Suherdi (38), tinggal di Taktakan, Serang, punya anak kelas 2 SD. Dia sudah mulai berpikir bila nanti sekolah kembali buka. "Saya khawatir. Kalau misalnya guru atau staf guru yang kena COVID-19, nanti bagaimana? Bahaya juga ke anak saya," kata Suherdi.
Selama ini, anaknya belajar secara daring. Sekali sepekan, anaknya pergi belajar tatap muka tapi bukan di sekolah melainkan di Kecamatan Taktakan. Pada kesempatan itu, guru datang memberikan pengajaran. Selebihnya, anaknya dan murid-murid lain biasa mengerjakan pekerjaan rumah (PR) secara daring.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menyeberang ke Pulau Sumatera, seorang ayah di Padang Sidempuan mendengar kabar bahwa sekolah akan dibuka kembali setelah ditutup sementara akibat pandemi COVID-19. Kota Padang Sidempuan adalah salah satu dari ratusan kabupaten/kota zona kuning yang diizinkan menggelar sekolah tatap muka.
"Saya kurang setuju. Bahaya ke anak-anak," kata seorang ayah di Padang Sidempuan, Sumatera Utara, Ahmad Idris (39), saat dihubungi detikcom.
Sikapnya tegas dan jelas menolak belajar-mengajar tatap muka. Soalnya, dia khawatir anaknya tertular virus Corona saat kegiatan belajar mengajar secara tatap muka digelar kembali di gedung sekolah. Belajar di rumah bisa lebih menjamin keamanan buah hatinya dari COVID-19.
Idris punya anak yang duduk di Sekolah Dasar (SD) 12 Padang Sidimpuan. Dia mengatakan anaknya baru dua kali masuk sekolah. Selebihnya, sekolah dilaksanakan secara jarak jauh (Pembelajaran Jarak Jauh/PJJ).
"Ada buku yang dikasih, dan di rumah dibimbing sama mamaknya (ibunya)," kata Idris.
Sejauh ini, membimbing anak kelas 2 SD tidaklah sulit bagi ibunda putra Idris. Maka, Idris tidak merasa keberatan bila sekolah tatap muka ditunda dulu.
"Saat ini ya lebih bagus di rumah lah belajar, prinsip kita," kata dia.
![]() |