Riset LSI Denny JA 5 Daerah Ini Bisa Longgarkan PSBB, Ini Penjelasannya

Riset LSI Denny JA 5 Daerah Ini Bisa Longgarkan PSBB, Ini Penjelasannya

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Sabtu, 16 Mei 2020 17:04 WIB
Peneliti LSI Denny JA, Ikrama
Foto: Peneliti LSI Denny JA, Ikrama (kanan, dok. istimewa)
Jakarta -

Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengusulkan lima kisi-kisi untuk pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB). LSI menyarankan ada lima daerah yang bisa kembali memulai aktivitas perekonomian hingga pembatasan usia yang bekerja di luar rumah.

Penelitian itu dilakukan dengan metode kualitatif dengan mengkaji beberapa data sekunder. Di antaranya data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Worldometers, WHO dan himpunan data dari COVID Pemerintah Daerah.

Sebelum memaparkan hasil survei, Peneliti LSI Ikrama Masloman mengatakan ada latar belakang dilakukannya penelitian untuk membuka kembali PSBB. Pertama adalah sejumlah negara di Eropa telah melakukan pelonggaran lockdown pada awal Mei. Kedua negara yang melakukan pelonggaran itu telah melewati puncak pandemi dan kasus cenderung menurun. Ketiga adalah ada beberapa kegiatan ekonomi yang masih dibatasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelum Indonesia, telah banyak negara di dunia yang telah membuka kembali aktivitas warga dan ekonominya. Di bulan April, sejumlah negara Eropa seperti Jerman, Austria, Norwegia, Denmark, Yunani, dan juga New Zealand (non Eropa), telah melonggarkan kebijakan "lockdown"-nya. Pada awal Mei, diikuti oleh negara Eropa yang lain, seperti Portugal, Spanyol, Belgia, Italia dan Perancis," kata Ikram.

"Negara-negara tersebut membuka kembali pembatasan sosial (lockdown) setelah mereka melewati puncak pandemi, yang terlihat dari data kurva kasus harian yang menurun (driven by data)," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Untuk melakukan pelonggaran itu, LSI memberikan lima kisi-kisi. Pertama ada lima daerah yang bisa dilakukan pelonggaran karena penularan virus Corona cenderung menurun.

"Pertama dimulai dengan daerah yang grafiknya mulai menurun rekomendasi kami adalah 5 daerah berikut. DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Bandung Barat dan Provinsi Bali," kata Ikram dalam pernyataan pers secara daring, Sabtu (16/5/2020).

"Sehingga tawaran kisi-kisi pertama bisa dimulai dari daerah yang grafiknya mulai menurun apalagi kita tahu DKI Jakarta menguasai lebih dari 30 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga mungkin perputaran ekonomi di daerah central ini mempercepat pemulihan," imbuhnya.

Ikram menyebut di DKI Jakarta telah menunjukkan angka penurunan penularan usai diterapkan PSBB. Sehingga bis ditoleransi untuk dibuka pembatasan dan mulai bekerja.

"Ini secara sederhana kita menerapkan PSBB 10 April kalau grafiknya kita lihat dari rata-rata penambahan dari grafik ini kecenderungan menurun sehingga rekomendasi kami karena konsisten menunjukkan penurunan kasus pasca PSBB maka Jakarta bisa ditoleransi untuk bisa dibuka atau mulai bekerja," katanya.

Kedua, LSI mengusulkan ada pengelompokan usia dalam pekerjaan. Seperti usia di atas 45 tahun bekerja dari rumah dan di bawah 45 tahun bekerja di luar rumah.

"Kalau melihat data yang kami olah dari sumber data bahwa mereka yang berumur 45 sampai 59 itu kecenderungannya kasus meninggalnya cukup signifikan. Sehingga mereka sangat rentan terhadap ketika harus bekerja di luar. Artinya kelompok usia ini diberlakukan diskriminasi untuk kembali bekerja. Karena data yang kami olah ini sebanding dengan kalau tidak salah ada lembaga internasional yang menilai mereka yang berada di bawah 45 tahun itu mortalitasnya hanya 0,2 persen," katanya.

Selain itu, LSI juga mengusulkan pengelompokan berdasarkan kelompok yang memiliki penyakit rentan untuk bekerja dari rumah. Seperti mereka yang memiliki penyakit penyerta.

"Ketiga adalah mereka yang punya penyakit yang rentan untuk bekerja di rumah, yang lainnya bekerja di luar. Jadi ada perlakuan terhadap mereka yang penyandang penyakit. Di sini kita lihat hipertensi, itu kalau data ini 21 persen itu mortality rate-nya sangat tinggi, kemudian ada diabetes, kemudian ada penyakit jantung, kemudian penyakit ginjal, penyakit obstruktif kronis dan gangguan pernapasan lainnya," tutur Ikram.

Lebih lanjut, Ikram menyatakan untuk melakukan pelonggaran perlu adanya gaya hidup baru dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Serta membiasakan diri hidup bersama virus Corona sebelum ditemukan vaksin.

"Yaitu new normal dengan protokol kesehatan yang ketat pertama mulai membiasakan diri untuk hidup bersama virus ini catatan sehingga ada pemahaman bahwa harus biasakan diri hidup bersama virus yang selalu mengancam kita hingga vaksin ditemukan, tentunya membiasakan berdampingan dengan virus dengan mulai bekerja di luar rumah tapi menjaga sosial distancing," ucapnya.

Terakhir, LSI menilai perlu ada pemahaman dan edukasi kepada masyarakat untuk selalu melakukan protokol kesehatan. Serta semua pihak harus saling bahu-membahu dan tidak saling menyalahkan dalam penanganan Corona.

"Kelima, perlu ada kesepahaman semua pihak terlibat dalam edukasi sosialisasi pengawasan protokol kesehatan, pemerintah daerah, pimpinan dunia usaha, pimpinan masyarakat, tokoh agama, semuanya harus bahu-membahu tidak boleh lagi ada yang saling mendelegitimasi satu sama lain semua harus satu frame bahwa ini adalah musuh bersama COVID maka antara Pemda, pusat, masyarakat juga harus senada dalam memerangi COVID dan tentunya tidak mempolitisir COVID ini untuk kepentingan," ungkap Ikram.

"Jadi ini kisi-kisi yang kami publish bahwa Indonesia bisa kembali bekerja dengan lima kisi-kisi di atas," tambahnya.

Namun demikian, LSI tetap mengingatkan bahaya gelombang kedua virus Corona seperti halnya yang pernah terjadi pada flu Spanyol 100 tahun yang lalu. Dia meminta masyarakat untuk tetap waspada dan menaati protokol kesehatan.

"Namun dengan catatan yang perlu kita ingat bahwa kita punya sejarah flu Spanyol tahun 1918 menjadi pengalaman bahwa gelombang kedua pandemi lebih berbahaya dan mematikan maka tetaplah waspada di era new normal tak menyebabkan datangnya gelombang kedua jadi walaupun dibuka ekonomi era new normal diberlakukan haris berhati-hati sehingga tidak akan datang gelombang kedua pandemi karena semua menerapkan protokol yang kuat," sebut Ikram.

Kepada pemerintah, LSI menyarankan agar memperbanyak tes dan pelacakan. Peningkatan fasilitas kesehatan juga sangat penting untuk mengakhiri pandemi Corona.

"Kemudian pemerintah tetap memperbanyak jumlah tes, meningkatkan kemampuan kontak tracing berbasis teknologi sehingga kita bisa ketahui mereka yang positif berinteraksi dengan siapa sehingga bisa juga dilakukan penanganan. Juga meningkatkan fasilitas kesehatan," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads