Hal ini bertemu dengan sifat dasar remaja yang sedang dalam tingkatan masa mencari identitas. "Salah satu motif terkuat anak-anak remaja bergabung dengan kelompok radikal ya motif identitas. Mereka ingin meningkatkan self esteem dengan masuk dalam kelompok yang memberi peran bermakna," ujar Mirra.
"Ini kayak ada faktor pendorong internal dari individu remaja yang rentan bertemu dengan daya tarik kelompok sebagai faktor eksternal untuk memenuhi faktor psikologis mereka."
Proses-proses diskusi di medsos tersebut tak lepas dari pantauan kelompok radikal. Mereka yang konsisten terlibat dalam diskusi akan diundang dalam grup yang lebih eksklusif melalui aplikasi WhatsApp atau Telegram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mirra menyampaikan, tak terlampau rumit menderadikalisasi anak remaja yang sudah terpapar. Remaja ini hanya membutuhkan figur panutan yang mampu menuntun mereka ke pemahaman yang lebih baik.
"Karena itu, orang tua harus dilibatkan dalam proses deradikalisasi. Kalau nggak, mereka akan cari keluarga baru," ujar Mirra. "Yang sulit kalau orang tuanya sudah radikal. Itu susah keluarnya. Harus bapak ibunya dulu yang dideradikalisasi."
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini