Pantauan detikcom di gedung Feria de Madrid (Ifema), Madrid, tempat COP25 berlangsung, sejumlah media dari berbagai belahan dunia berkerumun di depan pintu Hall 9. Mereka menunggu Greta keluar dari ruang rapat, setelah sebelumnya mengejarnya dari Hall 2.
Greta telah tiba di Madrid untuk mengikuti konferensi perubahan iklim, di mana sebetulnya kehadirannya tidak diharapkan. Setibanya di Stasiun Chamartin, Greta langsung menuju ke IFEMA dan bergabung dengan sejumlah aktivis lainnya yang yang tergabung dalam massa Friday For Future (FFF).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Ifema, remaja Swedia itu bergabung dengan protes anak laki-laki dan perempuan seusianya, yang meneriakkan lagu dan slogan, pertama-tama duduk di lantai dan kemudian bergandengan tangan.
"Ya, tadi dia bersama saya di samping saya, tetapi banyak kamera menyorotnya dan lalu dia dibawa ke luar," kata aktivis muda Jesse Van Schaik (14).
![]() |
Dia telah tiba di Stasiun Chamartin beberapa jam sebelumnya, setelah perjalanan panjang lebih dari 10 jam dan berhenti dari Lisbon dengan kereta tua.
Suara Anak Muda
Aksi Greta menginspirasi banyak aktivis. Salah satunya adalah Jesse Van Schaik (14), seorang pelajar dari Belanda yang juga datang ke COP25 untuk ikut dalam gerakan Friday For Future bersama sejumlah aktivis seusianya.
Mereka datang dengan satu misi yang sama, yakni meminta para petinggi dunia untuk melakukan aksi nyata.
"Aku datang ke sini untuk melihat bagaimana (konferensi) ini berjalan, karena kami ingin ada aksi dari politisi dan perusahaan," ujar Jesse.
"Tapi masalahnya kami tidak tahu bagaimana politisi berjalan, untuk itu saya ke sini. Saya datang ke datang ke sini juga ingin menyampaikan bahwa kami ingin masa depan yang baik," sambungnya.
![]() |
Jesse datang dari Belanda bersama 3 orang teman seusianya. Meski telah mendapat persetujuan orang tua untuk pergi ke Spanyol, tapi Jesse meninggalkan sekolah demi mengikuti gerakan bersama para aktivis lainnya.
"Saya akan pergi ke sekolah Senin. Saya mengerjakan PR di kereta," katanya.
Jesse tidak berharap banyak dari konferensi ini. Dia mengaku kehilangan kepercayaan terhadap politisi.
"Saya hanya berharap agar dunia berhenti merusak bumi dan kembali ke alam," tuturnya.
Hapus Artikel 6 Paris Agreement
Artikel 6 Paris Agreement menjadi salah satu perhatian para aktivis untuk bersuara di ajang COP25 ini. Aktivis La Via Campesina salah satunya, meminta kepada forum COP untuk menghapus pasal itu dari Paris Agreement.
"Kami menolak artikel 6 Paris Agreement, kami meminta politisi di sini dalam COP25 ini untuk mencari solusi. Menurut saya, artikel 6 Persetujuan Paris ini hanya untuk melegitimasi perusahaan yang menghasilkan polusi dari negara negara maju," ujar anggota Campesina, Amarru Faustina Torres Ruiz.
![]() |
Menurutnya, tidak perlu ada pengaturan dalam pengelolaan karbon. Menurutnya, pembahasan soal artikel 6 Persetujuan Paris ini hanya akan menguntungkan perusahaan-perusahaan negara maju yang menghasilkan emisi.
"Konferensi ini hanya fokus kepada karbon. Karbon ada di mana-mana, dia keluar dan menyerap sendiri. Permasalahannya adalah mereka menggunakan karbon sebagai perdagangan," tuturnya.
Serikat Petani Indonesia (SPI) yang merupakan anggota La Via Campesina juga ikut dalam aksi bersama Greta. Ketua Serikat Petani Indonesia-Bengkulu, Henderman mengatakan, negosiasi-negosiasi di COP25 hanya sia-sia dan tidak akan menghasilkan solusi konkret.
"Di sini hanya negosiasi-negosiasi tiada ujung, kembali lagi yang mereka tawarkan adalah solusi palsu," kata Henderman.
Ketua Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air Muhammad Reza mengatakan, pembahasan soal artikel 6 Paris Agreement sudah berlarut-larut. Dia berharap COP25 ini memberikan solusi nyata untuk menetapkan langkah ke depan dalam mengurangi emisi.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini