Jakarta, Senin (4/1/2021).

Ada apa sih di Perairan Selayar, tempat penemuan seaglider misterius oleh Saeruddin? Apakah ada kaitannya dengan pengoperasian seaglider tersebut? Simak di halaman berikutnya.

Ada Apa di Perairan Selayar?

Perairan Selayar terkenal akan wisata pantainya nan eksotis. Setidaknya terdapat 123 pulau di sana, di mana 20 berpenduduk sedangkan 103 lainnya masih tak berpenghuni.

Setiap pulau memiliki pantai yang indah. Beberapa yang terkenal adalah Pantai Talloya (Desa Bungaya), Pantai Ngapolohe (Desa Bonea Makmur), Pantai Babaera (Desa Bontomarannu), Pantai Liang Tarussu dan Pantai Jeneiya (Desa Bontobarusu), Pantai Bolaiya (Desa Patilereng), Pantai Patumbukang dan Apatana (Desa Loak), dan lain-lain.

Nah, seaglider yang bikin heboh ini ditemukan di Perairan Bonaparte (masuk di kawasan Perairan Selayar). Pulau Bonerate merupakan pulau yang berada di sebelah selatan wilayah Kepulauan Selayar.

Wilayah perairan Pulau Bonerate di Kabupaten Kepulauan Selayar tempat ditemukannya seaglider misterius (dok. Istimewa). Foto: Wilayah perairan Pulau Bonerate di Kabupaten Kepulauan Selayar tempat ditemukannya seaglider misterius (dok. Istimewa).

Pulau ini juga merupakan salah satu pulau paling ujung wilayah Sulsel. Dia berbatasan langsung dengan Laut Flores. Pulau Bonerate merupakan salah satu pulau dengan daratan terbesar di wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar.

Di sana terdapat kawasan Taman Nasional Takabonerate. Taman Nasional Takabonerate ini dikenal sebagai taman laut yang mempunyai kawasan atol (pulau karang) terbesar ketiga di dunia.

Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki data luas atol di Taman Nasional Takabonerate itu. Dikutip dari situs Kementerian Kelautan dan Perikanan, luasan terumbu karang di sana mencapai lebih dari 33 ribu hektar.

Wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar sendiri memiliki luas 10.503,69 km persegi wilayah daratan dan lautan.

Terkait penemuan seaglider simak di halaman selanjutnya.

Penemuan Seaglider

Setelah berhasil mengangkat benda yang awalnya disebut mirip rudal itu, Saeruddin melihat ada sesuatu seperti kamera terpasang di ekor dan tengah. Menurutnya, benda seperti kamera itu masih menyala.

"Sampai di atas darat dia masih nyala. Itu dia punya kamera. Kan 2 itu dia punya kamera. Di ekornya 1, di tengah 1," sebut Saeruddin, Selasa (29/12/2020).

TNI AL memastikan seaglider itu bukan milik mereka. KSAL pun telah memerintahkan Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) TNI AL untuk membongkar seaglider tersebut.

Laksamana Yudo memberi batas waktu satu bulan kepada Pushidrosal untuk membongkar. Seaglider tersebut harus bisa dibongkar secepat mungkin supaya TNI AL bisa mendapat kepastian.

"Saya beri waktu satu bulan pak Kapushidros untuk bisa menentukan atau membuka hasilnya ini. Biar ada kepastian. Saya tentukan saja Pak Kapushidros saya beri tugas sebulan untuk mengungkap ini bersama-sama dengan kementerian atau lembaga terkait," ucap Yudo kepada Agung dalam jumpa pers di kantor Pushidrosal TNI AL, Senin (4/1/2021).

Drone laut misterius di Selayar, Sulawesi Selatan, yang ditemukan nelayan merupakan alat bernama seaglider. Hal itu disampaikan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono dalam jumpa pers di Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) TNI AL, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1/2021).KSAL Laksamana TNI Yudo Margono menjelaskan perihal seaglider, di Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) TNI AL, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1/2021). Foto: Pradita Utama

Berikut spesifikasi seaglider yang ditemukan di Selayar:

Ukuran
- Panjang bodi: 225 cm
- Dua Sayap: masing-masing 50 cm
- Baling-baling (propeller): 18 cm (di bawah bodi)
- Antena: 93 cm

Fitur
- Instrumen mirip kamera di bodi

Warna
- Bodi: abu-abu
- Dua ujung: kuning

Lalu, apa sih kegunaan seaglider? Berdasarkan penjelasan KSAL, seaglider ini bisa mendapatkan data oseanografi. Kondisi bawah laut negeri ini bisa terekam oleh drone bawah laut tersebut.

"Alat ini banyak digunakan untuk keperluan survei atau untuk mencari data oseanografi di laut, di bawah lautan," kata Yudo dalam jumpa pers, di kantor Pushidrosal TNI AL.

Merujuk pada situs Institut Teknologi Bandung (ITB), oseanografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena fisis dan dinamis air laut yang dapat diaplikasikan ke bidang-bidang lainnya, seperti rekayasa lingkungan, perikanan, bencana laut, dan mitigasi. Data-data terkait oseanografi bisa diakses pengguna seaglider ini dari jarak jauh.

"Ini bisa diakses melalui website oleh semua yang bisa mengakses data," ujar Yudo.

Seaglider ini bisa digunakan untuk keperluan industri perikanan, pengeboran lepas pantai, riset ilmiah, maupun untuk keperluan militer dan pertahanan. Untuk keperluan militer, seaglider bisa mengungkap kondisi bawah laut.

"Tapi kalau dipakai pertahanan, mungkin bisa digunakan data kedalaman ataupun layer lautan tadi, supaya kapal selam tidak dideteksi," kata Yudo.

Apabila digunakan untuk mencari jalan kapal selam, maka biasanya jalan yang dicari adalah kedalaman laut yang pekat. Kondisi laut yang pekat dapat menghindarkan pergerakan kapal selam dari deteksi sonar. Maka kapal selam itu bisa lewat tanpa terdeteksi siapapun.

"Dicari kedalaman dan layer-nya yang pekat atau tidak. Kalau pekat, biasanya kapal selam tersebut tidak dideteksi oleh sonarnya kapal laut atas air. Mereka bisa bertahan melalui rute-rute yang dia lihat di data tersebut kedalaman air lautnya sangat pekat," kata Yudo.

Simak sejarah Selayar jadi jalur dagang di halaman berikutnya.

Sejarah Panjang Selayar Jadi Jalur Dagang

Menengok ke belakang, Kepulauan Selayar punya sejarah yang panjang. Mengutip dari situs resmi kepulauanselayarkab.go.id, Senin (4/1/2020), Kabupaten Kepulauan Selayar ternyata pernah menjadi jalur perdagangan menuju pusat rempah-rempah di Maluku.

Di Pulau Selayar inilah para pedagang singgah untuk mengisi perbekalan sembari menunggu musim yang ideal untuk berlayar. Dan dari aktivitas ini juga muncul nama 'Selayar'.

Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri atas 2 sub-area wilayah pemerintahan, yaitu wilayah daratan yang meliputi Kecamatan Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Bontomatene, dan Bontosikuyu, serta wilayah kepulauan yang meliputi Kecamatan Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur, Takabonerate, Pasimarannu, dan Pasilambena.

"Nama Selayar berasal dari kata cedaya (Bahasa Sanskerta) yang berarti satu layar, karena konon banyak perahu satu layar yang singgah di pulau ini," tulis situs tersebut.

Dalam kitab hukum pelayaran dan perdagangan Amanna Gappa (abad ke-17), Selayar disebut sebagai wilayah strategis untuk transit, baik pelayaran menuju timur maupun ke barat. Itu sebabnya daerah ini juga menjadi salah satu tujuan berniaga.

Pada naskah tersebut juga dikatakan, bagi orang yang berlayar dari Makassar ke Selayar, Malaka, dan Johor, biaya sewanya 6 rial dari tiap seratus orang.

Pada 1739, Belanda mulai memerintah Selayar yang kemudian ditetapkan sebagai sebuah keresidenan. Pada saat itu, residen pertamanya adalah W Coutsier yang menjabat dari 1739 sampai 1743.

"Berturut-turut kemudian Selayar diperintah oleh orang Belanda sebanyak 87 residen atau yang setara dengan residen, seperti Asisten Resident, Gesagherbber, WD Resident, atau Controleur. Barulah Kepala pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang Selayar, yakni Moehammad Oepoe Patta Boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan Jepang sehingga jabatan residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada tahun 1942," lanjut situs kepulauanselayarkab.go.id.

Pada masa kolonial Belanda dulu, ada yang namanya Reganschappen, jabatan pemerintahan di bawah keresidenan. Reganschappen merupakan wilayah setingkat kecamatan yang dikepalai oleh pribumi dengan gelar 'Opu'.

Setidaknya ada saat itu ada 10 Reganschappen di Selayar. Di bawah Regaschappen, ada lagi kepala pemerintahan dengan gelar Opu Lolo, Balegau, dan Gallarang. Kekuasaan Selayar dari tangan Belanda akhirnya bisa direbut 19 hari setelah Indonesia merdeka. Tepatnya pada 29 November 1945 seusai insiden Hotel Yamato di Surabaya.

Pada saat itu, sekumpulan pemuda sekitar 200 orang dari beberapa kelompok berkumpul. Pemimpinnya pemuda bekas Heiho bernama Rauf Rahman. Para pemuda itu masuk ke kantor polisi kolonial dan mengambil alih kekuasaan Selayar dari Belanda. Sejak saat itu, pada 29 November dijadikan hari Jadi Kabupaten Selayar.

Selain itu, hari jadi Selayar diambil dari tahun masuknya agama Islam di Kabupaten Kepulauan Selayar. Saat itu ajaran Islam dibawa oleh Datuk Ribandan yang ditandai dengan masuk Islamnya Raja Gantarang, Pangali Patta Radja, yang kemudian bernama Sultan Alauddin, pemberian Datuk Ribandang. Peristiwa itu terjadi pada 1605, sehingga ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 29 November 1605.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads