Jakarta -
Setelah di depo, simulasi penanganan teroris dilanjutkan ke Stasiun MRT, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Kali ini, tim Densus 88 Antiteror menyimulasikan penangkapan jaringan teroris.
Pantauan detikcom di lokasi, Rabu (16/12/2020) pukul 21.30 WIB, tim Densus 88 Antiteror melumpuhkan teroris dalam waktu 20 menit. Dalam simulasi diskenariokan pelaku berada di peron Stasiun MRT Lebak Bulus.
Tim Densus 88 Antiteror kemudian menuju peron di lantai 3 Stasiun MRT. Petugas kemudian mengevakuasi para penumpang dari dalam MRT.
Pengunjung kemudian diarahkan oleh petugas meninggalkan peron keluar dari Stasiun MRT. Sejumlah penumpang berlarian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petugas kemudian melakukan sterilisasi di lokasi. Setelah dinyatakan situasi clear, petugas kemudian melakukan penindakan terhadap terduga teroris yang bersembunyi di peron dan MRT.
Terdengar tembakan senjata api. Satu orang pelaku berhasil diamankan dan dibawa petugas, sementara 1 pelaku lainnya tertembak dan ditemukan berada di dalam MRT.
Pelaku yang tertangkap hidup kemudian dibawa ke GKJ Nehemia untuk diamankan. Selanjutnya pelaku dibawa ke Mako Brimob untuk diinterogasi.
Simak selengkapya di halaman selanjutnya.
Komandan Pasukan Gegana Kombes Dadang Raharja mengatakan simulasi ini berkolaborasi dengan pihak MRT. Simulasi dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan tim Brimob dalam mengantisipasi ancaman bom dan terorisme.
"Malam ini kami melaksanakan kegiatan simulasi, latihan terhadap ancaman adanya objek vital MRT yang ada di Jakarta. Kita sudah me-mapping berbagai ancaman yang kemungkinan terjadi di objek vital MRT. Meliputi mungkin ancaman kimia, biologi, radioaktif, ancaman teror maupun ancaman bom. Sehingga tentunya kepolisian, Satuan Brimob, Koorps Brimob siap untuk melakukan pengamanan terhadap ancaman yang mungkin terjadi pada objek vital MRT ini," kata Dadang di lokasi.
Simulasi ini melibatkan 200 personel Brimob dan Polres Jaksel serta Polsek Cilandak. Ada 3 adegan simulasi yang dipraktikkan petugas di lokasi.
"Jadi prioritas simulasi yang dilakukan bersama MRT dan satuan wilayah ini adalah terhadap ancaman teror, ancaman bom dan ancaman kimia, biologi, dan radioaktif," imbuhnya.
Dadang menjelaskan alasan simulasi dilakukan MRT karena MRT merupakan objek vital.
"Dan merupakan angkutan masyarakat, khususnya masyarakat Jakarta, sehingga kita perlu antisipasi terhadap ancaman-ancaman yang mungkin terjadi dengan adanya MRT yang ada di Jakarta," katanya.
Lebih lanjut, Dadang menjelaskan bahwa simulasi ini tidak hanya dilakukan berkaitan dengan adanya Operasi Lilin.
"Sebenarnya tidak dalam rangka pengamanan Operasi Lilin. Tapi ini memang antisipasi terhadap ancaman yang mungkin terjadi di MRT," katanya.
Pelaksanaan simulasi berlangsung kondusif. Selama simulasi petugas juga menerapkan protokol kesehatan.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini