7 Fakta Kasus Perusakan Sastrawan Felix Nesi Berujung Tawaran Damai

Round-Up

7 Fakta Kasus Perusakan Sastrawan Felix Nesi Berujung Tawaran Damai

Hestiana Dharmastuti - detikNews
Kamis, 23 Jul 2020 21:05 WIB
Komunitas Salihara Gelar Literature & Ideas (LIFEs) Festival 2019
Felix K Nesi (Foto: Witjak Widhi Cahya/Komunitas Salihara)

Duduk Perkara Kasus Felix

Kapolres TTU AKBP Nelson Filipe Diaz Quintas menjelaskan kasus bermula saat Felix menyampaikan aspirasi soal masalah gereja. Peristiwa ini terjadi pada pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia ada keributan awalnya, ada salah satu pastor yang ada masalah gereja lah, beliau ini mau supaya itu ditangani, kalau pastor itu kan semuanya harus taat kepada uskup, terus beliau ini maunya supaya dikeluarkan, diinikan," kata AKBP Nelson saat dihubungi, Senin (6/7/2020).

Setelah itu, Nelson menyebut Felix membuat kerusuhan hingga menyebabkan sejumlah kaca pecah akibat kejadian itu. Polisi yang menindaklanjuti laporan tersebut hingga menetapkan Felix sebagai tersangka. Felix disangkakan Pasal 406 KUHP tentang perusakan dengan ancaman hukuman 2 tahun 8 bulan.

ADVERTISEMENT

"Beliau nggak terima, membuat kerusuhan di situ, membuat gereja ada kaca-kacanya pecah gitu, dilaporkan dari pihak gereja ke polsek," ujarnya.

Felix Nesi angkat suara soal kasus yang menjeratnya. Dia bercerita awalnya menyampaikan protes terkait pemindahan seorang pastor ke Pastoran SMK Bitauni. Dia juga protes terkait penyelesaian kasus dugaan seksual dalam gereja.

Buka-bukaan Felix soal Protesnya

Felix Nesi bercerita soal protesnya terkait penyelesaian kasus dugaan seksual dalam gereja. Felix menyampaikan itu dalam keterangannya saat dimintai konfirmasi detikcom, Senin (6/7/2020). Tulisan itu juga diunggah Felix ke akun Facebook-nya pada Sabtu (3/7/2020).

"Malam ini saya akan menginap di kantor polisi sektor Kecamatan Insana. Saya dilaporkan oleh komunitas Pastoran SMK Bitauni," kata Felix memulai cerita.

Felix mengatakan Pastoran SMK Bitauni terletak hanya sekitar 700 meter dari rumahnya. Dua adiknya, laki dan perempuan, tamat dari sana. Saat masih seminari-frater, setiap liburan dia mengaku tidur dan bangun makan di situ.

"Kini, sekolah itu mempunyai lebih dari 100 siswi. Tapi sekitar bulan Januari/Februari, Romo A pindah ke sana. Romo A adalah seorang pastor yang, saat itu, dipindahkan dari paroki Tukuneno karena bermasalah dengan perempuan. Ia berbuat salah kepada perempuan, dan tak perlu kita bahas detailnya," ujarnya.

Saat tahu bahwa sesudah bermasalah dengan perempuan di sebuah paroki, lanjutnya, pastor A langsung dipindahkan saja ke sekolah menengah yang penuh dengan perempuan. Felix lalu datang ke SMK Bitauni dan bertemu dengan Romo Kepala Sekolah.

"Saya bilang, tolong, Romo Kepala, pindahkan kembali si Romo A dari sini. Romo Kepala bilang: 'Felix, kamu harus bicara langsung dengan uskup. Kami bicara lama sekali. Seperti bapak dan anak. Di akhir pembicaraan, Romo Kepala bilang, ya, SK Romo A ini hanya sementara, hanya untuk satu atau dua bulan. Sesudah itu, ia akan pindah lagi. Ini istilahnya hanya penyegaran," ucapnya.

Dengan memegang kalimat romo kepala sekolah yang terakhir itu, Felix datang lagi satu bulan kemudian. Yaitu sekitar bulan Maret atau April.

"Saya ke sana tepat saat makan malam. Saya monolog di depan romo-romo, di depan Mgr. Pain Ratu, berbicara tentang kekecewaan saya. Di situ juga ada Romo A, saya bilang: Romo, tolong, pindahlah dari sini, carilah tempat sepi untuk berefleksi, untuk menentukan pilihan-pilihan, sebelum berkarya kembali," ujarnya.

"Pembicaraan panjang yang menurut saya penuh dalih dan kelit membuat saya sempat emosi juga. Saya kejar kembali Romo Kepala dengan pernyataannya, bahwa SK Romo A itu hanya sementara. Apakah Romo berbohong? Saya bertanya. Romo Kepala spontan bilang: "Saya tidak pernah berbohong, ingat itu!," imbuhnya.

Felix menduga Romo juga mulai marah ketika dibilang berbohong. Namun, menurut Felix, dia kembali memegang kata-katanya.

"Maka saya kembali memegang kata-katanya. Ia seorang pekerja keras, saya menghormati kerja-kerjanya di sekolah itu -- mengubah sekolah yang dulu hanya hutan menjadi lebih baik. Maka saya menunggu. Mungkin, pikir saya, bulan depan sudah akan pindah," katanya.

Namun pada 3 Juli 2020 sekitar pukul 20.00 WIT, Felix datang lagi ke sekolah itu. Penjaga sekolah bilang Romo A masih ada.

"Saya kecewa sekali. Di novel saya, Orang-Orang Oetimu, saya menulis tentang pastor yang sukanya melindungi kebusukan pastor lain. Apakah saya baru saja melihatnya di dunia nyata ini? Saat menggarap novel, saya pernah mewawancarai seorang bapak yang mengasingkan anak perempuannya ke kampung sesudah anak tunggalnya itu dihamili seorang pastor -- pastor itu tetap di kota, anaknya yang 'disembunyikan'. Bapak itu menangis sambil bercerita. Antara putus asa dan terluka, tetapi tetap mengasihi anak perempuan (dan cucu)-nya. Hanya ia yang menangis, tetapi kami sama-sama terluka," paparnya.

"Saya kecewa juga pada keuskupan yang hanya memindah-mindahkan saja pastor bermasalah. Dari paroki yang penuh cewek OMK, ke sekolah yang penuh siswi. Tanpa memikirkan pentingnya hari-hari sepi untuk refleksi bagi pastor yang kekosongan hatinya hanya bisa diisi oleh afeksi perempuan -- pastor yang tidak cukup dihibur oleh badminton, atau sepakbola, atau anak-anak babi di kandang," sambungnya.

Felix mengatakan saat itu dia memegang helm. Helm itu lalu dihantamkannya ke kaca-kaca jendela rumah pastoran.

"Saya kecewa. Saya emosi. Di tangan saya ada helm. Di depan saya ada kaca jendela. Maka saya hantam kaca-kaca jendela pastoran dengan helm. Helm INK sungguh kuat, kaca-kaca hancur berantakan. Saya pegang kursi-kursi plastik di teras rumah pastoran dan saya banting sampai hancur," ujarnya.

Felik mengatakan lalu pulang ke rumah. Seperti yang diduganya, komunitas Pastoran SMK Bitauni melaporkannya ke Polsek Insana karena merusak kaca jendela dan kursi-kursi.

"Tak sampai satu jam kemudian, saya dijemput polisi," ucapnya.

"Terima kasih Romo Kepala. Terima kasih Romo A. Terima kasih semua pastor di keuskupan Atambua dan di manapun juga di dunia ini. Malam ini saya akan menginap di kantor polisi. Kita sama-sama pendosa, tak ada yang paling benar. Tapi jika kalian, institusi Gereja, sangat sangat lambat (atau hampir tidak pernah?) dalam mengurusi pastor bermasalah, tetapi sangat cepat dalam mempolisikan orang-orang yang marah, maka kita akan selalu bertemu. Salam Sayang," tuturnya.

Felix Nesi Jadi Tersangka

Sastrawan Felix K Nesi ditetapkan jadi tersangka kasus perusakan di Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). Felix tidak ditahan, namun dikenakan wajib lapor.

Kapolres TTU AKBP Nelson Filipe Diaz Quintas menjelaskan kasus ini terjadi pada pekan lalu. Felix awalnya bersuara soal masalah gereja.

"Dia ada keributan awalnya, ada salah satu pastor yang ada masalah gereja lah, beliau ini mau supaya itu ditangani, kalau pastor itu kan semuanya harus taat kepada uskup, terus beliau ini maunya supaya dikeluarkan, diinikan," kata Nelson saat dihubungi, Senin (6/7/2020).

Setelah itu, Nelson menyebut Felix membuat kerusuhan. Sejumlah kaca pecah akibat kejadian itu.


(aan/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads