Sementara itu, Dinas Bina Marga juga mempersoalkan akar pohon angsana. "Ya itu pohon Angsana yang sudah tua dan akarnya merusak jaringan drainase di bawahnya," ucap Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho.
Dinas Kehutanan DKI mengatakan konsep keamanan kurang sesuai dengan Angsana. Angsana memang mudah tumbuh besar, namun gampang keropos. Sehingga, gampang roboh dan bisa menimpa pengguna jalan.
"Kelemahannya untuk jenis Angsana adalah bahwa pada usia pohon yang semakin tua, struktur cabang dan batangnya mudah keropos dan rapuh sehingga dikhawatirkan mudah patah cabang dan bahkan tumbang. Dampaknya tentu membahayakan pengguna jalan apalagi keberadaannya di trotoar," ucap Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati, saat dikonfirmasi detikcom, Senin (4/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluhan Warga
Penebangan pohon-pohon Angsana di Cikini mendapat keluhan dari warga, salah satunya adalah Sumardi. Dia yang mengaku warga asli Cikini menyebut pohon-pohon itu sudah ada sejak 25 tahun yang lalu.
"Saya orang sini asli saya sebenarnya nggak sudi karena istilah kata bikin panas pejalan kaki, ini sudah 25 tahunan lah pohonnya ada," ujar Sumardi, di lokasi, Senin (4/11/2019).
![]() |
Sumardi mengatakan pohon itu kerap digunakan oleh warga untuk berteduh, terutama para pejalan kaki. Dia merasa ada yang berbeda ketika pohon ditebang.
"Soalnya ini kan panas banget sepanjang jalan ini, kalau ada pohon kan terlihat adem, warga yang lewat juga kadang pada neduh dari panas sambil nunggu, ya kan," lanjut Sumardi.
Sementara, seorang pejalan kaki, Sinta mengatakan dirinya heran kenapa pohon itu ditebang. Dia menyebut suasana jadi tambah gersang ketika berjalan di sepanjang trotoar itu.
"Ya, jadi panas banget, jadi tambah gersang, gitu. Apalagi kalau nunggu kan, abis naik kereta terus nunggu orang, biasanya nunggu di sini (trotoar)," ujarnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini