Pemberontakan OSO yang Awalnya Diplot Wiranto Jadi Ketum Boneka

Round-Up

Pemberontakan OSO yang Awalnya Diplot Wiranto Jadi Ketum Boneka

Tim Detikcom - detikNews
Rabu, 18 Des 2019 21:03 WIB
Wiranto saat bersama OSO (tengah). (Lamhot Aritonang/detikcom)
Jakarta - Perseteruan antara Wiranto dan Oesman Sapta Odang (OSO) soal penguasaan Partai Hanura kian panas. Wiranto buka-bukaan awalnya dia ingin menjadikan OSO ibarat 'ketum boneka', namun OSO memberontak merebut partai yang didirikan oleh Ketua Wantimpres itu.

Panasnya Wiranto versus OSO ini berawal saat loyalis OSO mendesak agar Wiranto mengundurkan diri dari posisi Ketua Dewan Pembina (Wanbin) Hanura setelah terpilih sebagai Wantimpres. Awalnya Wiranto menolak karena larangan Wantimpres menjabat di partai hanya berlaku untuk pengurus harian.

Namun hari ini, Rabu (18/12/2019), Wiranto menyatakan mengundurkan diri sebagai Ketua Wanbin Hanura. Ia hanya menegaskan bukan dipecat dari partai sendiri, melainkan memutuskan mundur dari dari Ketua Wanbin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, Wiranto juga meminta OSO mematuhi pakta integritas yang dibuat sebelum ia terpilih sebagai Ketum. Eks Menko Polhukam itu mendesak OSO mundur dari Ketum karena OSO gagal membawa Hanura lolos ambang batas parlemen pada Pileg 2019.


"Beliau hanya menjabat sebagai Ketum janjinya waktu itu hanya sampe 2019, Subagyo (Subagyo HS) ada (jadi saksi)," ungkap Wiranto dalam jumpa pers di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Rabu (18/12/2019).

Dia membuka pakta integritas yang diteken oleh OSO sebelum mendapat mandat sebagai Ketum Hanura menggantikan Wiranto. Saat itu, pada 2016, Wiranto tak bisa menjabat lagi sebagai Ketum karena ditunjuk sebagai Menko Polhukam di periode pertama Presiden Joko Widodo.

"Juga ingin tunduk kepada AD/RT, akan menjaga soliditas partai, akan menambah suara di DPR pada pemilu yang akan datang, akan memasukkan teman-teman di DPD untuk menjadi caleg Hanura, paling tidak 36 orang, malah ditambah menjadi 50 orang, Pak Subagyo dengar sendiri," sebut pendiri Hanura itu.

Karena OSO tak mampu menambah suara Hanura di DPR, bahkan periode ini Hanura tak bisa masuk parlemen, Wiranto memintanya memenuhi komitmen dalam pakta integritas. Pakta integritas itu telah ditandatangani OSO sebelum dia menjadi Ketum Hanura. Tanda tangan itu dibubuhkan OSO di atas meterai. Saksi pakta integritas itu adalah Subagyo HS dan Chairuddin Ismail.

"Kalau sampai itu tidak ditaati, Saudara OSO sebagai Ketum akan secara tulus dan ikhlas tanpa paksaan mengundurkan diri sebagai Ketum Hanura," tutur Wiranto.


"Nah, komitmen itu dituangkan di dalam namanya pakta integritas. Jadi bukan ngarang ya, dasarnya komitmen secara formal dikukuhkan dalam pakta integritas yang beliau juga tanda tangan. Dua saksi tanda tangan Pak Subgyo HS dan Pak Chairuddin Ismail," imbuhnya.

Wiranto dikatakannya sudah menyurati OSO untuk mendapatkan klarifikasi perihal pelaksanaan pakta integritas itu. Namun respons OSO tak sesuai harapan Wiranto.

OSO pun tak mau didesak mundur oleh Wiranto. Menurutnya, pemilihan Ketum ada di ranah munas yang tengah digelar pihaknya dua hari terakhir ini. Ia terpilih secara aklamasi dalam munas tersebut.

"Itu bukan urusan dia, itu urusan Munas, dan Munas meminta saya kembali (jadi Ketum). Kalau saya tidak dipercaya Munas, Munas ini dihadiri oleh seluruh Indonesia dan 514 DPC, dan saya juga tidak mengusulkan bahwa saya ingin jadi Ketua," kata OSO di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (18/12/2019).

OSO juga menanggapi soal pakta integritas yang disinggung Wiranto. Dalam perjanjian itu, Wiranto menyebut OSO berjanji hanya menjabat Ketum sampai 2019.


"Itu kalau saya tidak dipilih lagi, mungkin saja saya sampai 2020 sudah selesai. Tapi saya kan dipilih dan diminta, bukan saya yang meminta, tapi saya diminta, didaulat kembali untuk memimpin partai ini. Masa saya tinggalin?" ujar OSO.

Lebih lanjut OSO mengatakan pakta integritas adalah ketentuan yang tidak bertentangan dengan AD/ART partai. Selain itu, OSO menegaskan kewenangan tertinggi partai ada pada munas.

"Kalau pakta integritas itu adalah yang kita ungkapkan kepada pernyataan tidak boleh mengkhianati partai, tidak boleh melakukan kebohongan-kebohongan, opsi-opsi yang bertentangan dengan AD/ART. Di luar itu, itu komitmen pribadi yang tidak menyangkut di dalam mekanisme organisasi partai. Karena partai itu punya AD/ART. Dan kekuasaan tertinggi itu adalah di munas ini," sebutnya.

Pemberontakan OSO yang Awalnya Diplot Wiranto Jadi Ketum BonekaOSO terpilih menjadi Ketum lagi di Munas Hanura. (Lamhot Aritonang/detikcom)

Pada konflik Hanura terbaru, Wiranto juga mengungkap soal awal terpilihnya OSO menjadi Ketum Hanura menggantikan dirinya pada 2016. Rupanya Wiranto berencana menjadikan OSO menjadi ketum 'boneka'.

Wiranto mengisahkan awal mula menyerahkan posisinya kepada OSO. Ia harus mundur dari Ketum Hanura lantaran dipilih Presiden Joko Widodo sebagai Menko Polhukam pada 2016.

"Maka kemudian kita mengadakan satu acara namanya Munaslub (Musyawarah Nasional Luar Biasa) di Bambu Apus. Di sana kita mengundang Saudara OSO untuk menjadi salah satu calon yang menggantikan saya," ujar Wiranto.


Wiranto pun mengakui melakukan rekayasa di Munaslub itu agar OSO terpilih sebagai Ketum. Namun ada catatan yang diberikan Wiranto kepada OSO.

"Saya merekayasa, katakanlah memang mudah ketua umum merekayasa, dan saya buat aklamasi, maka ketum terpilih OSO. Dengan catatan, nah catatan ini yang saya sampaikan, saya akan bicara hati ke hati, bukan rekayasa, bukan bohong. Saksinya ada, Pak Jenderal Subagyo (Subagyo HS) dan Pak Jenderal Chairuddin (Chairuddin Ismail), jadi semua mendengarkan," jelas Wiranto.

Catatan yang dimaksud adalah soal adanya posisi baru di Hanura, meski sebenarnya tidak ada dalam AD/ART, yakni Ketua Dewan Pembina Partai. Menurut Wiranto, kekuasaan di partai yang sebelumnya di ketum akan dibawa ke ketua dewan pembina, dalam hal ini dirinya.

"Bahwa beliau akan menggantikan saya, semua kekuasaan di ketum dibawa ke ketua dewan pembina, saya diangkat ketua dewan pembina. Jadi semua kekuasaan yang ada di ketum yang bersifat strategis diangkat ke dewan pembina, (OSO menyatakan) ya setuju," sebutnya.

Namun rupanya rencana Wiranto tak berjalan sesuai harapan. OSO justru memberontak dan seakan 'menyingkirkan' Wiranto serta loyalis-loyalisnya. Pihak Wiranto menganggap kini Hanura diisi oleh orang-orang baru yang tidak bisa menggerakkan mesin partai sehingga membuatnya terpuruk tak bisa masuk parlemen.

Dimintai konfirmasi mengenai rekayasa yang diakui Wiranto, OSO tak banyak bicara. Dia hanya menjawab singkat.

"Sori ya, soal rekayasa itu saya akan tidak mau mencampuri rekayasa. Karena saya bicara fakta, rekayasa itu kan sesuatu yang direka dan biasa," tutur OSO.


Wiranto pun mempersoalkan dirinya yang tak diundang di Munas Hanura pemilihan ketum baru yang digelar kubu OSO. Menurutnya munas tersebut tidak sesuai prosedur dan di luar kelaziman.

Untuk itu, pihak Wiranto berencana menggelar munas tandingan. Para pendiri Hanura menyatakan siap menggalang kekuatan kembali dari kader maupun eks kader yang ditendang OSO. Mereka berencana membuat munas luar biasa (munaslub) dengan alasan ingin menyelamatkan Hanura. Ia menyebut Hanura yang dipimpin OSO abal-abal.

"Maka di sini penyelamatan, kalau OSO yang memimpin ini. Bisa Hanura malah mati, karena itu kita akan tampil di sini," kata pendukung Wiranto, Chairuddin Ismail, yang menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan Hanura.

Pemberontakan OSO yang Awalnya Diplot Wiranto Jadi Ketum BonekaWiranto bersama pendiri Hanura mendesak OSO mundur dari posisi ketum. (Grandyos Zafna/detikcom)

Chairuddin menyebut kubu Wiranto bisa dipimpin oleh Daryatmo, yang sempat berseteru dengan pihak OSO beberapa waktu lalu. Setelah menggalang kekuatan kembali, Munaslub Hanura baru akan digelar.

"Kalaupun Pak Wiranto misalnya mundur kan ada wakil ketua pembina, terus nanti ketua umumnya kan ada Pak Daryatmo lagi atau siapa nanti kita akan bicarakan ke dalam. Setelah itu terbentuk, itulah Hanura. Mereka (pihak OSO) mau mengatakan dirinya Hanura nggak masalah," kata Chairuddin.

"Nanti, setelah terbentuk semua, kita adakan munaslub, karena munas yang kemarin juga sebenarnya menurut saya itu ya belum," tambah dia.

Menanggapi soal rencana kubu Wiranto, OSO mengingatkan Hanura pihaknya yang memiliki SK resmi dari Kemenkum HAM. "Partai politik yang resmi adalah partai politik yang terdaftar di Menkum HAM," tegasnya.
Halaman 2 dari 3
(elz/imk)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads