Suharso mengaku selama ini memang partainya tak pernah lepas dari konflik antarkader. Dia mencontohkan hal itu terjadi saat PPP menentukan kursi ketua fraksi setingkat DPRD. Meski tak disebut daerahnya, Suharso menyebut mereka-mereka itu bermental pecundang. Sebab, meskipun menang, tak mau mengalah untuk merelakan kursi ketua.
"Saya kasih contoh kita menang saja menang, ini menang, menang di DPRD. Untuk menentukan ketua DPRD itu susahnya luar biasa. Kita punya 9 atau 7 anggota DPRD dan karena itu kita harus menjadi ketua DPRD. Untuk menentukan siapa yang duduk di situ nggak ada ketulusan di antara kita. Yang ada itu si fulan bin fulan, fulan ini, dan semua dan intrik yang datang," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh Suharso menyinggung terkait proses verifikasi dan validasi partai politik yang biasanya juga diwarnai dengan konflik. Menurutnya, ada sejumlah kader yang tak mau diusik posisinya dalam parlemen. Atas hal ini, Suharso menegaskan para kader PPP harus menjadi legislator yang tidak hanya berpatokan pada satu komisi atau keahlian tertentu.
"Kalau kita cuma terus-terusan di sebuah, ih jangan, saya nggak bisa dipindahin ke sini. Parlemen itu Anda adalah super-generalis, bukan super-spesialis. Kalau mau menjadi super-spesialis, mending jadi dokter spesialis. Anda super dan supernya (itu) super-generalis, itu anggota DPR. Yang ada di kepala kebijakannya mesti apa. Tidak lagi bicara substansi. Kita tahu per definisi, tahu aturan tahu undang-undang. Nah itu yang kita persiapkan. Jangan pernah kita merasa menjadi posesif di situ," pungkasnya.
(fas/fas)