Dwi juga mengungkap soal Saleh yang dianggap Robin Hood bagi sebagian warga Puntun. Saleh adalah pendatang, sama seperti kebanyakan warga Kampung Puntun. Sebelum menjadi bandar narkoba, Saleh tidak bekerja. Saleh lalu merintis bisnis narkoba.
"Pada sekitar tahun 2015, muncullah warga yang bernama Salihin alias Saleh bin Abdullah, dikenal dengan nama Saleh yang bekerja sebagai bandar narkoba yang bekerja mulai dari bawah omzet kecil, bisnis haramnya semakin hari semakin membesar," ujar Dwi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penghasilan dari bisnis narkoba dipakainya untuk berderma. Dia memberi pekerjaan, membantu orang kesusahan, hingga membuat bagus jalanan. Jalanan yang awalnya kayu-kayu diganti dengan cor semen sepanjang 500 meter.
Warga sekitar yang menganggur dijadikan kaki tangannya. Bisnis haram Saleh tidak seutuhnya didukung warga, masih ada yang kontra terhadap bisnis haram tersebut.
"Saleh dikenal di lingkungannya baik terhadap warga sekitar, membantu warga yang membutuhkan, memberikan pekerjaan haram kepada warga yang nganggur. Tidak itu saja, Saleh juga membangun jalan yang sebelumnya terbuat dari papan kemudian direnovasi terbuat dari cor semen sepanjang kurang-lebih 500 meter," bebernya.
![]() |
Jejaring Saleh mulai kuat, warga tak hanya dijadikan kaki tangan bisnis. Ada beberapa yang dipekerjakan sebagai mata-mata. Mereka diberi jadwal jaga dan upah berupa uang serta sabu untuk dipakai.
Mata-mata ini dibekali handy talkie (HT) sebagai alat komunikasi, ada juga yang diberikan drone. Untuk menambah tingkat keamanan, kampung narkoba Puntun yang didirikan Saleh punya tiga lapis gerbang yang dijaga orangnya. Di kompleks kampung narkoba ini juga ada menara intai.
Akses menuju kampung narkoba berliku dan punya jarak 3 km. Untuk masuk ke dalamnya, hanya bisa dilalui sepeda motor. Bahkan ada jalur melarikan diri ke hutan maupun Sungai Kahayan.
Sistem keamanan yang dibuat berjalan. Para bandar bisa menghilangkan jejak saat ada penggerebekan.