Di ujung timur negara ini, tepatnya di Merauke Provinsi Papua, ada Nyoto yang punya anak yang duduk di kelas 11 SMA dan putra kecil yang duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK). Sebagai seorang pengusaha travel, Nyoto merasakan betul dampak pandemi COVID-19 bagi ekonomi keluarganya. Sejak Februari, orderan untuk memakai jasanya sangat menurun. Keluarga Nyoto hidup prihatin.
Putranya tetap belajar secara daring, menggunakan fasilitas internet yang dia bayar. Soal metode sekolah anaknya, dia telah menerima edaran bahwa mulai hari ini, tanggal 10 Agustus, sekolah melanjutkan sistem pembelajaran daring sampai batas waktu tidak ditentukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya mau nggak mau daring," kata Nyoto, pria usia 43 tahun ini kepada detikcom.
Di rumahnya yang terletak di kawasan Seringgu, Merauke, Nyoto memasang WiFi internet untuk keluarganya. Bila saja nanti sekolah kembali dibuka, maka anak-anak tak akan lagi belajar secara daring. Nyoto tidak khawatir.
"Tidak khawatir. Bagi saya pribadi, Corona itu tidak ekstrem karena yang menjadi korban adalah orang berusia 50 tahun ke atas yang punya penyakit dan daya tahan tubuhnya lemah. Justru yang saya khawatirkan itu pendidikan anak saya, seperti apa kalau begini terus," kata Nyoto.
Merauke, berdasarkan data dari Satgas Penanganan COVID-19 per 2 Agustus, masuk zona kuning penularan COVID-19.
Zona kuning adalah zona risiko rendah penularan virus Corona. Berdasarkan daftar 163 zona kuning per 2 Agustus yang dirilis pemerintah pada Jumat (7/8) kemarin, Kota Padang Sidempuan di Sumatera Utara ada di urutan pertama.