Nuning telah memakai hitung-hitungan matematika untuk memprediksi jumlah kasus sebenarnya di Indonesia. Laporan permodelannya sempat menjadi perhatian karena menyebut ada 32 ribu kasus COVID-19 di Jakarta. Dia menghitung berdasarkan data kematian yang diasumsikan lebih dapat dipercaya dibandingkan data kasus terlaporkan, dan data sampai 31 Maret 2020.
Ada istilah 'Ro' atau angka reproduksi kasus positif COVID-19. Ro mengindikasikan jumlah kelahiran kasus baru akibat satu orang terinfeksi saat masuk suatu populasi. Angka Ro harus kurang dari 1 supaya tidak ada penularan. Diperlukan penerapan karantina wilayah bila ingin Ro kurang dari 1.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penghitungan dilakukan menggunakan model SEIRQD, yakni Susceptible (rentan)-Exposed (terpapar)-Infected (tertular)-Quarantine (karantina)-Recovery (sembuh)-Death (kematian). Tujuannya, pertama, menganalisis perkiraan kepadatan kasus COVID-19 per 100 ribu jumlah penduduk. Kedua, menunjukkan seberapa besar perkiraan kasus yang tidak terdeteksi dari provinsi-provinsi di Indonesia.
Hasilnya, 10 besar provinsi yang punya kasus Corona ternyata hanya menunjukkan data yang tak lebih dari 3% dari kejadian yang sebenarnya.
Misalnya, Jakarta, dia menyebut kasus yang selama ini terdeteksi hanya 2,3% dari jumlah yang sebenarnya. Kasus sebenarnya bisa mencapai 32.000 kasus positif COVID-19. Di Jawa Barat, kasus yang terdeteksi hanya 2,4% karena kasus yang sebenarnya, berdasarkan hitungan Nuning dkk, adalah 8.090 kasus. Di Jawa Timur, persentase kasus yang terdeteksi sebesar 3% dengan perkiraan kasus sebenarnya sebanyak 3.080 kasus positif COVID-19.
(dnu/fjp)