Jakarta - Pada tahun '90-an,
Budiman Sudjatmiko dikenal sebagai aktivis pergerakan yang lantang menentang
Orde Baru. Bahkan dia dibui. Aksi demonstrasi mahasiswa sepekan terakhir ini membawa ingatan warganet ke era itu.
Beredar foto, Budiman muda yang berkacamata sedang berorasi. Dia dulu memang aktivis dari Partai Rakyat Demokratik (PRD). Peristiwa
Kudatuli (27 Juli 1996) mengakibatkannya dipenjara oleh pemerintah Orde Baru dan divonis 13 tahun penjara, namun Budiman hanya menjalani hukuman selama 3,5 tahun setelah diberi amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 10 Desember 1999.
Pria ini lahir di Cilacap pada 10 Maret 1970. Budiman muda, bahkan sejak dia bersekolah di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, memang sudah mengakrabi ide pergerakan. Setidaknya begitulah yang tergambar dalam buku karyanya, 'Anak-anak Revolusi'. Di Kota Pelajar, dia mengaku belajar pemikiran Ikhwanul Muslimin hingga Marxisme. Dia pernah seharian diinterogasi aparat di Bogor saat usianya baru 18 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM mulai tahun 1989, namun tak selesai karena waktunya tersita untuk menggalang protes (dia menyebutnya pengorganisasian rakyat) di desa, di kalangan petani, dan buruh perkebunan di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Desa pertama yang menjadi lokasi aktivismenya adalah di Lomanis, Cilacap. Di situ sedang ada rencana pembangunan pabrik plastik yang menggusur warga. "Aku membulatkan tekad untuk melakukan pengorganisiran rakyat. Agar tidak bentrok dengan jadwal kuliah, kegiatan ini kurencanakan setiap akhir pekan, hari Jumat sampai dengan hari Minggu," tulisnya dalam buku itu. Puncaknya, Budiman dkk membawa para petani itu untuk demo ke Departemen Dalam Negeri, Jakarta. Dia mengaku demo itulah yang pertama kali dia rancang.
Satu desa selesai digarap, Budiman pindah ke desa lain lagi di kawasan Cilacap. Dia mengadvokasi satu desa yang berkonflik dengan perusahaan jejaring militer Orde Baru. Akar masalahnya, para penduduk desa itu diusir dari lahannya karena dulu dituduh sebagai PKI tahun 1965.
Namun aksi Budiman di desa ini bocor diketahui aparat yang melapor ke Komandan Kodim Cilacap. Budiman diinterogasi, diancam, dan harus balik ke Jogja. Dia melakukan aktivitas serupa di Ngawi Jawa Timur
Pada usia 26 tahun, Budiman menjadi Ketua Umum PRD. Partai itu sempat dituduh komunis oleh aparat yang pernah menginterogasi Budiman perihal 'asas sosial demokrasi kerakyatan' dan 'watak progresif revolusioner' yang tercantum dalam Anggaran Dasar PRD.
Peristiwa Kudatuli menjadi episode penting perjalanan Budiman. Gara-gara itu pula nantinya dia dikenal lebih banyak orang. Peristiwa itu berawal dari ratusan orang pro-Megawati Soekanoputri yang berjaga-jaga di depan Kantor PDI, Jl Diponegoro 58, Jakarta Pusat. Kebiasaan berjaga tersebut dilakukan sejak ada dualisme di tubuh PDI. Kongres ada yang digelar di Surabaya dengan terpilihnya Megawati sebagai ketua Umum. Kongres lainnya digelar di Medan dengan terpilihnya Soerjadi sebagai ketua umum.
Pada Sabtu Kelabu itu, kerusuhan massa pecah. Menurut Komnas HAM, ada 5 orang meninggal dunia. Ratusan orang ditahan. Budiman turut ditangkap aparat karena dituduh sebagai biang kerok Kudatuli. Sejak itu kepemiminan PRD dipegang oleh para aktivis secara underground.
"Saya kan ditangkap 11 Agustus 1996, kemudian kami serahkan ke Andi Arief, Nezar Patria, dan Faisol Reza (yang kemudian diculik), mereka membentuk kepemimpinan di bawah tanah," tutur Budiman saat berbincang dengan detikcom, 1 Juli 2014. Budiman tak sempat berinteraksi langsung dengan fajar reformasi 1998.
 Meme populer tentang Budiman Sudjatmiko. (Dok Istimewa) |
Masuk PDIPUsai bebas dari penjara berkat amnesti Gus Dur pada 1999, Budiman kemudian sekolah ke Inggris. Pada 2004, Budiman dan aktivis lainnya menyatakan diri masuk PDIP. Sebagaimana diberitakan detikcom saat itu, para aktivis yang masuk PDIP adalah Rahardjo Waluyo Jati (PRD), mantan Ketua Pijar Haikal, Akuat Supriyanto, Beathor Suryadi, Masinton Pasaribu (Front Perjuangan Pemuda Indonesia) serta Sinyo (Gerakan Bersama Rakyat).
Apakah Budiman lelah sebagai aktivis dan hendak mencari keuntungan di PDIP? Jawabnya saat itu, tugas kaum muda bukanlah mempertahankan idealisme melainkan merealisasikan gagasannya.
"Kami tidak mencari kekayaan di dalam partai. Kami memang sebelumnya sudah ada yang bekerja di lain tempat. Kita akan tunjukkan tidak akan mencari kekayan di partai," kata Budiman saat itu, di Hotel Sofyan Betawi, Jl Cut Meutya, Menteng, Jakarta Pusat, 3 Desember 2014.
Dalam situsnya, Budiman menanggapi pandangan bahwa dirinya telah berubah, dari yang semula aktivis kemudian berlabuh ke partai besar, masuk DPR pula. "Banyak orang menyangka bahwa Budiman Sudjatmiko telah berubah dan melupakan idealismenya. Saya berpolitik dengan visi dan berpijak pada realita yang ada. Tapi saya percaya, bahwa dalam kehidupan politik kita, keberanian, kesederhanaan dan solidaritas akan membuat banyak hal yang baik menjadi mungkin," tuturnya yang mengaku menyumbang kata 'bunda' dalam lirik lagu 'Darah Juang' ini.
Budiman menjadi anggota DPR sejak 2009, dan kini dia memasuki pengujung periode kedua. Namun sekarang dia tak lolos ke Parlemen Senayan. "Saya memang kemarin, terus terang saja, saya sebenarnya nggak berniat mencalonkan lagi, saya sejak 2017 di dapil lama saya, saya sudah bilang ke tim saya, saya nggak akan nyalon lagi ketiga kalinya, karena saya sudah dua kali," ujar Budiman di fX Sudirman Mall, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2019).
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang diserahkan Budiman tahun 20116, total kekayaannya adalah Rp 651.800.000,00. Ini meningkat, karena pada 2014 kekayaannya adalah Rp 22.140.000,00.
Simak berita tentang '
demonstran jadi elite?' di detikcom.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini