Terakhir, LSI menilai perlu ada pemahaman dan edukasi kepada masyarakat untuk selalu melakukan protokol kesehatan. Serta semua pihak harus saling bahu-membahu dan tidak saling menyalahkan dalam penanganan Corona.
"Kelima, perlu ada kesepahaman semua pihak terlibat dalam edukasi sosialisasi pengawasan protokol kesehatan, pemerintah daerah, pimpinan dunia usaha, pimpinan masyarakat, tokoh agama, semuanya harus bahu-membahu tidak boleh lagi ada yang saling mendelegitimasi satu sama lain semua harus satu frame bahwa ini adalah musuh bersama COVID maka antara Pemda, pusat, masyarakat juga harus senada dalam memerangi COVID dan tentunya tidak mempolitisir COVID ini untuk kepentingan," ungkap Ikram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi ini kisi-kisi yang kami publish bahwa Indonesia bisa kembali bekerja dengan lima kisi-kisi di atas," tambahnya.
Namun demikian, LSI tetap mengingatkan bahaya gelombang kedua virus Corona seperti halnya yang pernah terjadi pada flu Spanyol 100 tahun yang lalu. Dia meminta masyarakat untuk tetap waspada dan menaati protokol kesehatan.
"Namun dengan catatan yang perlu kita ingat bahwa kita punya sejarah flu Spanyol tahun 1918 menjadi pengalaman bahwa gelombang kedua pandemi lebih berbahaya dan mematikan maka tetaplah waspada di era new normal tak menyebabkan datangnya gelombang kedua jadi walaupun dibuka ekonomi era new normal diberlakukan haris berhati-hati sehingga tidak akan datang gelombang kedua pandemi karena semua menerapkan protokol yang kuat," sebut Ikram.
Kepada pemerintah, LSI menyarankan agar memperbanyak tes dan pelacakan. Peningkatan fasilitas kesehatan juga sangat penting untuk mengakhiri pandemi Corona.
"Kemudian pemerintah tetap memperbanyak jumlah tes, meningkatkan kemampuan kontak tracing berbasis teknologi sehingga kita bisa ketahui mereka yang positif berinteraksi dengan siapa sehingga bisa juga dilakukan penanganan. Juga meningkatkan fasilitas kesehatan," pungkasnya.
(lir/hri)