Muncul berbagai meme yang menunjukkan perubahan mahasiswa demonstran, sosok-sosok yang dulu memegang pelantang suara sambil berpeluh di bawah terik mentari kini sudah masuk ruang fraksi parpol di Senayan. Dulu pengkritik, sekarang menjadi bagian dari yang dikritik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejarah selalu berulang. Pertama sebagai tragedi, selanjutnya sebagai lelucon," ujar pemilik akun Instagram dan YouTube 'Parodi Kehidupan', Lathif Mujahidin, mengutip filsuf Jerman saat berbincang dengan detikcom, Minggu (29/9/2019).
Lathif Mujahidin yang merupakan guru bimbingan belajar sosiologi ini menyanyikan lagu parodi, mengambil nada lagu tenar dari penyanyi Tegar berjudul 'Aku Yang Dulu Bukanlah Yang Sekarang'. Dia mengubah liriknya untuk menggambarkan kondisi demonstran era reformasi yang kini menjadi anggota DPR. Tentu saja dia memakai persepsi subjektifnya. Begini lirik hasil modifikasinya:
Ku yang dulu bukanlah yang sekarang, dulu menentang sekarang tidur siang
Dulu dulu dulu ku menderita, sekarang aku berkuasa
Cita-citaku menjadi konglomerat, masuk DPR aku tidur di rapat
Masa bodoh rakyat yang makin melarat, yang penting mobil mewahku empat
Hidupku dulunya seorang aktivis, pulang malam selalu demo depan DPR
Mengejar cita-cita mulia, membantu rakyat kecil bersuara
Sekolah di universitas ternama, supaya kagak repot cari kerjanya
Tetapi panggung politik menggoda, aku pun jadi kacung penguasa
Baca juga: Mengenang 2 Dasawarsa Tragedi Semanggi II |
Dia merekam penampilannya di sebuah kamar, belakangnya ada tumpukan pakaian dan jemuran. Dia tidak bernyanyi sambil pegang mikrofon melainkan saringan teh. Sejak dia unggah video itu di YouTube, 25 September 2019, kini video itu sudah disaksikan 9.802 penonton, 842 tanda suka, dan 8 tanda tidak suka.
Sebenarnya video inilebihduludiunggahnyadiInstagram @parodi.kehidupan miliknya. Dia mencantumkan tulisan 'Izinkan Bersuara Lewat Karya.TriasKoruptika:ekseku (thief),legisla (thier),yudika (thief).'VideodiInstagram ini sudah dilihat 52.479 penonton dan menuai 545 komentar. Dia berceritasoalilhamparodinya itu.
"Inspirasinya dari banyaknya demonstrasi yang dilakukan mahasiswa di berbagai wilayah di Indonesia untuk menentang beberapa RUU yang dianggap bermasalah. Melihat gerakan mahasiswa yang begitu masifnya, saya jadi teringat gerakan mahasiswa untuk menggulingkan rezim Orde Baru di tahun '98 di mana saat itu dikomandoi oleh beberapa aktivis yang sekarang sudah 'nyaman' duduk di kursi parlemen," tutur Lathif.
Baca juga: Darurat Operasi Mahasiswa |
"Kondisi ini jadi semacam paradoks di mana mereka (para aktivis '98) yang dulu selalu vokal menyuarakan aspirasi masyarakat justru sekarang diprotes oleh mahasiswa (kelahiran '98) karena dianggap tidak bertindak sesuai keinginan masyarakat saat mereka jadi anggota legislatif," imbuhnya.
Dia berharap kualitas DPR semakin lebih baik. Pemilihan anggota DPR bukan sekadar karena modal duit yang banyak dan kedekatan personal namun karena meritokrasi. Soal masa depan mahasiswa demonstran yang sepekan terakhir beraksi, Lathif cenderung pesimis. Prediksi Lathif, mahasiswa demonstran sekarang juga bakal sama saja dengan yang kini mereka demo bila nanti mahasiswa tersebut menjadi anggota DPR, kecuali ada perubahan parpol dalam menjalankan regenerasi.
"Saya prediksi akan begitu terus selama elite parpolnya begitu saja," ucapnya.
Simak berita tentang 'demonstran jadi elite?' di detikcom.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini