Pemerintah Ungkap PDP-ODP, Pakar: Yang Tak Terdeteksi Bisa Jadi Lebih Besar

Pemerintah Ungkap PDP-ODP, Pakar: Yang Tak Terdeteksi Bisa Jadi Lebih Besar

Danu Damarjati - detikNews
Rabu, 15 Apr 2020 12:56 WIB
Poster
Gambar ilustrasi (Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Kini pemerintah pusat telah mengungkap ada 139.137 orang dalam pemantauan (ODP), 10.482 pasien dalam pengawasan (PDP), dan 4.839 kasus positif COVID-19. Menurut pakar matematika yang membuat permodelan jumlah kasus COVID-19, kemungkinan angka kasus Corona yang terdeteksi jauh lebih banyak ketimbang yang diungkap pemerintah.

"Sementara yang tidak terdeteksi bisa jadi lebih besar," kata peneliti matematika epidemiologi ITB, Nuning Nuraini, kepada detikcom, Rabu (15/4/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menanggapi data ODP, PDP, dan kasus positif COVID-19 yang diungkap pemerintah. Nuning adalah satu dari banyak pakar lintas universitas dan SimcovID yang turut membuat permodelan terkait wabah COVID-19 di Indonesia. Permodelan itu menyebutkan ada 32 kasus positif COVID-19 di Jakarta.

Soal data yang diungkapkan pemerintah, Nuning memprediksi jumlahnya lebih sedikit ketimbang kenyataan. Ini bukan karena banyak kasus Corona yang luput dari perhatian negara, tapi karena keterbatasan sumber daya.

ADVERTISEMENT

"Alat tes terbatas, sementara penduduk kita padat. Menurut data kesehatan, seharusnya mulai awal Februari itu sudah terlihat kasus COVID-19. Artinya orang yang positif bisa jadi sehat-sehat saja dan tidak terdeteksi," kata Nuning.

Dikatakan Nuning, ahli kesehatan dan ahli virus pada umumnya juga menyampaikan kasus yang sesungguhnya selalu berjumlah di atas kasus yang terlapor. Kemungkinan umum itu bisa semakin berpeluang terjadi di negara berpenduduk banyak seperti Indonesia.

Momen Haru, Penghormatan Terakhir Perawat yang Wafat Akibat Corona:

Nuning telah memakai hitung-hitungan matematika untuk memprediksi jumlah kasus sebenarnya di Indonesia. Laporan permodelannya sempat menjadi perhatian karena menyebut ada 32 ribu kasus COVID-19 di Jakarta. Dia menghitung berdasarkan data kematian yang diasumsikan lebih dapat dipercaya dibandingkan data kasus terlaporkan, dan data sampai 31 Maret 2020.

Ada istilah 'Ro' atau angka reproduksi kasus positif COVID-19. Ro mengindikasikan jumlah kelahiran kasus baru akibat satu orang terinfeksi saat masuk suatu populasi. Angka Ro harus kurang dari 1 supaya tidak ada penularan. Diperlukan penerapan karantina wilayah bila ingin Ro kurang dari 1.

Penghitungan dilakukan menggunakan model SEIRQD, yakni Susceptible (rentan)-Exposed (terpapar)-Infected (tertular)-Quarantine (karantina)-Recovery (sembuh)-Death (kematian). Tujuannya, pertama, menganalisis perkiraan kepadatan kasus COVID-19 per 100 ribu jumlah penduduk. Kedua, menunjukkan seberapa besar perkiraan kasus yang tidak terdeteksi dari provinsi-provinsi di Indonesia.

Hasilnya, 10 besar provinsi yang punya kasus Corona ternyata hanya menunjukkan data yang tak lebih dari 3% dari kejadian yang sebenarnya.

Misalnya, Jakarta, dia menyebut kasus yang selama ini terdeteksi hanya 2,3% dari jumlah yang sebenarnya. Kasus sebenarnya bisa mencapai 32.000 kasus positif COVID-19. Di Jawa Barat, kasus yang terdeteksi hanya 2,4% karena kasus yang sebenarnya, berdasarkan hitungan Nuning dkk, adalah 8.090 kasus. Di Jawa Timur, persentase kasus yang terdeteksi sebesar 3% dengan perkiraan kasus sebenarnya sebanyak 3.080 kasus positif COVID-19.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads